Masih catatan pulang,
Pulang kali ini saya agak sebal. bawaan saya buanyak banget, coz harus nyicil bawa pulang barang-barang gak penting. Dan bagian paling beratnya adalah: saat harus meletakkan barang di 'bagasi' kereta (*well, apapun lah istilahnya..). Ya, mengangkat tas dua puluh kiloan setinggi satu setengah meteran (*setelah naik ke bangku) bukanlah pekerjaan ringan untuk orang seperti saya ini. Dan sayangnya, orang-orang sekelilingku hanya menatap (*aku bisa merasakannya!) tanpa ada inisiatif membantu. Duh, kok malah mengharapkan bantuan? Padahal saya sudah berhasil menenteng kedua tas itu dari gerbang stasiun, yaa kira-kira tiga ratus meteran lah, tanpa tergoda tawaran-tawaran porter. Dan sekarang saya gondok hanya gara-gara sense pengen nolongnya orang Indonesia kok sudah turun.. soalnya, seingat saya dulu-dulu pasti tetangga segerbong (*utamanya laki-laki) menawarkan bantuan kecil itu. Lha kok sekarang? apa gara-gara penumpangnya udah pada jompo kali ya? Hush, jadi inget-inget diri sendiri kalo kondisinya dibalik, saya yang jadi 'penonton', apakah saya akan mengulurkan tangan saya?
Hal ini terulang saat turun dari kereta. Saat naik ke angkot. Saat turun dari angkot. Saat..
SubhanaLLOH, ternyata masih ada orang yang baik. Saat saya mau turun dari kereta di stasiun Singosari, Mas-Mas yang duduk di depanku mau-maunya membawakan tasku yang terberat, sampai di depan pintu. Ya, kereta hanya berhenti satu menit, jika tidak cepat-cepat bisa terbawa sampai Kota Lama. Alhamdulillah, semoga Alloh yang membalas kebaikannya, dan memberi saya kekuatan untuk meneladani perbuatannya..
Pulang kali ini saya agak sebal. bawaan saya buanyak banget, coz harus nyicil bawa pulang barang-barang gak penting. Dan bagian paling beratnya adalah: saat harus meletakkan barang di 'bagasi' kereta (*well, apapun lah istilahnya..). Ya, mengangkat tas dua puluh kiloan setinggi satu setengah meteran (*setelah naik ke bangku) bukanlah pekerjaan ringan untuk orang seperti saya ini. Dan sayangnya, orang-orang sekelilingku hanya menatap (*aku bisa merasakannya!) tanpa ada inisiatif membantu. Duh, kok malah mengharapkan bantuan? Padahal saya sudah berhasil menenteng kedua tas itu dari gerbang stasiun, yaa kira-kira tiga ratus meteran lah, tanpa tergoda tawaran-tawaran porter. Dan sekarang saya gondok hanya gara-gara sense pengen nolongnya orang Indonesia kok sudah turun.. soalnya, seingat saya dulu-dulu pasti tetangga segerbong (*utamanya laki-laki) menawarkan bantuan kecil itu. Lha kok sekarang? apa gara-gara penumpangnya udah pada jompo kali ya? Hush, jadi inget-inget diri sendiri kalo kondisinya dibalik, saya yang jadi 'penonton', apakah saya akan mengulurkan tangan saya?
Hal ini terulang saat turun dari kereta. Saat naik ke angkot. Saat turun dari angkot. Saat..
SubhanaLLOH, ternyata masih ada orang yang baik. Saat saya mau turun dari kereta di stasiun Singosari, Mas-Mas yang duduk di depanku mau-maunya membawakan tasku yang terberat, sampai di depan pintu. Ya, kereta hanya berhenti satu menit, jika tidak cepat-cepat bisa terbawa sampai Kota Lama. Alhamdulillah, semoga Alloh yang membalas kebaikannya, dan memberi saya kekuatan untuk meneladani perbuatannya..
No comments:
Post a Comment