Sunday, December 30, 2007
bilakah angin mendengar
panggilan dari kesunyian
menggenta seperti nyayian perang suku puritan
maka angin berlari
menjemput denyut sekerat hati
yang lesap dicecap para petarung surga
: denyar itu bukan koar,
dia bisik yang menguar
mewangi rahasia seperti cempaka
maka angin-angin hanya bisa mengikutinya
diam-diam berbagi cerita
Hidup ini = Paradoks
seorang gadis awal belasan, kulirik makanan di pangkuannya yang terdiri dari sepeleton nasi dan sepasang lauk berlabel harga termurah di warung makan. beberapa meter dari tempatnya bersantap sambil melahap sinetron-tak-bermutu, berbagai marga lauk berbalut bumbu menggoda sudah tiarap menunggu dimangsa. dari ayam bumbu kecap, cumi-cumi asam manis, bandeng balado, bali telur, sampai rempeyek udang. ya, giris saya melihatnya. bahkan anak pemilik kantin ini tak mampu menikmati kelezatan ultimate masakan ibunya! malang? mungkin. tapi di luar sana jauh lebih banyak lagi anak penjual ayam bakar yang nggak setiap hari makan anak ayam, eh, ayam bakar.. anak penjual martabak yang nggak setiap hari bisa makan martabak.. anak penjual mobil pun nggak setiap hari bisa beli mobil!
(angkot dago, bersama gerimis)
Gonjreng.. jreng jreng gonjreng.. jreng jreng jreng... (suara fales yang dengan pedenya menarik-narik lagu Ungu)
duh, ini ngamen apa demo? Rame-rame gitu.. (tapi gak sampai bikin kanon yang ada suara 1, 2, 3-nya)
wah, kasih ga ya? Kalo ngasi, ga enakeun kalo cuman cepek! umm, emang sabaraha sih standar memberi 'gaji' pengamen? (duh, apa iya harus bikin komisi khusus buat bahas UMR pengamen? gelo siah..)
ya, pas saya pikir-pikir (tentunya dengan otak saya yang jernih dan cemerlang akibat jarang dipake), kasarannya tiap orang di angkot anggap aja ngasih cepek. anggap ada lima orangeun, jadi gopek kan.. In the other words, dengan bekal gebyak mulut dan gitar, pendapatan bersih pengamen adalah gopek perangkot per lampu merah menyala. Katakanlah waktu tempuh satu trayek angkot adalah dua jam, dan lampu merah menyala tiap lima menit sekali, maka selama seorang sopir angkot mengembara di belantara trayeknya, seorang pengamen akan mengeringkan tenggorokannya minimal sebanyak 2 x 60 / 5 = 24 kali. artinya dia mengantongi uang setidaknya rata-rata 12000 rupiah (huhu, berlebihan banget ya angkanya.. tapi yaa.. segituan lah kayaknya).sedangkan sopir yang rajin bekerja dan mempertaruhkan jiwa raganya dengan sesekali ngebut tadi akan menerima: 5 x 2500 yang tak lain tak bukan sama dengan 12500! hayyaah.. ini belon dikurangi biaya bensin, calo, investasi kendaraan, setoran ke juragan, nraktir penumpang (ada ya?), beli balsem (buat kerikan masuk angin), dll.. pegimane kagak bakal gulung kuming tu supir: brenti di mana dia butuh, ngetem selama dia mau, nyalib serobot sana sini.. =D Kalo tuh sopir beruntung, penumpangnya full dari terminal ampe terminal tujuan gak ada yang turun-turun maksimal yang didapat bakal: 2500 X (5+7+2+2) = 40000. um, pantes aja banyak sopir yang rese, soalnya para penumpangnya kadang-kadang nggak ngehargai perjuwangannya menghadapi segala resiko menjaga nyawa mereka. sejujurnya, kadang saya masih mikir-mikir (mengingat kantong pengangguran saya yang cekak) buat nambahin 500 rupiah kalo bayar angkot. tapi bisa jadi, (kadang-kadang) ngasi pengamen cepak-cepek tanpa diitung-itung lagi.. yaa, emang gak sia-sia sih, moga-moga dicatat sebagai amal. tapi kapan kita mulai menghargai perbedaan tanggung jawab antara sopir dan pengamen: 30% ? C'mon!!!!!!!! serius lah..
bunda sudah sendok awan untukmu..
jangan takut pilek, ini bukan Campina..
sini anakku, sini ke dekatku..
bunda sudah petik itu lintangmu!
tidak anakku, tidak usah bawa kabel itu!
ke mari, di sini anakku!
lihat, pekarangan kita sudah musim buah
sebentar lagi gedung, mobil macet itu buatmu!
lihat anakku, di sini..
bunda sudah sisakan seiris hati
pakailah nak!
orang-orang bilang ini sudah tidak diproduksi lagi!
kamu adalah seorang yang sangat kuat. kuat dalam diri dan tekad. mungkin aku tidak terlalu mengenalmu, meskipun kita telah hidup bersama cukup lama. kamu yang menerima himpitan dalam diam, lalu teguh mengekstrak setiap kepahitan menjadi permen penyegar kehidupan. kadang aku gerah dengan kepedulianmu, tapi seringnya aku yang bikin kamu gerah dengan keseleboranku.. tapi toh kamu (terpaksa) menerimaku apa adanya juga =)
menjadi tim bukan berarti kita semua menjadi pagar atau kita semua menjadi rerumpunan. menjadi tim berarti aku menjadi semak dan kamu pagarnya. atau kamulah belukar dan aku pagarnya.. tak ada yang salah dengan kedua kombinasi itu. jika sekali waktu, atau berkali-kali, kau bengkokkan tonggakku dengan durimu atau kupatahkan rantingmu karena batangku, maka bukan berarti kita tak sejalan lagi. karena kita sama-sama mengakui, jalan kita bukanlah jalan lurus berpermadani. kita akan saling melukai, lalu menertawakan kebodohan kita, sambil tangan ini saling mengobati luka lainnya. ya, kita kadang-kadang bodoh mengekang ego sendiri. mungkin Tuhan menciptakan luka untuk melihat betapa kuatnya saat kita bersama.. meskipun seringnya kamu yang pertama kali menyadarkan betapa ego ini meraja. meskipun seringnya, kamulah yang mulai mengobati lukaku, bahkan saat lukamu sendiri masih berdarah-darah.. meskipun seringnya kamulah yang pertama kali tersenyum.. itu tidak berarti apa-apa, kecuali bahwa ternyata kamu jauh lebih dari sekedar kuat.. begitu bukan?
[:untuk semua tunas yang meretas:]
embun dan bunga
kumohon pagi jangan pernah datang..
tapi Dia hanya tersenyum
mungkinkah Dia lupa bilang iya?
tapi kata ibu Tuhan tidak pernah lupa
kita cekal saja surya?
beri dia sekadar waktu mengaso
tapi, embun, aku tak bisa!
Tuhan bilang nanti bunga binasa
bukan, bukan!
Aku tak bisa menahan surya
bukan berarti ku pilih bunga..
kau tahu kan bunga selalu pilih kasih?
dia tumbuh di mana dia suka
sedang kamu turun di mana-mana..
tunggu dulu embun, biar ku tanya bapak
bagaimana teknik negosiasi dengan Tuhan..
mungkin jika lidahku cukup lihai,
aku boleh menyimpanmu dalam saku
tapi bapak bilang negosiasi mempannya buat politisi
Tuhan tak perlu politisasi
Dia punya segala
embun, masuk saja dalam nadiku
jadilah darahku, jadilah keringatku
mungkin Tuhan akan marah
tapi Dia tak akan menghukummu
niji no ue ni
dan tak ada hubungannya dengan pelangi
gerimis anak awan
sedang pelangi adalah anak matahari
"apakah mereka tidak pernah bertemu?"
entahlah..
kau tanyakan sendiri saja!
Friday, December 14, 2007
Titip Senyum pada Elektron
whyeach (15/12/2007 11:19:17): gmn TAnya?
whyeach (15/12/2007 11:19:17): dah jalan lg?
whyeach (15/12/2007 11:19:17): smangath is....
whyeach (15/12/2007 11:19:17): Kapan2 yeni boleh yah ikut nimbrung
whyeach (15/12/2007 11:19:28): bikin kacau TAmu...
whyeach (15/12/2007 11:19:28): hohohoho
d_immoeth (15/12/2007 11:19:32): ok ok ok e
d_immoeth (15/12/2007 11:19:43): doakan ku
whyeach (15/12/2007 11:21:13): Insya Allah
whyeach (15/12/2007 11:21:40): Hayo...Iis...segeralah bertaubat!!!
whyeach (15/12/2007 11:21:40): hehehe
d_immoeth (15/12/2007 11:22:21): hikkss
whyeach (15/12/2007 11:24:07): cup...cup...cup...
whyeach (15/12/2007 11:24:07): jgn nangis...
whyeach (15/12/2007 11:24:07): nih aku kasih ini...
** ikon yang tidak pantas dipertontonkan pada anak-anak 17-**
d_immoeth (15/12/2007 11:24:39): ga mau
d_immoeth (15/12/2007 11:24:44): maunya coklat
d_immoeth (15/12/2007 11:24:49): ama duittt
whyeach (15/12/2007 11:25:28): iya...Insya Allah
whyeach (15/12/2007 11:25:28): kapan2
whyeach (15/12/2007 11:25:36): kalo duit mah ngga ah
whyeach (15/12/2007 11:25:42): kan dah ada dari suami kamu
whyeach (15/12/2007 11:26:00): yeni jg g mau mendahului jodohmu is....
whyeach (15/12/2007 11:26:07): hhohoho
d_immoeth (15/12/2007 11:26:26): gludaaaaaaaaaakkkkk...
oalah.. emang suami sumber duit ya Yen? masak sih??? =O
[setelah sang teteh menanyakan: bagaimana adik-adikku.. sudah siap?]
Tragedi [Foto] HaPe
saat hujan malu-malu kucing mengguyur kawasan yang biasanya disebut Bandung, si akuh dan teh T berjalan penuh semangat menuju kantin S.
tetitut : ngapain is?
si akuh: hehe, miskol t'eu..
tetitut : lhoh.. kamu nggak tau? HaPe eu kan baru ilang..
si akuh: hah? kan di dalamnya ada foto is nya?!?!?!?!
tetitut : *glodak*^%!(#/$@&!">:"
[hohoho, begitu narsisnya sampai yang dipikirin pertama kali adalah...]
Thursday, December 06, 2007
Thursday, November 01, 2007
Walking ArounD,,
*)) photonyah nyusul yeuh,,
kemaren siis dan sindah ke gokana teppan, nun di pelosok ciwalk sana, ditengah guyuran gerimis bandung yang mendirikan bulu roma (*dingin, gila*) plus payung raksasa super berat yang nyatanya tidak sanggup melindungi pakaian mereka dari lembab. akhir bulan yang damai. sedamai dompet mereka yang sepi, hihi.. tapi apalah daya, toh memang sudah tradisi mereka melampiaskan penyakit 'gratilan' saat musim bokek melanda. sok-sok'an menjadi Bung Bondan yang sowan ke kedai-kedai kapitalis, nyicip makanan bermerek sekalian menipiskan kantong, biar gak usah disetrika. paruh terakhir bulan ini saja sudah dua kali mereka melampirkan fulus ke mbak-mas kasir warung semacam itu. kasihan sekali kan orang tua mereka? (*secara belum ada penyandang dana lain yang patut dituntut pertanggungjawabannya*). tapi beruntunglah, untuk kali ini rupanya mereka berhasil ngompas harta karun sinu, alih-alih menjulurkan isi kantong mereka sendiri (*yang memang sudah kosong*).
akhirnya, saat mereka meninggalkan meja mereka, (*lho, makannya kapan?*) dua porsi tempura misho ramen seukuran empang (*busyet, banyaknye.. aseli!*), satu cold ocha (*emakku memanggilnya es teh gak pake gula*), plus satu jus setroberi (*kayaknya dikasi sirop setroberi juga*) telah tandas tinggal sejarah. dua piring kecil welcome snack masih nyisa satu (*ada kerupuk kerang-kerangan yang dulu biasa dibikin mbah-mbah tetangga di kampung). secara umum, komentar mereka:
1) wah, gila.. ini sendok apa centong? (*toh dipake juga buat nyeruput kuah ramennya*)
2) hawanya tenang, suweeeger (*secara duduk di deket jendela raksasa abis ujan-ujanan*)
3) lho, kok suasanya gak 'njepang' banget? (*pola mozaiknya itu lhoo.. keemasan rame abisss!*)
4) wah, mana ni tisu.. tisu? (*oalah, kok gak disediyakan? belon tau dia, ada tamu yang super berlepotan macam mereka*)
5) lha, air putih? (*mbak.. mbak.. ya beli tho! mesen githu!*) hayaah..
6) wah, kok para penunggunya (*waiter?*) murah senyum 'n ramah abis yak?
7) porsinya jo, wueh.. bikin puas.. (*secara jatah makan sepuluh kali sekali embat.. ya terang saja! tapi nanti malemnya nak lapar lagi tho?*)
setelah ngaso, tanpa ada keinginan walking-walking di area belanja itu, mereka memutuskan untuk back to kosan. yah, berjalanlah mereka menuju pertigaan ciumbuleuit (*secara jalan cihampelas hanya satu arah.. dan ternyata juauh men!). itung-itung menunaikan ibadah berjalan 10000 langkah plus mengurangi kelebihan tekanan pada perut. selanjutnya, mereka pun ngangkot dan berubah ke wujud aslinya sebagai dua mahasiswa semanis lobak dicelupin krim cokelat (*dengan status XY000 perak lebih kere*).
oh iyah, tadinya pas digerbang masuk, mereka diperiksa dengan detektor logam (*sensor bom?*) oleh mas-mas sekuriti.Sebegitu maniskah mereka sampai-sampai mas sekuriti bela-belain cari-cari alasan biar bisa ngedeketin dua makhluk berjilbab itu? Ck.. ck.. ck..! tapi alangkah betenya, kok tega-teganya mas sekuriti hanya memeriksa mereka berdua, sementara mbak-mbak bercardigan dan akang bercelana bermuda di belakang mereka dibiarkan nyelonong dengan merdeka. wuihh.. panas! (*diskriminasi akibat gejala islamophobia). mungkin seiring dengan naik daunnya para aliran sesat, mereka berdua yang punya tampang patut diduga menyimpan segudang prestasi (*dan utang*) ini menjadi sasaran kecurigaan.. duh!
Baka janai yo!
x: ah, aku ini memang benar-benar bodoh!
y: tidak.. kamu tidak bodoh.. kamu hanya bertingkah bodoh!
a: ah, kamu ini memang benar-benar bodoh!
b: tentu saja, aku harus cukup bodoh agar bisa bicara dengan orang paling bodoh sepertimu ini!
z: diam kalian!
[tugas ajaib yang ajaibnya bikin 'bodoh']
Thursday, October 25, 2007
Kebiasaan SMS dan Basa-Basi Kita
Kok meng SMS ucapan selamat ‘Idul fitri berasa wajib ya?
Padahal, tahun ini saya berencana hanya akan mengirim ke orang-orang dekat yang selama ini sering berinteraksi dan membalas SMS yang masuk saja. Soalnya, seingat saya, memasuki ramadhan dulu saya sudah mengirim SMS serupa.
Tapi toh nyatanya saya jatuh SMS juga.. Walaupun beberapa yang nomornya bukan T-sel sengaja saya lewatkan (*gomennasai, makanya pakai T-Sel dunx ;p biar saya murah SMS nya, hehe..)
Bagaimanapun, saya toh tetap konsisten dengan kebiasaan saya tiap tahun: menyalin SMS yang masuk ke dalam versi hardcopy alias tulis tangan. Bah!! Puegel cing..! Habis si hejo monokrom-monophonik-monopoli saya itu memang hanya sanggup menampung 50an inbox, padahal di dalamnya sudah bertengger duapuluhan SMS taushiyah dan penggugah semangat yang tak tega saya hapus. Bagaimana lagi. Tapi saya suka, melakukan hal ini. Kapan-kapan saya bisa membuka-bukanya lagi, beberapa diantaranya cukup menyentakkan hati dan menggiring cengiran. Misalnya balasan teman seangkatanku yang mblebes ini:
Iyo, sakmono uga dingapura nek ana keliran kelirune mbahmu iki.. Tak dungakno pinter ngaji, pinter sekolah, cepet lulus, lan cepet entuk jodho.. Hehe..
Hayah, dadi kelingan dungane mbah yutku sing ning ndesa kana..
Tapi, ngomong-ngomong, SMS di atas mengingatkan saya pada sebuah cerpen yang berjudul Basa-Basi yang saya baca baru-baru ini. Ya, bukankah seorang semacam saya ini (pengangguran terselubung, lajang, dkk dkk) adalah sasaran empuk pertanyaan-pertanyaan di atas: kapan lulus? Kapan menikah? Dan kapan-kapan lainnya yang kadang bikin greget: none of your business, man!
Tapi inilah orang kita, selalu peduli, meskipun pada bentuk yang paling sederhana berputar pada pertanyaan-pertanyaan basa-basi yang kadang kala bikin keki sebagian orang: kuliah di mana? Kerja di mana? Kapan punya anak? Dan seterusnya. Dan saya termasuk orang yang keki itu. Tapi kalau saya yang kebagian nanya orang, kok jatuh-jatuhnya ke situ juga. Paling banter nanya: lagi sibuk apa? (*Dus, telah trauma saya menanyakan perkembangan TA orang-orang). Mungkin begitulah saya, Anda, kita. Lebih suka memilih pertanyaan semacam itu dari pada pemicu percakapan yang mendalam. Beresiko. Tidak kreatif tapi aman, itulah bentuk basa-basi kita. Tidak sebenar-benar mau berbagi.
Ya, sejujurnya saya kurang suka menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Karena, lagi-lagi, jujur, saya tidak bisa menjawabnya. Tapi cobalah sekali-kali bertanya: bagaimana hari-harimu pekan ini? Apakah kamu bahagia? Maka insyaAlloh saya akan tersenyum, dalam kepala saya neuron-neuron berdecit membuat irisan permenungan singkat, lalu mulut saya akan menjawab. Silahkan Anda nilai sendiri tingkat kebenarannya lewat mata saya. Mungkin saya akan bilang saya bahagia, minggu ini saya begitu begini. Atau saya akan tercengir malu-malu, minggu ini saya bersalah ini itu. Atau minggu ini saya ingin mengeluh bla bla bla.. dan sebaiknya Anda langsung lari kalau mode saya curhatis seperti itu.. ini saran saya yang paling waras lho =D
Maka kawan, adakah yang menarik dari hari-harimu? Apa yang akan membuatmu tersenyum hari ini? Kalau-kalau saya bisa membantu.. (*yang ini jelas [bukan] basa basi lho!) Tapi yang paling penting, apakah kamu bahagia?
Thursday, October 18, 2007
Wawilujengan
Bilih aya nu nyungkelit dina ati, katugenah dina manah, kasiku catur, katajong omong ku simkuring, mugia Ridho ngahapunten..
Ngaturaken sedaya kalepatan, mugia pethaking qalbu ingkang pinuh pangaksami pinaringan Ridha Alloh lan ditampi sadaya ibadahipun
Wilujeng ‘Idul Fitri 1428 H
Semoga berkah amalan-amalannya dan dipertemukan kembali dengan Ramadhan berikutnya.
Pacurhat-curhat deui
(*diketik pake kompi yang di rumah nDah, setelah namatin game: color break! Yiiha.. keren kan? 30 level getu loh! ^__^ bego! Baru bisa full level sekarang)
Yak, hari ini adalah hari pertama saya resmi ‘keluar’ dari kosan, setelah memingit diri di kamar selama lebih dari 6x24 jam! Wadduuhh!! Gak bosen apa? Halah.. kok bosen?!?! Ini juga kalok gak gara-gara di SMS-in mamahnya temenku yang nagih janji kedatangan saya, curiga saya masih ngendon di kamar-kamar juga! Paling jauh ya.. nonton tivi di ruang tamu atau ke kamar mandi yang jaraknya cuman beberapa langkah itu!! Aduh.. apa gak atropi ni otot? Ntar dulu.. bukan itu yang gawat! Parahnya adalah: cacat sosial saya! Haduh.. apalagi toh ini? Sok hiperbolis bangettt!!!
Beneran lho ini! Tak pernah saya mengalami lebaran ‘seburuk’ini. Walaupun, jujur, saya sih happy-happy aja. Ini adalah lebaran pertama saya jauh dari keluarga. ‘Idul Fitri kali ini saya nggak pulang ke rumah karena.. yaaa.. adalah ya sebabnya. (*sssttt, itung-itung sebagai hukuman nggak beres-beresin TA! Biar kapok.. eh, ternyata ga mempan!!). Saya cukup terkejut: ternyata biasa-biasa saja tuh. Nggak sedih meskipun sepi (*mengingat teman sekosan saya ada yang sampai nangis-nangis) tapi juga tawar, nggak ada suasana khas lebaran yang gimanaaa gitu.. Hehehe, pas malam takbiran saja saya masih begadang nyelesaian episode-episode Naruto yang dulu saya skip (*Gubraxxxx!! Never ever try this!). Dan jangan harap ada toples kue-kue di meja ruang tamu kami. (*kalo chiki plastikan si ada! Cuman, ya itu, porsi pribadi). Intinya, hopeless bakal dikunjungi tamu. Dan ternyata saja juga hopeless, nggak ngunjungin kenalan yang ada juga di sekitar Bandung ini. Padahal, kalo memang niat silaturrahmi, banyak juga kok teman-teman yang gak mudik. Cuman ya itu tadi, bla bla bla bla bla... pokoknya baru h+4 saya keluar kosan untuk beli air galon (*yang ternyata lagi kosong!), mampir ke Indomaret (*belanja-belanji barang-barang sakti anak kosan) dan antri setengah mati dua porsi bakso Lestari yang saya embat sendiri (*abis mBak Lia-nya udah tidur si.. daripada mubadzir =P bikin-bikin alasan!). Begitulah. Kalau dibayangin, kok ya malang banget nasib saya ya? Ah, ternyata enggak kok. Walau pun ya itu tadi, ‘cacat sosial’ yang saya rasakan kuat menghunjam sanubari ini, membuat perasaan membiru ungu nila jingga.. (*cuih cuih..!)
Cacat sosial apa tho?
Lha apa bukan cacat sosial kalo saya lebih memilih menikmati Jhony (*nama notebook teman sekamar saya, sekedar mengingatkan) daripada asyik beranjang sana ke rumah kenalan-kenalan, atau sekedar bersalam-salaman dengan tetangga yang dilewati terasnya setiap pergi ke kampus. Duhh.. Semoga ini hanya saya, dan hanya kali ini saja. Ya, status sebagai ‘anak kosan’ seharusnya tidak membuat kita (*apa lebih cocok memakai kata ganti ‘kami’, atau ‘saya’?) membangun dinding dengan sekitar kita (*lebih enakeun ‘kita’, tah lah..). Saya sendiri merasa asing dengan kondisi di sini. Juah di kampung saya nun di pedalaman Malang yang rada-rada pinggir tapi tengah, kala lebaran adalah saat di mana semua orang tak pandang bulu, (*karena memang tidak ada yang berbulu, semua tergolong bangsa mamalia..) saling bersalaman dan bermaafan. Lha di sini? Umm, rasanya kaku banget. Orang-orang cenderung lebih acuh (*eh, apa tak acuh ya? Mana yang bener ni Bu Guru?). Kurang grapyak. Kitanya sendiri udah terlanjur dikecap sebagai pendatang, dan memposisikan diri sebagai pendatang kali ya. Merasa tidak ada ‘tanggungan’ untuk menjalin ikatan primordial. Seadanya saja. Ya, seadanya ketemu orang, seadanya niat, seadanya.. Seharusnya ini tidak dijadikan alasan. Saya-nya aja yang memang kurang ‘beres’. Semoga hanya saya, dan hanya kali ini saja. Karena saya mengharapkan sesuatu yang berbeda untuk lebaran yang akan datang..
Eh, dari tadi saya menyebutnya lebaran ya? Padahal saya sebenernya lebih suka memanggilnya ‘Ied Al-Fitri alias ‘Iedul Fitri alias hari yang suci. Peralihan istilah menjadi lebaran membawa sikap kita turut bergeser: dari hari dimana kita saling berlomba mensucikan diri menjadi hari dimana kita berlomba me’lebar’kan diri. Dalam bahasa Jawa yang saya kenal, lebar bisa dimaknai sebagai ‘habis, tidak bersisa’. Lebaran, ya habis-habisan, tidak menyisakan apa-apa. Uang dan segala tetek bengek habis, tanpa ada jaminan dosa-dosa kita ikutan lenyap. Malah, salah-salah amalan-amalan yang dibina selama Ramadhan justru sirna tak bersisa.. NaudzubiLLAH! (*hiks, nyindir diri sendiri!!!). Tapi saya sih yakin, kalau orang sekaliber Anda pasti memaknai hari ini menurut makna yang pertama. Saya harus belajar banyak dari Anda =).
Yah, segini dulu curhatan membosankan saya (*Huuraay.. ini tulisan pertama saya lho hampir satu bulanan ini!). Tak sangka, bisa ‘puasa’ nulis sepanjang ini.. huhuhuhu!! Blogku yang malang.. Y_Y
Bocoran agenda selama liburan 1428H: alhamdulillah sempat I’tikaf di Salman (*akhirnya, ini pertama kalinya lho saya ‘itikaf di Salman. Sebelum-sebelumnya pasti sudah tinggal landas ke kampung halaman. SubhanaLLAH, meskipun nggak penuh dan nggak sempurna [kebanyakan tidur] saya mencecapi keindahannya.. barakaLLAH.. semoga Alloh merahmati imam-imam dan ustadz-ustadz yang menghijaukan Ramadhan). Baca buku yang (*biasanya) tak mungkin saya baca (*kumpulan cerpen besutan FLP Palembang, novelnya Hikaru, kumpulan cerpen NFH, sama satu lagi kumpulan cerpen kado pernikahan entah apa, semuanya lumayan bagus. Cuman, yang isinya tentang rumah tangga bikin eneg juga sih. Ngabisin Naruto (*eh, ada yang punya episode 208-215? Bagi dong bagi dong bagi dong!!!), Dragon Sakura, GTO (*Oupzz, ini karena udah keabisan tontonan, sumpah!!!!!), baca cerpen-cerpen donlotan, kegiatan sehari-hari untuk bertahan hidup, menyambangi trio kuro (*baca kisahnya di bagian lain), tidur, de el el.. pokoknya nyampah deh T__T Wish I’ll be better next time. Hayo, atarashi no atashi, ganbarimashou ne!
Sambil mengikuti irama Laruku dengan Stay Away-nya:
Nukedashita taichi de
Te ni ireta no wa jiyuu
Maybe lucky, maybe lucky
I dare say I’m lucky
Alhamdulillah, I’m HaPPy though..
Bagaimana dengan lebaran Anda?
Bandung-Bandung kene,
Kamis, 18 Oktober 2007 21:21:06
Ueleh
Tak ada saat jatuh cinta untuk orang-orang seperti kita
Yang tersisa hanya zaman untuk membangun dalam cinta,
Sembari berbisik pada silir angin yang membakar:
Aku ingin mencintainya dengan sederhana
Tak persis seperti yang dikatakan Sapardi,
Cukuplah seperti selarik pedang cahaya yang berlabuh
mungkin pada embun di jendela
Angkot dan para penumpangnya
Hm,
Tadi di angkot saya sebel. Sannggggaaat sebal, sampai sampai saya malu sendiri dengan muka saya yang beberapa detik sempat berubah bete kesetanan. Duh, mana bekas shiyam itu?
Tadi di angkot saya sebel. Di tengah macetnya lintas TamanSari, luberan dari kebon binatang Bandung, klakson sudah berjumpalitan, dan saya terjebak di pintu angkot. Dengan rok saya yang cukup panjang dan cukup sempit, sangat sukar untuk melewati ibu yang dengan gagah dan keras kepalanya menduduki kursi tepat di depan pintu. Duh, mbok ya ibu itu yang ngalah, pindah duduk yang di dalam. Lagian kan lebih nyaman. Aman lagi. Maka hatiku ngegerundel, melompati barang-barang di pintu dengan sepenuh perjuangan yang diizinkan rok dan sepatu ini. Saya jengkel. Susah sekali mencari simpati di kota beton ini. Dan saya malu pada muka saya sendiri yang bete.
Tadi di angkot saya sebel. Tapi ketika saya piker-pikir lagi, ternyata saya juga sering memaksakan duduk di kursi paling pinggir, membuat orang yang baru naik terbungkuk terburu-buru berjalan ke bagian belakang, menyaingi supir angkot yang bernafsu mengejar uang setoran. Duh,,, malu aku pada muka beteku. Apalagi saat aku pandangi, ternyata sang ibu menduduki kursi itu bukannya tanpa misi. Seorang bapak paroh baya menggendong anak tiga tahunan, terkantuk-kantuk tepat di kursi sebelahnya. Tepat menghadap pintu. Artinya ibu itu hanya bermaksud melindungi anaknya yang lucu, semoga tidak terjatuh dari gendongan bapak paro baya. Ah, malunya aku pada muka beteku..
Tadi di angkot saya sebel. Ditengah jubelan penumpang, dan keringat yang menderas. Pojok kudengar riuh dua ikhwan diskusi. Tentang segala istilah arab yang entah, otak awam ini tak sanggup mengikuti. Duh, mbok ya lihat situasi.. ini kondisinya seperti ini.. saya saja agak risih mendengar istilah-istilah luar angkasa mereka, bilakah mana teteh-teteh dengan jins yang pinggangnya tertarik saat turun angkot tadi.. bilakah mana ibu-ibu berU-Can-C Duh.. tapi malu aku pada muka beteku.. kok aku lebih malu atas saudaraku yang berbuat kebaikan di muka umum, dari pada perempuan-perempuan berbaju tak utuh? Duh, sebatas mana keimananku.. aku malu pada muka beteku sendiri. Lagi pula, bukankah mimpi-mimpi kita terbayar saat para pengamen menyayikan nasyid-nasyid rabbani? Saat orang-orang tidak bicara kecuali kebajikan? Saat anak-anak muda riuh merancang strategi jihad di pasar, di mushala, di lapangan basket, di mall.. di mana-mana! Itulah mimpi kita! Dan aku malu pada muka beteku..
Beruntunglah
Ya Alloh, aku berlindung dari keduanya..
Beruntunglah yang tengah sakit dan menghitung usia. Makin awas menjaga amal, makin sedikit keburukannya. Lain lagi bila tak ingat mati, lupa akan datang giliran sendiri. Membicarakan kematian seolah-olah untuk orang lain saja. Berbuat aniaya ringan sekali, menambah ibadah aduh beratnya.
Ya Alloh aku berlindung dari keduanya..
Hikayat Tiga Kura-Kura
Itulah tiga ekor kura-kura yang dititipkan padaku saat sang empunya balik lebaran ke ibukota. Cuma tiga, tapi seumur-umur saya tidak pernah bermimpi akan berurusan dengan hewan yang tiga ekor itu. Cuma tiga, tapi saya tidak bisa menghafalkan siapa saja namanya dan oknum pemilik nama itu yang mana. Kalau tidak salah ingat, yang satu namanya Wati, yang satu Karli, yang satu Efo. Eh, salah, Efo mah yang sudah mati.. semuanya nama cewek, ga peduli apa jenis kelamin si kura-kura.. named after the trio minangers...
Kewajiban pemelihara kura-kura ini pada dasarnya ada tiga. Pertama memberi makan, yang sudah disediakan sama pemiliknya. Memandikan alias menyikat cangkang dengan sabun, trus mengganti air bak tempat tinggal sang kura. Ketiga, melindungi dari panas dingin, alias memasukkan bak ke dalam rumah. Um, yang ketiga si kecil, no problemo. Yang pertama juga gampang, tinggal plung.. nah yang ke dua ini yang bikin stress.. duh, aku kan geli.. gak berani pegang.. ihh.. ;D Pertama kali ‘nyuci’ kura dibantu Yenchan, jadi nggak begitu ‘berasa’, nah pas semua udah pergi, terpaksa aku melakukannya sendiri.. duh! Tapi lama-lama biasa juga, tapi jangan tanya soal kualitas. Pasti nggak setelaten pemilik aslinya :D. Nah, hari ini ku tinggal pergi, bagaimana ya nasibnya? Terakhir kali ku lihat tadi siang si, kulitnya agak berlendir, kayak mengelupas githu lho.. aduh aku jadi khawatir.. semoga mereka baik-baik saja.. hiks, selamat sampai saat saya serah terimakan kembali ke tangan pemilik aslinya. Bagaimana saya harus mempertanggungjawabkan ketidakbecusan saya mengelola tiga nyawa hewan kecil itu? terus terang, saya sempat beberapa kali telat ngasih makan, telat ngganti air, dan beberapa kali tak di sikat. Duh..
Ternyata susah juga ya memelihara petto itu..
Mending aku melihara pEtt0 yang ini =D hihi..
Tapi, umm, apalagi memelihara anak manusia (*bukan sekedar aspek fisik.. Y_Y)
Wuih wuih, belum berani, hahahha...
10/19/2007 1:12:49 AM
Iklan yang patut dilestarikan
++ toh ada juga iklan yang cukup oke:
# susu bendera gak pake ‘es’ dan lubangnya satu
# multivitamin untuk ibu rumah tangga super-serba-bisa-sibuk (*sebagai koki, manager keuangan, guru, deelel)
# rokok versi gagal SPMB = enjoy yang tertunda
# rokok versi anak muda dilarang ngomong
# rokok tema ramadhan versi photo introspeksi anak
# ... (*lupa ga dicatet)
Lho lho, kok yang pada bagus-bagus iklan rokok ya? Wadduh.. Ga tau deh mo ngomong apa!
Thursday, September 27, 2007
1mm closer
i am ready to freeze
i am ready to crush
i am ready to..
but,
i am ready to open my mind
{weak enough to surrender, but not blind enough to put that line a head: Desperately getting stronger and stronger and stronger... till all people around recognize and understand how important you are to them}**
Yah, dengan sedih sekaligus senang, aku melanggar janji menyegel blog ini mpe akhir oktober..
Abis, ga ngepek si, ngeblog apa ga..
Sebulaneun ini eike bener-bener gak ngetik! (*nggak ngeblog, gak neA, gak.. ko curhat geneee? Alah, udah biasa thoo! ;p)
Sampe ini hari, baru menapak satu milimeter
(*duh, plis plis plissss.. jangan tanyakan lagi progress TA tiap kita ketemu! =P ) *
ternyata,
Tugas Asyik tak cukup mempan untuk kepala batu saya
jadi, moga Tugas Ajaib kali ini mampu menebus kebebasan saya dari jerat kampus
Ahh,.. sebegitu berharganya kah saya sampai kampusku ogah meluluskan saya cepat-cepat?
(*euleuh, bukan denk! Hehe, (*calon..) engineer kampring mendekati bego kayak saya ini memang kudu diperam dulu masak-masak di dalam kampus, biar ga berkeliaran di tengah masyarakat dan membuat keonaran: jembatan ambruk, pipa bocor, AC meleduk.. (*conversation ma yenchan dan pe-KP SIpil)
Hikss..
kebenaran pertama yang saya temui pekan ini adalah:
bimbingan ternyata percik-percik pencerahan yang seharusnya saya kejar
bukannya malah dijauhi kayak wabah
(wadow, siap lapor tiap dua hari sekali?!? Ummm,.. ehehe, nanti dulu deh!)
*untuk yang bilang " mayanlah dari pada 1nano, dimaapkancoz udah kena suap kaos singapor.. yeyeyeye =p
**duh, kangen Gaara.. hayaah! {selera yang aneh!} kegilaan yang berasal dari Shippuden dalam misi melarikan diri.. Ma', gimana atuh? Nginep di kamarmu lagi ya? :D
Pembelajaran Dosis Tinggi
Quote dari seorang teman yang nikah dan hamil pas kuliah,
Yup, selamat menikmati masa-masa berat yang membahagiakan
Semoga setiap letih dan ujian yang dihadapi menambah kesyukuran kita,
betapa berharganya memiliki seorang ibu =)
Mungkin dengan demikian, baru kan kita rasa penghayatan menjadi Ibu yang sebenarnya...
**untuk mbak yang baru jadi calon ibu sebulan, dan teteh-teteh lainnya
* bukan brati aq mo nikah cepet2 n segera mencicip pengalaman itu lho.. =|
Thursday, August 30, 2007
Mesin Ketik Setia
selain silaturrahim, agenda saat pulang kampung adalah mengurus surat-surat pengantar dari desa. berhubung saat itu sang Bapak sedang ampek sama salah seorang personel kantor desa yang resek, maka berangkatlah saya dengan segenap kemampuan yang ada. membesar-besarkan hati (*takut trauma kebagian petugas yang resek) dan membangun pikiran positif (*toh sampai hari ini selalu ada 'orang baik' di antara orang-orang resek tadi). Sudah jam 9, hari Jum'at, (*artinya tinggal dua jam sebelum kantor tutup) tapi sama-sekali belum ada petugas. Duh, masak gara-gara Carik mantu seluruh personel ikutan libur.. Budaya kita memang menggumunkan..
Syukurlah, beberapa saat menanti, datanglah juga salah seorang oknum kantor desa itu. Langsung diserbu para penunggu surat sakti, syukurlah saya dapat giliran pertama (*secara saya datang yang pertama kali, yeah!). Dan mulailah bapak asisten carik (*entah apa jabatan yang sebenarnya) itu mewawancarai saya, sambil menyiapkan kertas (*ya ampun, berapa gsm tuh? tipis bangeed!) dan mesin KETIK MANUAL! Gila, benar saja, lima belas menit belum beres juga ketak-ketok tuts mesin ketik tuwir eta! Hayah, padahal kalau pake komputer, cukup bikin satu template untuk tiap jenis surat, tak-tik-tak-tik beres isi form-nya, klik print, dhok.. kasih tanda tangan dan cap. Jadi nggak sabar. Tapi inilah kenyataannya. Sang Tukang Ketik dengan tampang mantan militer dan tangan yang penuh dihiasi macam-macam tato terus mencap aksara satu persatu, beberapa kali memakai tipe-ex yang dia perlakukan seolah-olah tongkat sakti nan tiada tara.
Akhirnya beres sudah. Sekilas kulihat Pak Nari yang berperan sebagai kurir sekaligus tetangga pengertian itu mengedikkan mata, isyarat agar aku langsung pergi. Tapi jiwa penasaran menggerakkan lidahku pada Bapak Pengetik: "Biaya administrasinya berapa, Pak?". Rupanya Pak Nari belum menyerah, tepat sebelum kalimat saya mencapai tanda tanya, beliau sudah menyibukkan Bapak Pengetik dengan job berikutnya. Hehe, padahal kan saya mau tahu, benarkah yang dibilang Bapak saya, sebagai bagian dari lubang-lubang tikus birokrasi, Bapak Pengetik yang dikenal tanggap money ini akan tetap meminta bayaran meskipun sudah ada peraturan tidak boleh ada pungutan untuk pembuatan surat semacam yang saya minta ini. Makasih deh, Pak. Kebetulan saya memang cuman bawa tiga ribeng.. Padahal kalau Bapak Pengetik benar-benar minta, nggak akan cukup tuh. Walaupun saya prihatin untuk kerja keras yang harus dilakukan jari-jari para carik desa, toh saya tetap nggak mau terjebak lubang birokrasi. Semoga Alloh saja yang membalas, kudoakan cepat ada yang menyumbang seperangkat komputer untuk desa itu. pentium dua saja sudah memadai. Tapi, saya ragu mereka akan bisa mengoperasikannya. Oalah..
The Blue Nowhere
Cerita dibuka dengan peristiwa penculikan dan pembunuhan Lara Gibson, sang Ratu penjaga diri, oleh seorang laki-laki ahli social engineering yang kemudian dikenal sebagai Phate (*dengan Ph tetap dibaca 'ph', bukan f.. Ejaan sangat besar artinya). Identitas Phate yang sebenarnya adalah Jon Patrick Holloway, sang Wizard hacker yang tergelincir menjadi kracker (*killer cracker) karena keasyikan main game Access dan mulai susah membedakan antara dunia nyata dan dunia game. Phate yang tergila-gila pada drama dan dianugerahi bakat akting yang luar biasa ini menjadi buronan Detektif Frank Bishop, yang dibantu oleh Wyatt Gillette, hacker muda luar biasa yang dulu satu gang dengan Phate dan tengah menjalani hukuman penjara. Hanya Wyatt yang sanggup menandingi kepiawaian Phate, meskipun Wyatt sering ketinggalan langkah akibat kecanggihan Trapdoor, program demon penyusup buatan Phate yang memungkinnya mengobrak-abrik sistem data ISLEnet. Intrik demi intrik atas mengatasi, seolah adu kecerdasan antara kedua hacker ini tiada putusnya membuktikan filosofi hidup mereka: Akses adalah Dewa. Direcoki oleh birokrasi, ciri khas novel heroik gaya Amrik, Wyatt terus mengejar Phate hingga bentengnya yang terakhir: kematian Phate yang tragis di gudang 'museum' komputernya sendiri justru oleh tangan ketiga yang tidak disangka-sangka! Siapa? Lagi-lagi, baca sendiri saja. Si phate yang berasal dari keluarga yang kering kasih sayang ini sakti luar biasa sampai-sampai setelah kematiannya pun dia bisa membuat SHAWN (*nggak asyik kalau saya ceritakan, lebih menantang kalo Anda temukan sendiri) membajak tim SWAT untuk melakukan operasi penangkapan terhadap Wyatt dan keluarganya. Ujungnya happy ending sih, tapi ketegangan dan prosesnya itu yang menarik. Bumbu-bumbu romantika yang terselip sepanjang cerita pun dikemas manis mendukung cerita, sama-sama mengejutkan hingga halaman yang terakhir!
Setting Silicon Valley dan pekatnya sisi teknis cukup membuka wawasan kita tentang dunia komputer dan cyber, yang oleh Jeffery, lewat mulut Wyatt, dikatakan sebagai the blue nowhere. Blue untuk listrik yang menjadi sumber energinya, juga untuk kepedihan ironik seorang maniak yang bisa menciptakan identitas sebagai siapapun. Biru untuk keabsurdan dunia yang tak bisa dipegang, tapi cukup ada untuk membuat kita terluka, dipecat dari pekerjaan, bahkan kehilangan nyawa. Dan Nowhere untuk kehampaan dunia yang maya, tak ada dimana-mana selain di batok kepala.
Pokoknya rugi deh kalo gak baca =p , tapi jangan pinjem sama saya, karena saya juga dapetnya minjem, hehehe..
Membaca kisah ini membuat saya benar-benar merindukan sebuah kisah anak negeri, yang pepat dengan baluran ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Bukan dongeng-dongeng mimpi yang sekarang merajai tivi, yang bisa ditebak pola judulnya: si A (nama manusia) dan xxx (nama benda ajaib bertuah). Oh, masak iya harus aku yang mulai nulis tandingan novel ini? Ogah ah, mending kamu aja =D
Berkaca (II)
Diluar jam mengajar, guru itu masih melakonkan profesinya sebagai wartawan. entah wartawan mana. yang jelas, beliau punya cukup banyak link ke orang-orang penting. ini juga saya nggak tahu, orang penting yang mana. orang penting lokal di kerajaan Malang, barangkali. yang jelas, beberapa adik kelasku cukup terbantu saat memasuki sebuah universitas di sana, berkat poci-poci beliau dengan sang rektor. Di luar kelas, pak guru satu ini sangat dekat dengan siswanya. sudah tak terhitung berapa kali anak-anak muda sekolah pinggir sawah itu menjadikan rumah guru lajang tersebut sebagai posko untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. itu artinya akses komputer dan printer gratis sampai ke kertas-kertasnya. dan itu rupanya yang menjadikan beliau sangat dikenal di kalangan siswanya. Entah apa kelebihannya yang lain, kuping saya sudah luber.
satu hal yang saya sangat ingin menggaris bawahi, setelah mencetak miring dan menebalkan kalimat ini: "Tapi kalau ketemu jangan kaget lho, mbak. Pokoknya nggak ndayani. Nggak akan nyangka kalau dibalik penampilannya yang segitu (*saya bingung bagaimana harus menerjemahkan: koyo ngono dengan tanda petik) beliau adalah seorang yang hebat .."
ya, mungkin hati yang besar tidak akan cukup jika dibungkus dengan dzahir yang 'biasa' saja, adikku. Mungkin Alloh membungkusnya dengan kasat mata yang akan mengundang tasbih dan permenungan: bahwa kita sering kali tertipu indra kita sendiri yang berkubang nafsu. Semoga Alloh merahmati beliau, dan memberi saya kesempatan untuk belajar langsung dari beliau, di kesempatan ziarah yang entah.
Don't judge the book by it's cover.
Berkaca
Dia adalah teman seangkatanku, sekelas juga dalam beberapa kuliah. Dan saya benar-benar bersumpah bahwa saya tidak punya hubungan darah dengan orang ini (*hm, well, kalau hubungan satu Moyang Adam-Hawa bisa disebut sebagai satu keturunan..) jadi apapun yang saya katakan tentang dia sama sekali diluar semangat primordialisme. Kita biasa menemukan orang semacam dia di barisan terbelakang kelas kita, sekaligus di barisan terdepan orang yang menyediakan diri mengurus suatu acara. Tidak terancam cumlaude, tapi rasa-rasanya selalu dicap pintar. Jika orang sejenisnya ini memasuki pasar, maka bisa dipastikan dia tak akan keluar dengan cepat: pertama karena terlalu sibuk tawar menawar sampai penjualnya bosan, dan kedua karena diinterogasi dulu oleh satpam yang curiga tampang seperti dia ini berpotensi mengancam keselamatan tas pembeli lainnya :D, hehehe.. (*piss.. piss.. ) Kita bisa menemukan orang semacam dia ini di pojok kampus, dengan celana jeans cenderung belel dan alas kaki yang dijepit, tertawa menyapa semua orang. (*Ya, sejujurnya saya menuliskannya di sini karena dialah satu-satunya orang [baca: cowok] yang selalu menyapa dan bertukar salam dengan saya ketika berpapasan.. bukannya pura-pura tidak melihat, atau sok-sok tidak kenal =p). Maka jangan heran, ketika dia memegang jabatan pupuhu di sebuah organisasi kesenian kampus, unit itu terlihat semarak (*satu hari tak sengaja saya lihat dia sedang melatih anak buahnya gladi resik, dengan wajah sangar yang tak pernah kuduga dimilikinya..) Ketika presentasi kuliah Epro pun hanya dia yang membawakan tema yang lain dari yang lain: etika profesi di bidang Kedokteran (*padahals seingats sayas tugasnyas adalahs etikas profesis di bidangs engineerings! tapi karena dia membawakannya dengan sangat baik, bapak dosen yang terkenal galak (*uhuk, saha nya'?) nampak anteng-anteng saja..). Dia bukan ketua angkatan, tapi saya sangat ingat dia beberapa kali memastikan saya ikut acara angkatan (*hahaha, betapa tampang pembelot saya ini susah disembunyikan..). Ya, seorang koleris-sanguinis sempurna yang saya prediksikan akan menempati posisi yang sangat berarti kelak (*entah di bidang apa..). Dan satu percakapan pendeknya dengan Damar, teman saya yang lain, nyata-nyata menyentakkan saya,persisnya saya lupa tapi kira-kira begini:"Eh, sekarang Salman membina pengemis ya? Yang jualan mi ayam di belakang asrama itu masih jalan? Nah, kitu bagus.. nyata.. bla bla bla..". Tak kusangka kata-kata itu keluar dari mulutnya, (*meskipun aku tahu dia adalah seorang yang sangat rajin berjamaah shalat di Salman), mengingat tak banyak orang yang beraktivitas di Salman yang cukup peduli dengan hal itu. Ternyata seorang seperti dia melihat jauh lebih dalam dari yang biasa kita lihat. Dan tanpa malu saya akui, saya benar-benar melihat karakter yang *seharusnya* dimiliki oleh seorang penyeru perubahan ada pada dirinya: menyatu dengan lingkungan sosialnya, ada saat dibutuhkan, menepis jarak tak nampak antara sang 'dewa' (*tanda superpetik!) dan sasaran perubahan yang awam. Tanpa mengesampingkan kekurangan-kekurangannya, saya benar-benar harus berusaha mengklon sifat-sifatnya itu. Semoga.
Dialah Heryana Rinaldi Hidayat
Selamat Selamat..
jadi lewat sini saja saya doakan: barokaLLAHu lakum, semoga dengan bersatunya jiwa-jiwa baru akan lebih kuatlah bangunan da'wah ini.. =)
maka selamat menikmati perjuangan baru untuk teh Euis dan K' Arif, teh Icha dan k' Umar, Akh Rendy dan istri, Akh Mahfud dan istri, ukhti Tri dan suami, dan insyaAlloh teh Rita dan suami, juga sahabat-sahabat yang lain yang belum kusebutkan, yang mungkin belum termasuk kloter ini.. hihi, tenang, masih ada musim yang akan datang =D (*barengan aku, huehehehe..)
Ayat-Ayat Cinta
Hallowww?? Ada yang bisa menjelaskan kepada saya, atas dasar apa kalimat di atas dianggap bebas dari muatan syirik?
Friday, August 24, 2007
Manggil orang
[peringatan keras! Lagi-lagi tulisan nggak penting =p]
Kenapa ya saya ini susah sekali memberi panggilan ke orang yang sebaya kakak laki-laki: mas, kang, kak, dan kanca-kancanya.. Mungkin karena seluruh keluarga saya perempuan, di keluarga besar pun saya yang biasa dituakan dan dipanggil mbak (*Ibu saya anak pertama, Bapak anak laki-laki pertama yang bertahan hidup) bahkan oleh adik-adik sepupu saya yang usianya belasan tahun lebih tua. Lelaki muda yang saya kenal baik hanya Cak Win bersaudara yang tak lain dan tak bukan adalah keluarga sekaligus tetangga yang mengasuh saya sejak masih orok. Makanya jangan heran kalau saya jarang sekali memanggil kakak angkatan (*dari SMP, SMA, sampai kuliah) dengan panggilan penghormatan di atas. Sebisa mungkin saya menghindari kata sapa yang harus diucapkan secara langsung. Rasanya aneh, ada yang menggelitik saat mengucapkannya. Ya, saya seringnya memanggil cowok dengan namanya langsung! Tapi nggak mungkin juga kan seterusnya saya manggil orang yang lebih tua kayak gitu..
Maka, di tanah Bandung ini, saya belajar memanggil Mas pada beberapa orang yang memang "secara rasa" kata Mas itu sudah menjadi bagian dari namanya, karena sejak awal saya dengar namanya memang begitu dan selalu dipanggil seperti itu: Mas Her, Mas Syarif, dan Mas-Mas Pembina Salman lainnya :) lumayan kan? dan sekarang sudah mulai merambah ke tukang fotokopian, tukang bakso, tukang.. ;p hehe, still along way to go.. Jadi maaf, kalau ada 'orang tua' yang tersinggung saya panggil nama langsung, mohon dimaafkan..
[ditulis karena teringat pada penghuni baru rumah kami yang bingung harus aku panggil apa.. haruskah kuikuti jejak adikku yang memanggilnya:"wong iku" halaah..]
Kota Tanpa Debu
kau bilang padaku lewat mimpi, kita bisa bertukar kota
satu hari
hari yang kau janjikan tanpa debu
hanya rinai menjarum, mengagumi tanah kita
"tapi aku takut kau kan tersesat di kotaku.."
kau bilang aku dusta
"kotaku tak lagi punya nama, dan.."
kau bilang aku cari-cari alasan
"tapi..."
: kita adalah langit-langit yang keropos
usah risaukan orang-orang kotamu
berikan saja kunci gerbang itu
My Guardian Angel, I know I gotta found U someday..
mungkin kita kan bertemu di tikungan takdir yang entah,
tapi mungkin juga aku tak kan mengenali: that's U!
huahahaha..
sial sial sial.. Gara-gara jadi kurirnya anak-anak malah aku yang ditagih si teteh:"udah diisi is?"
reply:"apanya teh? Ouppss.." ;p
It's Hard but,,
why must to be like this love without feeling
something wrong with you I know, I see it in your eyes
believe me when I say, it's gonna be okay
I told you from the start I won't be demandingif u had a change of heart I'll be understanding
when love become so broken heart
and dreams begin to die
believe me when I say, we're working out someway
I'll never try to hold u back
I wouldnt try controlling you
if that's you want, it's what I want
I want the best for you
and if there's something else that you looking for
I'll be the first to help you try
believe me when I say,
it's hard to say goodbye ...
(It's Hard to Say Good Bye)
[Celine Dion, Paul Anka]
Jadi inget Three Little Miracle, di sana ada tokoh Julian yang romantisnya nggak ketulungan (*Harlequim getooh.. ada yang nyerempet-nyerempet 'X' juga, jadi jangan dibaca yagh! hihihi..). Pertama kali baca gara-gara termakan iklan guru Bahasa dan Sastra Indonesiaku (*SMA, aku jadi meng-idealkan si Juli tea sebagai sosok misua impian, cuih cuih cuih..).
Baca lagi pas barengan trio gelo asrama ke PsiKomik, nostalgia deh. eh, 12:48 PM 8/24/2007 dengerin lagu di atas kok ya keingetan cerita itu lagi =).
Yah, ada satu pelajaran penting yang sampai saat ini belum bisa aku pahami: if u had a change of heart, will I be understanding? Memberikan yang terbaik pada orang-orang yang kita sayangi, meskipun itu artinya kita harus merelakan mereka pergi? Seperti Julian yang setelah mati-matian mempertahankan pernikahannya rela melepaskan istrinya pergi, sambil tak lupa berpesan: If you need anything, please let me be the first to know!
Syukurlah ni cerita happy ending, kalo enggak aku akan mendendam seumur hidup sama penulisnya.. (*eh, siapa ya? Lupah!)
[t.a.:oh, where's that 'click'..]
Thursday, August 23, 2007
Perjalanan Ini..
Ini diambil pas transit di Jombang, nunggu MutSel.
Stasiun yang tua dan menyimpang sejarah dalam diam, melihatnya jadi trenyuh sendiri..
Sayang, pagi yang mini..
Damainya.. jadi inget Little House in the Prairie
hantu selalu perempuan?
*) memang ada memedi dengan gender laki-laki, tapi jumlahnya relatif sedikit. Kata 'Kyai' untuk menunjukkan kekeramatan suatu pusaka, bisa jadi merupakan contoh lainnya. terus terang, sampai sekarang saya belum pernah mendengar adanya pusaka kraton yang berjuluk 'Nyai'. Tolong diluruskan kalau salah..
**) sama sekali tidak ada maksud menggugat atau meneriakkan feminisme (*dalam cetak miring)
***) pembahasan di sini adalah dari segi sosial budaya, bukan klenisme apalagi akidah
The Day I Saw You Cry..
Maka aku bicara dengan hening udara, dan hatimu, andai dia bisa mendengar. Maka aku bicara, dengan rantai bisu, pada hatimu, andai dia bisa menyapa. Usah kita takutkan, kita punya DIA. Meski diam-diam embun pun berkhianat, meleber dari mataku yang paling rahasia. Tak usah kita takutkan, aku bukan lelaki mudamu yang bisa kau banggakan. tapi aku akan menjadi perempuan yang lebih tangguh dari apapun. Kita tak kan bertukar kata, tapi aku janjikan untuk tulang-tulangmu yang menua, aku memahami bisikmu yang berkelana: rimba kita adalah labirin kehidupan. Aku tinggalkan engkau, berkawan angin.. moga kau temukan mutiara itu terbang bersama debu-debu..
Dan hingga kini, saat kucium tanganmu yang merenta, dan embun-embunan kembali gagas, aku tahu dialog kita waktu itu belum lagi titik, udara lagi-lagi mengirimkan sayap-sayap sabdamu yang bingkas itu. Tanpa menyentuhnya aku mengerti, tanpa mendengarnya aku memahami:"Terbanglah lagi, Anakku.."
Untuk Indah, yang telah bertanya mengapa is diam-diaman saja dengan Bapak.. hehehe...
[mengumpulkan remah mozaik semangat entah]
Kereta dan Bawaan
Pulang kali ini saya agak sebal. bawaan saya buanyak banget, coz harus nyicil bawa pulang barang-barang gak penting. Dan bagian paling beratnya adalah: saat harus meletakkan barang di 'bagasi' kereta (*well, apapun lah istilahnya..). Ya, mengangkat tas dua puluh kiloan setinggi satu setengah meteran (*setelah naik ke bangku) bukanlah pekerjaan ringan untuk orang seperti saya ini. Dan sayangnya, orang-orang sekelilingku hanya menatap (*aku bisa merasakannya!) tanpa ada inisiatif membantu. Duh, kok malah mengharapkan bantuan? Padahal saya sudah berhasil menenteng kedua tas itu dari gerbang stasiun, yaa kira-kira tiga ratus meteran lah, tanpa tergoda tawaran-tawaran porter. Dan sekarang saya gondok hanya gara-gara sense pengen nolongnya orang Indonesia kok sudah turun.. soalnya, seingat saya dulu-dulu pasti tetangga segerbong (*utamanya laki-laki) menawarkan bantuan kecil itu. Lha kok sekarang? apa gara-gara penumpangnya udah pada jompo kali ya? Hush, jadi inget-inget diri sendiri kalo kondisinya dibalik, saya yang jadi 'penonton', apakah saya akan mengulurkan tangan saya?
Hal ini terulang saat turun dari kereta. Saat naik ke angkot. Saat turun dari angkot. Saat..
SubhanaLLOH, ternyata masih ada orang yang baik. Saat saya mau turun dari kereta di stasiun Singosari, Mas-Mas yang duduk di depanku mau-maunya membawakan tasku yang terberat, sampai di depan pintu. Ya, kereta hanya berhenti satu menit, jika tidak cepat-cepat bisa terbawa sampai Kota Lama. Alhamdulillah, semoga Alloh yang membalas kebaikannya, dan memberi saya kekuatan untuk meneladani perbuatannya..
Takdir
Terus, mengenai apakah takdir itu bisa diubah? Wahyu kena tilang 20.000 gara-gara berbelok di tempat yang salah. jika saja Wahyu terus melarikan motornya, tak peduli sempritan pak Isilup, maka dia bisa saja tak kehilangan duit 20.000 nya. Benarkah? Entah kenapa kesadaran saya beserta segenap alam bawah sadar saya menyangkal pendapat ini. Karena tidak pernah ada kebebasan mutlak dalam pilihan-pilihan makhluk. [bukan berarti juga saya jatuh pada paham yang menganggap semuanya mutlak dari Alloh: saya tidak shalat, toh kalo Alloh mentakdirkan saya shalat tentunya saya sudah shalat dari dulu-dulu.. bukan begitu!]. Maksud saya adalah, tidak pernah ada kehendak bebas pada diri manusia. Jika kita dikendalikan oleh otak, maka siapa yang mengendalikan otak? Jika kita digerakkan oleh jiwa, maka siapa yang mengendalikan jiwa kita? Karenanya, kita harus senantiasa berlindung kepadaNYA dari bisikan syaithon.
Intinya, takdir adalah sebuah perwujudan dari Kehendak Alloh. Dan setelah hal itu terjadi, tak ada lagi pembahasan: "Ah, coba kalau waktu itu begini.. pasti tidak akan begitu..". Tidak ada lagi tempat bagi penyesalan. karena yang sudah terjadi, maka pasti itu yang terbaik menurut Alloh. yang bisa kita ubah adalah masa depan. Serta menajamkan mata hati kita, untuk selalu mengikuti bisikan yang benar-benar dariNYA.
maka, ketika belakangan ini saya selalu sembunyi-sembunyi kalau ke jurusan, naik dari gedung tetangga, menghindari ruangan pembimbing tugas akhir saya di lantai satu (*takut ditagih progress ;p), itu adalah sebuah usaha. dan ketika di usaha yang sebelumnya selalu berhasil, siang itu: "Lho, is.. Sudah balik?" Sang Pembimbing ternyata tepat naik di ujung tangga, sedangkan saya ke arah sebaliknya. Dan mehe-mehe-lah saya.. Ooo, takdir!
Penghianatan Sekolah Kita
Dan benar saja.. Hanya sedikit anak yang tidak mematuhi instruksinya. Gagal lah ia. Tapi kepuasan menjadi miliknya, dan semoga keberkahan pun tetap menyertainya..
Ahh, bagaimana mau bebas korupsi?
Di kelas-kelas kita kecurangan sedang disuntikkan,
demi alasan nama mentereng atau kedudukan, atau apa lah..
Standar dinaikkan ternyata hanya diimbangi dengan strategi mengakali situasi,
bukan peningkatan mutu itu sendiri..
[menulis dengan bete, pengen nyumpahin tapi gak.. ]
Hutang
ini adalah hal kecil yang sangat berbahaya, karena bisa-bisa menghambat hisab kita nanti di akhirat..
karena selama ini saya sering melalaikan hal tersebut, alangkah terkejutnya saya saat tiba-tiba teringat pada 'hutang-hutang' saya. Wah, jangan-jangan masih banyak yang lain yang terlupakan? Yaa Rabb..
Untuk sahabat sekalian, jika saya ada hutang, mohon diingatkan ya..
yaa Alloh, istiqomahkanlah hamba..
[Ramadhan belasan hari lagi, siapkah? moga-moga indahnya doa ma'tsurat menginspirasi segenap insan Indonesia, berhenti berhutang napa?!?]
Maka Bergeraklah..
tidak untuk diam di dermaga!
[tiba-tiba teringat kata-kata mb pertama, saat nonton iklan obat kumur anti plak!]
It's Okay
tidak masalah sebanyak apa kita gagal
tidak masalah bagaimana penilaian orang
selama kita selalu b.a.n.g.k.i.t l.a.g.i!
kan ada Alloh yang menolong kita?
[ icha, Taman Ganesha 20 Agt 09:xx AM ]
ukht, syukron.. Anata wa sugoi na!
Punten, Cing!
Ada kebiasaan yang sudah 'dikaderisasikan' oleh orang tua saya sejak saya bisa mengingat: mengucap nuwun sewu atau permisi ketika melewati orang lain. Dan kebiasaan yang sejalan dengan budaya 'punten'an-nya Sunda ini masih terbawa sampai sekarang. Meski di tempatku ini tak semua orang mau menanggapi dan membalas dengan 'mangga'atau minimal senyum, toh suara saya yang lebih sering nyangkut di tenggorokan ini tak bisa menghentikan kebiasaannya. Hingga suatu hari, dibelokan ketiga sebelum kosan saya pun kembali mengeluarkan jurus "punteen..". tapi, lho, kok sunyi senyap? Olala, rupanya saking terbiasanya saya berpunten ria, begitu ada 'sesuatu' di jalan yang saya lewati, alam bawah sadar saya pun otomatis menekan tombol itu. Saya malu sendiri untuk kebodohan kali ini, gimana mau bilang "mangga" da' yang dipuntenin mah uching! Hayaah.. semoga tidak ada yang berprasangka:"seorang mahasiswa yang stress akibat skripsi memberi salam pada seekor kucing di jalan menuju kosannya! Diduga mahasiswa tersebut kebanyakan membaca Harry Potter, hehehe.."
But Still..
but still, that child-trapped-inside-of-us
seem never go away
kata kunci: diayun-ayun cinta
[misi penyelamatan quote-quote pendek dari otak magnet dan binder kuning]
BM, kukejar dirimu!
Tentang Bumi
Kalo baca ini jadi keinget sama ini. Seperti juga yang pernah dikatakan oleh guru fisika saya saat SMA: berdasarkan analisis Quasar, diperkirakan pusat terjadinya alam semesta, yang juga berarti bagian universe yang paling tua, berada tak jauh dari bumi.. olala, sebuah tantangan besar untuk kita buktikan.. agar tak pernah ada lagi yang berkata:"ah, kalian ini bisanya cuma sesumbar.. ngomong yang ini yang itu sudah dikatakan dalam kitab suci kalian, padahal kalian cuma mengklaim hasil penelitian kami! So what?!"
Ah, apa ya?
12:57 PM 8/23/2007
[ tiaraaaaaaaaaaaaaaaap!!! diari-on-len-mode-on ]
ada yang lupa saya critain pas pulang kemaren. iya, ini kabar gembira tentang insyaAlloh akan bertambahnya sepupuku dari pasangan bibi dan pamanku yang baru menikah tahun lalu. berhubung ini adalah anak pertama mereka, juga cucu pertama dari pihak paman, maka kehadirannya begitu dinanti-nanti dan siap disambut meriah. saya sih berharap nanti putranya laki-laki, soalnya rumah kami sudah penuh dengan para wanita, heuheu.. (*tanpa bermaksud 'melawan' takdir Alloh..)
Tanpa diminta, sejak jauh-jauh hari saya sudah menyodorkan nama kepada bibi yang sudah seperti mbakyu sendiri ini. mungkin sedikit berbeda dengan saran pemberian nama yang pernah saya baca, daya imajinasiku justru tertumbuk pada sebuah patron: harus nama islami, tapi dengan ruang jelajah internasional! Heuheu, karena seiring dengan tumbuhnya da'wah, insyaAlloh kebangkitan khilafah akan memungkinkan sebuah tatanan baru: globalisasi yang seutuhnya! Tidak terbatas bentang alam dan budaya. maka nama menjadi bukan sekedar doa, tapi juga identitas dan 'brand' yang harus bisa 'diterima' oleh masyarakat global itu tadi. maka, semoga tak akan terjadi pencekalan di bandara hanya karena nama yang mirip-mirip 'teroris', atau salah sebut yang justru bikin doanya 'ambyar'. atau malah mengaku-aku nama depannya 'pak' karena petugas administrasi ngotot minta nama depan untuk nama jawa yang memang super-hemat-hanya-satu-kata itu. ya, nama yang sederhana tapi memenuhi semua kriteria tadi. lho, kok makin sulit ya?
Dan saya teringat dengan sebuah nama. Sena. Dalam mitologi jawa, sena (dengan 'a' dibaca antara 'a' dan 'o', atau kalau tak bisa membayangkan, minta saja teman Anda mengatakan 'apa' dalam bahasa Jawa.. halaah.. repot amat?! Pokoknya getu lah..) adalah seorang ksatria sakti mandraguna, waduh dari mananya saya lupa, ada di buku kridha basa SD saya.. [haha, na' kliatan tho kalo saya bukan penjaga budaya-jawa-adiluhung yang baik?] Pokoknya, yang saya ingat kata Bu Soeminarti Sena adalah ksatria sejati gagah berani, pembela kebenaran dan keadilan dunia wayang. dan saya percaya.
Sena juga bisa diambil dari Ibnu Sina, tokoh ilmuwan terkenal zaman kejayaan islam, yang dikenal barat sebagai Avicena. Pokoknya dia juga orang hebat cerdas cendikia.
Sena dengar-dengar adalah nama salah satu tokoh dorama jepang, umm.. bisa juga toh?
setidaknya cukup bisa diterima di barat dan di timur ^^ (maksa!)
Saya sendiri lupa apa lengkapnya nama yang saya sms-kan itu. (dasar!) tapi saya embel-embeli: POKOKNYA panggilannya harus 'Sena' dengan 'a' yang asli seperti di 'bahasa Indonesia'. titik.
kalau ternyata perempuan, namai saja Shofya, bahasa arab untuk 'bersih' dan sudah biasa di telinga barat maupun tenggara. (tidak adil, tidak ada ulasan!)
beberapa waktu kemudian, ide berubah lagi. Sudahlah, apapun namanya, yang penting pas disingkat namanya jadi SYAM. Soalnya dulu saya sempat tergila-gila dengan nama ini, kakak kelasku perempuan ada yang bernama Syam. dan kalau dipanggil, kok rasanya berdentang-dentang merdu di telinga.. Ahh, ambisi selera pribadi! Dan lagi-lagi akan diusulkan: Syarif (semoa yang mulia tidak hanya nasab, tapi juga megah jiwanya) Yusuf (siapa lagi dalam Al-Qur'an yang diceritakan dalam satu surah penuh? yang sempurna akhlak dan dzahirnya..) Ahmad (panggilan kecintaan dari ibunda Rasulullah) M... Hah? Terbacalah kilas berita di sebuah stasiun televisi nasional: ... Syam ditangkap petugas.. tersangka meracuni.. ditemukan bom.. dikontrakan Syam.. dihukum... penyelidikan..
Gleggg..
pe-er: nyariin pernak pernik bola untuk si bungsu, dan tetek bengek anime//manga untuk 'kembaran'ku yang ternyata jauh lebih dahsyat maniaknya!! sambil mencari-cari, kali-kali aja ada nama lain yang unik juga..
resia
wahai gerimis, hapus jejaknya kabarkan pelangi kan tiba!
Setiap kali buka kompi..
langsung menuju faith1089/drift/stock, bukannya mampir ke folder future yang mengulum grafologi dan konco-konconya. seriuslah! [2:03 PM 8/23/2007: semua Future dkk sudah dipindahin ke harddisk Aisyah_mee untuk diburn (*tanpa dibaca sebelumnya!).. Oalah, kebiasaan nyampah data yang belum berubah!]
eh, malah pindah ke yang sebelah ini =>
jelek kamu is!
cerita-cerita dari jakarta, sebuah karikatur orang-orang Pram.
Gak Penting!
Tanpa ada proses pembuangan gas sisa tersebut, seluruh diri kita akan kacau: tekanan dalam tubuh menjadi tidak normal. Maka saluran pencernaan mogok, menimbulkan perasaan mual, kepala ikut-ikutan demo, pusing luar biasa. Muaranya, kita tidak bisa berkativitas hanya gara-gara satu kenikmatan dicabut! SubhanaLLAH.. Jika untuk mensyukuri 'farting' saja susah, bagaimana kita bisa menghayati tasbih kesyukuran jagad raya?
Aktivasi, dari mana?
ya, yang paling sulit di dunia ini adalah memulai..
melawan kelembaman dan ketakutan sendiri..
ayoh, ...
... susah apanya toh ndhuk? memang menjelang akhir sebuah perjuangan, banyak sekali godaan tuk berhenti, bahkan mundur! betoel? jadi masalahnya apa? aq bisa bantu apa?...
(pesan singkat, 22 Augt 2007, 22:29:26)
Habhuuu... kalo saya tahu masalahnya apa, saya pasti sudah bisa mengatasinya..
hiks, diam-diam saya telan mentah-mentah kata orang: "wanita itu memang membingungkan, bukannya apa-apa.. justru karena mereka sendiri tidak tahu apa yang mereka inginkan!"
Ah, masak iya urusan tugas akhir saja sampai harus bawa-bawa kodrat wanita?
Terlalu!
sudah, hentikan omong kosong ini, keluh meluh tak berguna ini, pantengin monitormu.. kalau kamu masih bisa ngetik satu sms, bukannya lebih baik waktunya digunakan untuk membaca satu paragraf? meskupin, eh meskipun itu artinya pemahamanmu hanya bertambah satu kalimat! -_- <-muka marah?
umm, tapi saya nulis dulu ya satu judul aja, boleh ya pEt? Ya, ya? Cliing.. (*senyum nista setelah menghabiskan HP and the prisoner of azkaban)
Sunday, August 19, 2007
Parade Cinta
kalu' baca ini kok rasa-rasanya saya sangat tidak pantas bersedih hati ya..
wah.. ternyata banyak ya yang sayang sama saya? Padahal ini belon semuanya lho… Hehehe.. so, Laa Tahzan..
setiap hari kita ternyata adalah parade cinta dari orang-orang yang DIA kirim untuk mencerahkan hari dan hati kita.. =) Sungguh, ada banyak cinta untukmu, saudaraku..
Semoga Alloh mencintaimu karena engkau mencintaiku karena Alloh..
Wednesday, August 15, 2007
TeRoR
kapan CaDbuRy aLMoNd suPer GuedDDddeeeeee-ku nYampe BaNdunG?
[naGih-oN-LiN3]
yang merasa ditagih,
^__^ ditunggu lho.. keburu leleh.. kelamaan kalo nunggu lulusan T__T
Hikmah Hari ini
ilmu yang tidak diamalkan,
Amal yang tidak ikhlas,
Harta yang tidak ditujukan untuk akhirat,
Hati yang tidak mencintai Allah,
Badan yang tidak taat dan tidak mengabdi kepadaNya,
Kecintaan yang tidak diridhai Allah dan tidak dalam menjalankan perintahNya,
Waktu yang terbuang yang tidak digunakan untuk mengetahui Allah dan mendekatkan diri kepadaNya,
Pemikiran yang berputar pada suatu yang tidak bermanfaat,
Pengabdian yang tidak mendekatkan diri pada Allah dan juga tidak mendatangkan kemashalatan bagi dunia,
Rasa takut dan berharap kepada orang padahal nasibnya ada ditangan Allah.
(Ibnu Qayyim al Jauziyah)
Terima kasih untuk saudaraku yang selalu berbagi pesan hikmah di YM! Meskipun jarang saya balas..
Hobi Dadakan
Duh, luntur sudah visi, misi, dan strategi pulkam untuk mencapai sebuah kondisi mental dan spiritual yang tangguh dalam rangka menyelesaikan segenap persoalan bangsa pada umumnya, dan menyelesaikan tugas akhir pada khususnya...
Dan salah satu kebiasaan kagetan yang saya peroleh saat pulkam adalah: terpaksa melototin 22 orang berebut bola! Adoww, sumpe satu kali satu kalinya saya nonton bola adalah final piala dunia saat Prancis merongrong Italia entah taun berapa! Bulan-bulan kemaren saat seisi kosan jejeritan mendukung Indonesia di Piala Asia, saya toh adem ayem menutup kuping dengan bantal di kasur trepes saya yang super sejuk.. Tambahan lagi, saya tidak pernah peduli dengan naik turunnya mood para bobotoh di kampus saya, mau apa juga silakan, pokoknya ndak ngganggu saya yo wis..
Ini gara-gara si bungsu. Sang Penguasa Remote Control ini benar-benar maniak bola.. Maka sebagai kakak yang harus pura-pura baik, maka sang saya pun mengikuti acara pilihannya. Sambil sesekali merebut kekuasaan, toh di mana-mana yang terjadi kehendak penguasa juga. Maka liga entah rokok apa saja dari yang profe sampai yang masih kuncup-kuncupnya, tandas dia tonton. Aku juga, hehe.. ^^ Sambil asyik nonton dan maen game HaPe, tak hentinya Si Bungsu ini mencecarku:
"mosok orang Bandung gak kenal siapa saja pemain persib?"
"Kalo Persebaya dari mana coba?"
"Kalo PSMS sama PERSIJA saktian mana? Gitu aja nggak tau.."
"A.K posisinya apa coba?"
dan ego superku cuma melengos: mbuh ra eruh.. sambil tak lepas memandang layar kaca.
Ternyata nonton bola asyik juga, seperti mengasah kemampuan perang..
Walhasil, pesan si bungsu yang mau-maunya begadang demi bola ini saat melepasku pergi adalah: "mBak, ojo lali.. Riyaya kudu wajib harus bawain oleh-oleh kaos Persib!"
Lha, nyari di mana?
Hayo, yang punya info di mana bisa dapetin pernak-pernik bola di kawasan Bandung, bagi-bagi ya..
Tapi maaf, semua..
Secara saya masih demam 'homy' maka sampai beberapa waktu ke depan tulisan saya belum akan beranjak dari hal-hal cekereyem bin pelesepele..
Plus, lagi, dan ini gawatnya, saya blom bisa menambah ilmu dan mengasah hati dengan tulisan-tulisan dari blog-blog tetangga sekalian, sampai waktu yang belum ditentukan..
warukatta..
Cukup singkat untuk membuat sebuah proyek keteteran.. {* XX whuaa... Y_Y}
Cukup singkat juga untuk membuat geleng-geleng kepala: kok sudah harus bayar SPP lagi..
Cukup singkat untuk membuat terpana: uban di kepala orang-orang sepuh kita kok ya makin nrecek.. seolah clue-clue dari Izrail itu meneriaki kita: Ngger, mbok ya cepet lulus, cepet XXX, cepet memberi YYY untuk kami-kami ini.. cepet ZZZ juga...
Cukup singkat untuk menghadiahkan sebuah kejutan:
> Glodak pertama!: Kok adek-adekku sudah lebih panjang dan lebar dari pada kakaknya yang satu ini.. walah...
> Glodak kedua!: kok ya adek-adekku itu punya cita-cita yang rada nyeleneh! Perasaan, pas terakhir aku tinggal masih normal-normal aja. Yang satu pengen jadi montir dan sebangsanya.. lha yang satu mau jadi pelatih sepak bola! Secara dhe'e kabeh adalah ikhwit tulen 100% perempuan!! Yaa Rabb, teladan 'miring' apa kiranya yang pernah hamba tularkan pada mereka? Tunjukkan mereka jalan terangMU...
Tuesday, August 14, 2007
Sunday, August 12, 2007
392.500 vs 90.815
jika tak bisa kubilang malang,
maka akan kubilang apa nasib kalian?
berbulan bulan sebelumnya kalian digembleng
pake les pagi sore malam
tidak lupa istighosah akbar
plus pesan sponsor:"curang jangan segan-segan"
hanya demi satu predikat: lulus
oh, adek-adekku seluruh indonesia
lulus kalian adalah lulusnya guru dari jeratan kasek
lulus kalian adalah lulusnya kasek dari jeratan pengawas sekolah
lulus kalian adalah lulusnya ...
oh, adek-adekku seluruh indonesia
lalu kalian yang berhasil masih harus berjibaku
dalam tes hidup mati: yang kalian sudah tahu apa
dan tangis kalian kembali berdarah-darah
seperti laju peluh di urat bapak emak kalian:
" alaah, diterima susah, mikirin dana masuknya..
ga diterima susah, lebih mahal lagi..
ga kuliah, duh.. kok ya.. "
[diketik on the spot, kachaww.. ijonetsatujam]
ralat:// ternyata ngenet dikampungku luamayan huram koq.. baru kerasa mahal kalo dbandingin ma netnya kampus :P