Tuesday, September 30, 2008

(Calon) Istri Dodol Lainnya....

seumur hidupku, baru kali ini 'membeli' (saya punya prinsip: daripada punya satu buku tapi baca satu buku (*apalagi hanya dikoleksi tanpa dibaca!*) mending nggak punya bukunya tapi udah baca semua!! Artinya: daripada beli satu buku 'biasa' mending duitnya buat minjem tujuh buku 'di atas rata-rata'.. hm, ngoleksi buku dan bikin griya pustakanya ntar kalau udah lapang.. ada ruginya juga sih, tapi banyakan untungnya.. ) buku langsung on the spot gara-gara kepincut satu tag line-nya! Duh.. padahal benar-benar tidak ada budjet beli buku @ Togamas di mall depan stasiun W itu. Tapi apa lacur, baru kali ini ada buku besutan FLP yang menggoncangkan imanku (*biasanya, minjem aja tak sudi.. halaah*)

Diari dodol seorang istri. Ditulis sama mbak Bebby. Hm, karena ni buku uda melayang ke tangan para peminjam, resensi benerannya ntar-ntar aja ya peT! Yang jelas, ini nih kira-kira 'think' yang membuatku rela berdiri di atas peron sampai diteriakin mas-mas stasiuner:"Lho lho.. mbak'e kok ngguyu dhewe tho?", pernyataan implisit untuk kepenasaranan apakah cewek eh cebong ini masih terhitung waras.

istri: mas, anak kita mau dikasih nama siapa, kalau cowok?
suami: muhammad thariq aja..
istri: tapi kan lidah orang kita suka rewel.. nanti kalau jadinya malah dipanggil 'tarik' gimana?
suami: ya udah, kita ganti aja
istri: jadi apa?
suami: dorong...


hahaha.. rela jadi 'gila' karena merasa banyak kedodolan sang istri yang mirip-mirip ma saia.. jangan-jangan suatu saat aku juga punya kumpulan 'kedodolan' seorang cebong..
un, entah mengapa otakku tertumbuk pada seseorang
yang bisa garing kacrut saat memproyeksikan kisah ini ke 'sumbu real'.

hehe, ngga penting

ke mana perginya?

jika cahaya itu telah datang,
tapi kau acuh sahaja,
ke mana perginya ia?

hatimulah cermin itu,
jika tak kau tangkap
ke mana pergi?


== back sound: takbiran, @stri ^^ all nighterz tp ga banyak guna, berkawan dengan keyboard aneh yang membuat 'kompas' jari pengetikku hilang arah dan tertatih.. ==

Wednesday, September 17, 2008

--

Ada duri mendedah pusat jantung

Seperti pasak menceraikan batang

Ganas halnya hiu kelaparan...


(di bawah hujan, loteng baru yang tenang)

Thursday, September 04, 2008

Jaring dan Pemangsa Laba

Investasi di bidang IT yang cepat sekali berubah membuat saya penasaran: akankah tren warnet sama seperti wartel beberapa tahun terakhir ini yang tergulung oleh bisnis telekomunikasi nirkabel yang banting harga gila-gilaan?
Selalu ada kemungkinan ke arah sana, mengingat para pemain di bidang operator telekomunikasi sudah ngiler memasuki medan komunikasi data.
Sebut saja Telkomsel yang baru-baru ini melempar TELKOMSELFlash.
Juga AXIS yang sudah lama memasukkan free GPRS (*sekarang sudah bayar.. meski masih jauh lebih murah...*) sebagai salah satu menu promosi andalannya. Hm, saya sempat mampir ke AXIS gara-gara promo tersebut.

Akses net via Hape atau melalui provider seluler bukannya tanpa kendala. Terus terang, sebagai pengguna AS saya cukup kecewa dengan makin buruknya layanan AS akhir-akhir ini, meskipun dari segi tarif dan fitur memang makin menarik saja. Namun, apa gunanya fitur yang banyak jika tidak dapat diandalkan? Atau tarif murah yang ternyata jatuhnya boros juga? Apalagi untuk layanan data yang berukuran besar ala flash tersebut! Hm, curiga akan banyak 'bolongnya'.

Jika Anda berada di area bisnis ini, ada baiknya bersiap-siap sebelum kapal Anda mengalami benturan yang sebenarnya :)
Adalah bijaksana memperkirakan dan menyusun strategi model kafe net seperti apa yang akan survive lima tahun mendatang.. (*plus plus naon? free free naon?*)
Toh selalu ada celah yang tak bisa diisi oleh pesaing lainnya.

Calo Meet Sharia

Pas pulang kemarin saia terpaksa berurusan dengan calo tiket kereta api kelas tiga alias ekonomi, dengan pertimbangan:
  • anggap saja sebagai upah 'jagain' tempat duduk.. lagian kalo diitung-itung, untuk memastikan kita bakal dapat kursi, kita musti ambil/ beli tiket langsung dari pagi, yang artinya pemborosan waktu dan energi.. juga ongkos transport yang lebih besar jumlahnya daripada jumlah selisih uang yang kita bayarkan pada mas-mas calo! Apalagi BBM kan udah mahal, bok!
  • hm, jadi membuka satu lapangan kerja baru?
  • yeuh, dari pada berdiri setidaknya dari Bandung-Solo.. bisa gila kakiku! (*eh, sejak kapan kaki punya otak? deuh..*)
  • kalo nunggu kereta yang lain, saya harus bolak-balik ke rumah dulu (*nggak mungkin ngemper di stasiun sendirian dari jam 19.00-06.00.. *) which means pemborosan dan .. masak iya saya harus pamitan ke orang rumah dua kali sehari? please degh..

Sebenernya tidak enak juga make jasa calo ini.
Hm, secara syariat, praktik percaloan tidak dapat dibenarkan karena menghalangi kesempatan orang yang tidak mampu membayar selisih harga tersebut untuk mendapatkan tiket duduk, padahal bisa jadi mereka lebih membutuhkannya. Syariat melindungi hak-hak setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pelayanan publik. Hm, setidaknya ini menurut saya. Adalah kewajiban pemerintah untuk meniadakan praktik-praktik semacam ini, termasuk mengenai pungutan liar dan fenomena bayar di atas kereta yang akhirnya masuk ke kantong pegawai, bukannya ke PT. KA

How do you think?

Tapi karena sudah terjadi, yo wis.. pripun malih..

Tuesday, September 02, 2008

eMeM

Pariwara dan MURI
lebih sempitnya lagi Mie dan Muri
entah apa kaitan di antara mereka berdua
yang jelas akhir-akhir ini saya heran dengan memanasnya persaingan antara dua merk mie instant dalam beradu rekor (*yang terpanjanglah.. 300 m dikalahkan oleh 1000 m, terbesar, terbanyak, dan bla bla lainnya..)
Hm, entah apa maksudnya
Penelusuran mbah gugel menghasilkan 1,110,000 hasil penelusuran untuk ki-wod MURI mie. (0.19 detik)
hm, bagaimana?

Apa yang membuat orang berebut pengen namanya masuk MURI?
atas nama kemashuran, tertulis dalam sejarah?
atau dalam hal pariwara, murni preseden positif demi peningkatan kapital semata?
or what?

makin hari, makin aneh-aneh aja gaya dan metoda untuk mencatatkan diri sebagai pemegang rekor di Indonesia ini.. yang terakhir saya dengar di berita: tayuban tiga hari non stop, ledeknya ada yang nari 27 jam non stop! weleh weleh.. dunia dunia..

Sak Klerepan Ning Kutha Malang

sepuluh harian di rumah, tapi nggak nyempatno uklam-uklam.. (*cuman sekali kluar nonton karnaval di rumah teman di kecamatan sebelah, lantaran sudah ketinggalan karnaval kecamatan sendiri, plus baby sitting keluar masup warnet hampir saban ari*)
yo wis, di detik-detik terakhir sebelum pulang daku melintas juga di jantung kota Malang, sekedar mampir dari area kampus adikku di veteran (*nyempil bentar nyari oleh-oleh di MaToS alias Malang Town Square yang baru dibangun itu.. yang ternyata jauh lebih 'lapang' dari BIP*) ke arah Blimbing, kediaman Budhe-ku.

Lima tahun ini, sejak terakhir kulihat, banyak perkembangan positif yang telah dicapai (*sekolah nambah, hampir 70% yang berdomisili di dekat jalan raya menjadi tempat usaha, mulai dari toko, pabrik, resto, sampai art gallery.. dan yang mengejutkan: jajanan udah kaya di Bandung aja! walaupun belum sevariatif di sana, tapi dibanding terakhir kali aku ke sini, udah berubah banget! Masyarakat agaknya mulai bergeser seleranya, seiring dengan maraknya wisata kuliner di tipi barangkali.. begitu juga dengan gaya busana, sedikit banyak mulai lebih metro dalam tanda super kutip*)

harus diakui, Malang jauh lebih rapi daripada Bandung (*tapi masih ketinggalan kalau soal barang elektronik*)
lebih hijau pulak (*suasana oldies-nya juga lebih kerasa*)
pokoknya cocok buat JJS dan ngabuburit, trotoarnya khusus dan lebar, jalannya lurus, hutan kotanya teduh pisan.. masih pantas disebut sebagai kota bunga

kayaknya Malang tuh kaya banget (*nama jalannya: surabaya, bandung, bondowoso, kediri.. semua kali ye..*) dan sepertinya sehat pisan coz setidaknya dalam satu rute yang saya naiki saja saya menemui lebih dari tiga sarana olahraga (*stadion Gajayana, lapangan tenis di daerah yang semua nama jalannya adalah jenis-jenis olah raga, dan lapangan basket yang cukup besar*)

uniknya, di sini kita harus hati-hati. Hampir semua angkot warnanya sama (kombinasi biru putih= AMG, LG, GA, AL, dll..), padahal beda jalur/rute.. harus perhatikan nama yang tertera di kaca atau badan mikrolet. Untuk orang 'baru' seperti saya, ini cukup merepotkan.

uniknya lagi, di sini tarawehan versi reli.. duh, kangen Habib.. hari ke dua aku terpaksa taraweh jama'ahan di rumah (*diimami Ibuk, lumayan, slow motion.. *) soale nggak kebagian tempat.. maklum masih awal Ramadhan, jamaah membludak

yeuh, kapan-kapan, akan kukuliti kota ini with someone special.. pake sepeda pancal seputaran ijen, terus menelisik ke arteri kota tua yang masih berbau kolonial.. hum, sumdai ;p

next move: surabaya, tunggu aku (lagi!)

weeq,, kuangen awakmu, my peT ;p
gambar di kompas dari link terkait