Ini seharusnya catatan semester kemaren.. ^^
Dia adalah teman seangkatanku, sekelas juga dalam beberapa kuliah. Dan saya benar-benar bersumpah bahwa saya tidak punya hubungan darah dengan orang ini (*hm, well, kalau hubungan satu Moyang Adam-Hawa bisa disebut sebagai satu keturunan..) jadi apapun yang saya katakan tentang dia sama sekali diluar semangat primordialisme. Kita biasa menemukan orang semacam dia di barisan terbelakang kelas kita, sekaligus di barisan terdepan orang yang menyediakan diri mengurus suatu acara. Tidak terancam cumlaude, tapi rasa-rasanya selalu dicap pintar. Jika orang sejenisnya ini memasuki pasar, maka bisa dipastikan dia tak akan keluar dengan cepat: pertama karena terlalu sibuk tawar menawar sampai penjualnya bosan, dan kedua karena diinterogasi dulu oleh satpam yang curiga tampang seperti dia ini berpotensi mengancam keselamatan tas pembeli lainnya :D, hehehe.. (*piss.. piss.. ) Kita bisa menemukan orang semacam dia ini di pojok kampus, dengan celana jeans cenderung belel dan alas kaki yang dijepit, tertawa menyapa semua orang. (*Ya, sejujurnya saya menuliskannya di sini karena dialah satu-satunya orang [baca: cowok] yang selalu menyapa dan bertukar salam dengan saya ketika berpapasan.. bukannya pura-pura tidak melihat, atau sok-sok tidak kenal =p). Maka jangan heran, ketika dia memegang jabatan pupuhu di sebuah organisasi kesenian kampus, unit itu terlihat semarak (*satu hari tak sengaja saya lihat dia sedang melatih anak buahnya gladi resik, dengan wajah sangar yang tak pernah kuduga dimilikinya..) Ketika presentasi kuliah Epro pun hanya dia yang membawakan tema yang lain dari yang lain: etika profesi di bidang Kedokteran (*padahals seingats sayas tugasnyas adalahs etikas profesis di bidangs engineerings! tapi karena dia membawakannya dengan sangat baik, bapak dosen yang terkenal galak (*uhuk, saha nya'?) nampak anteng-anteng saja..). Dia bukan ketua angkatan, tapi saya sangat ingat dia beberapa kali memastikan saya ikut acara angkatan (*hahaha, betapa tampang pembelot saya ini susah disembunyikan..). Ya, seorang koleris-sanguinis sempurna yang saya prediksikan akan menempati posisi yang sangat berarti kelak (*entah di bidang apa..). Dan satu percakapan pendeknya dengan Damar, teman saya yang lain, nyata-nyata menyentakkan saya,persisnya saya lupa tapi kira-kira begini:"Eh, sekarang Salman membina pengemis ya? Yang jualan mi ayam di belakang asrama itu masih jalan? Nah, kitu bagus.. nyata.. bla bla bla..". Tak kusangka kata-kata itu keluar dari mulutnya, (*meskipun aku tahu dia adalah seorang yang sangat rajin berjamaah shalat di Salman), mengingat tak banyak orang yang beraktivitas di Salman yang cukup peduli dengan hal itu. Ternyata seorang seperti dia melihat jauh lebih dalam dari yang biasa kita lihat. Dan tanpa malu saya akui, saya benar-benar melihat karakter yang *seharusnya* dimiliki oleh seorang penyeru perubahan ada pada dirinya: menyatu dengan lingkungan sosialnya, ada saat dibutuhkan, menepis jarak tak nampak antara sang 'dewa' (*tanda superpetik!) dan sasaran perubahan yang awam. Tanpa mengesampingkan kekurangan-kekurangannya, saya benar-benar harus berusaha mengklon sifat-sifatnya itu. Semoga.
Dialah Heryana Rinaldi Hidayat
No comments:
Post a Comment