Friday, November 16, 2012

vestige

x: i love you..
y: but i don't you...
x: take it easy.. I'll love you enough for both of us...


#compiled, dunno from where and where... and a song, possibly..


maybe one day i'll be on that strong leg, watching your distant back and whispering clear to my own ears:  

i too, on the same boat with you, dear Strong-Heart....

Monday, November 12, 2012

do m(y)estical

aku akan menjadi udara yang tak pernah kau lihat
atau tanah yang tiap saat engkau pijak

seperti itulah
jika engkau mengerti maksudku

Wednesday, November 07, 2012

Hollow #1

Tidak dicintai adalah derita yang tidak bisa diwakilkan pada kata-kata dan tak bisa kau bagi dengan siapapun...

Thursday, November 01, 2012

To: Mothers...

Entri "IBU" adalah kata yang membuat kata "TIDAK" bertalak tiga dengan kata "BISA".
Once you are a mother, to convey that you "CAN NOT" is an abstinence...
Or not?

----Masih bergumam tentang kekuatan badai. The Chaos. 

Wednesday, October 31, 2012

Hujan dan Badai

Tuhan, aku menangis
Patah hati
Saat aku meminta hujan
Dan Engkau memberiku badai


Setelah aku kehilangan semuanya
Aku jadi sanggup melakukan apapun

Dan aku tersenyum
Syukur
Atas kekuatan dan dikuatkan
Walau masih terus menangis

Rindu pelangi....


Suatu hari suatu tahun antara 27 Sept dan 27 Okt

Thursday, September 27, 2012

The Tie

When to be happy is a struggle you must conquer,
then you know you are ALIVE....




Thank You, Allah..
I know You hold my dreams, still..
And I shall never lose heart....






Di pelataran surgaNya, kelak, kita kan bertemu kembali
untuk pertama kali dan selamanya, insyaAllah...

~FmGA

Friday, August 31, 2012

Takdir (?)

Tadi sore lewat jendela messenger adik saya mengabarkan sebuah berita kecil, lengkap dengan ikon cengirannya yang selebar dunia: telah mampir ke rumah (orang tua saya) sebuah kartu ucapan selamat Idul Fitri dari seseorang yang sebut saja bernama mbak Muti (mungkin nama sebenarnya), eks teman sekamar di asrama dulu. Kabarnya lagi, itu kartu super unik luar biasa: diduga dan disangka kartu tersebut dibuat oleh anak kecil (yang saya duga dan saya sangka adalah anak mbak Muti sendiri.. eh salah, anak mbak Muti dan suaminya.. Nggak mungkin kan kalo mbak Muti sendiri bisa punya anak? #Eh...) Ya pokoknya begitulah, saya tak sabar ingin segera melihat  wujud kartu ajaib tersebut. Mudah-mudahan masih ada saat saya pulkam nanti...

Yang membuat saya menuliskan tulisan ini, adalah secuil info tambahan dari adik saya: itu kartu SALAH ALAMAT! Bentul sengkali sowdarah sowdaraaah! SALAH ALAMAT! Bukan alamat palsu! (emangnya saya ayu tuing tuing?)

Ceritanya, saya yang dudul ini mengacaukan alamat rumah (orang tua saya) dengan alamat kosan saya waktu mengisi data base asrama. Tapi kenapa tetap bisa nyampe ke tangan orang rumah saya?!? Nah itulah misteri Ilahinya..

Rupanya Pak Pos menafsirkan Jalan Kebon Bibit NO. XX yang nota bene alamat asli kosan saya di Bandung sebagai sebuah perusahaan tempat pembibitan tanaman di daerah tempat tinggal saya. Nyasarlah surat itu ke sana. Padahal sungguh hidup, hal itu tidak ada kaitan fisisnya sama sekali dengan rumah (orang tua) saya. Tapi karena Bapak sering ada urusan "bisnis" yang mengharuskan pergi ke PT Pembibitan tersebut, entah bagaimana, nyampe juga itu surat ke tangan Bapak saya. Voila..

Rizqi..
Yang sudah menjadi bagianmu, akan menjadi bagianmu
Tak kan tertukar, insyaAllah


P.S. Salam rindu untuk semua crew Asrama, terutama Muthie dan Si Kecilnya yang lucu.. 

Wednesday, August 15, 2012

riBeut

Kalian bisa menjadi apa saja dan siapa saja. Tapi kalian tidak bisa menjadi aku. Hanya aku yang bisa menjadi diriku sendiri. Seperti halnya aku tidak bisa menjadi kalian.. Halah.. 

Wednesday, July 25, 2012

Engkau Bertanya Tentang Cinta?


Jadi engkau bertanya tentang cinta?
Cinta itu seperti kepak sayap kupu-kupu, Anakku..
Sederhana seperti hembusan nafasmu
Tapi ianya sanggup getarkan titian baja
Yang aku curiga, 
Ia pertama recah, antara Kaf dan Nuun...

Thursday, July 19, 2012

Satu Hari di Pasar Baru

Ini adalah kejadian pendek yang sangat sederhana, namun menyentakkan saya. Sudah lama sekali saya ingin menuliskan cerita ini. Tapi apa daya, malas itu lebih berkuasa = =" Duh.. Karena saat ini saya menuliskannya dengan kondisi perut kosong melompong, jadi harusnya saya masih bisa menghayatinya.. (Background: biola menyayat-nyayat. Halah..)

Saya sedang mengantarkan teman saya dari Malang berburu oleh-oleh di Pasar Baru, saat seorang pedagang tas keliling itu mendekati kami dan mencoba menawarkan dagangannya. Pedagang ini kelihatannya sudah cukup berusia, namun dunia mengajarkan saya satu hal: Jangan pernah percaya begitu saja dengan permainan garis dan warna di wajah orang-orang jalanan. Karena waktu seringkali berbuat licik dan diam-diam menambahkan jejak di usia yang tidak mereka jalani. Jadi saya taksir mungkin masih sekitar usia adik saya yang ke-dua. Dia kelihatan lega saat teman saya menunjukkan ketertarikan pada dagangannya,  memutuskan untuk berhenti dan melihat-lihat. Tawar-menawar pun terjadi. Cukup alot. Saya lupa angka tepatnya, tapi tas yang asalnya 20 ribuan itu telah turun harkat dan martabatnya ke angka 15 ribuan. Di sinilah masalah menjadi liat. Teman saya keukeuh minta harga 13 ribu. Sedangkan pedagang itu bertahan di angka 14 ribu. 

Setelah serangkaian bharatayudha, dengan berat hati, dan suara agak lemah, sang pedagang pun akhirnya melepas tas itu dengan harga 13 ribu. Saya yang dari awal memang hanya berperan menjadi pengawal tanpa skill perang harga, hanya trenyuh dan terkagum-kagum dengan adegan perang kilat yang menunjukkan kelihaian kedua belah pihak nan fantastis itu. Tepat saat teman saya merogoh tas untuk membayar tas tersebut, datanglah seorang pengamen semi peminta-minta (if you understand what I mean). Teman saya pun membayar belanjaannya, mendapat kembalian, sambil memilih tas yang akan diambilnya. Pengamen itu pun menodongkan mesin kasirnya (if you know what I mean). Teman saya dan saya sendiri sudah seperti cacing habis digelitikin semut merogoh semua saku dan dompet yang mungkin menjadi persembunyian benda bulat dari logam yang biasanya diberikan kepada orang-orang yang berprofesi demikian. Tapi nihil. Akhirnya teman saya pun memberikan uang kertas dua ribu kembalian pedagang tadi. OH, IF YOU SEE WHAT I SEE.. Saya melihat ada perasaan yang tak bisa saya lukiskan dengan kata-kata di mata pedagang tadi. Pundaknya yang turun, dan wajahnya yang mendung cukuplah meruntuhkan haru di hati saya. Setiap ribu rupiah yang dia perjuangkan dengan mati-matian, ternyata bisa begitu mudahnya didapatkan orang lain yang modalnya sungguh sederhana (jika saya bilang tanpa modal itu dianggap terlalu kurang ajar.) Saya hanya menjadi saksi tak berguna di sana, tapi saya pun mendapatkan bagian perasaan bening itu...

Ah, ingatlah wahai tiap inci tulang yang menegakkan tubuhku..
Wahai tiap tetes darah yang berhutang budi pada hidup,
Engkau ditumbuhkan dari sari pati makanan yang didapatkan dari pertempuran demi pertempuran semacam itu...
Dalam dirimu ada hak yang bukan milikmu...
Ingatlah selalu, ingatlah selalu...




#Ditulis sembari mendengar indahnya melodi perbedaan ide sidang orang-orang bijak bestari di tivi ini... Ditinggalkan dengan janji akan mengeditnya saat otak sudah lebih jernih. Wangsul rumiyiin..

Wednesday, July 18, 2012

Today is...

Hari ini nyengajain diri pulang lebih awal dari biasanya, dengan niat bulat mau beresin "orderan" orang-orang.. Mudah-mudahan selamat sampai di tempat.. Haha.. *blogging juga salah satu side job kok jadi it's okay* halah

Wednesday, June 20, 2012

Setengah Delapan

Setengah dari delapan tidak selalu berarti empat.
Kadang ianya adalah tiga, atau bisa juga nol.
Tergantung bagaimana kita membaginya.

Mungkin begitu juga hidup ini.
Ada banyak cara untuk memahami takdirNya...

Information is Power

"Browser Anda tidak lagi didukung oleh Blogger. Beberapa bagian Blogger tidak akan berfungsi dan Anda mungkin mengalami masalah.
Jika Anda mengalami masalah, coba Google Chrome. | Tutup"

Ow ow...

Begitu ternyata :)

Mungkin memang benar..
Kekuasaan itu cenderung korup.
Dan kekuasaan nyatanya toh tidak hanya melulu tentang politik.

Di sini pun "kekuasaan" mulai menunjukkan hegemoninya.

 

Obrolan Para Hari

Berkata Pagi kepada Petang: "Engkau masih terlalu muda"
dan Pagi pun melenggang menenteng Matahari di tangan kirinya
Lalu ketika Waktu terjaga dan Matahari menangis kelelahan,
Petang hanya menatap sendu, "Umurku sudah purna..."

Bukankah begitu Hari-Harimu, Anak Muda?
Semua seperti mimpi yang mampir silih ganti, bukan?

Sampai Takdir mempertemukanmu dengan Dia

Tuesday, June 19, 2012

Lippen to Libur

Sungguh tak nyambung?
Memang...

Ini adalah hari pertama aku ngantor lagi setelah tiga hari libur (week end pleus nambah bolos sehari, hadaw..)
Emang sering banget deh si aku ini justru tepar setelah libur. Heu. Atau paling nggak telat nyampe kantor (Haha.. jdugh..)

It only meant one thing.
Pas liburan si aku melakukan hal yang tidak-tidak.. yeah...

Sebenarnya bingung juga, ngapain ya si aku bela-belain nulis ini di detik-detik terakhir mau hengkang dari kantor? (well, it's 7 PM)

It only meant one thing.
Aku kangen ngeblooooooogggg.. eugh..
Walopun nggak penting... Haha.. it's sad but true..
My work menuntutku untuk banyak menulis.
Tapi blog sendiri gak pernah ditulisi..
Ah, jadi kayak kata-kata Patkay..


Yeah..

Dan lippen?
Apa hubungannya?

Haha, ngga ada-ada banget sih.
Cuman ya gitu deh..
Kalo abis tepar, mau ngga mau harus pake lippen yang agak mencrong dikit
biar ga kayak drakuli
*Ehh...

Friday, June 08, 2012

Hermawan K. Dipojono, Guru Besar dalam bidang ilmu Rancang Bangun Material Komputasional

Hermawan K. Dipojono, Guru Besar dalam bidang ilmu Rancang Bangun Material Komputasional

Never Ever Surrender, he always said..
And I know one thing has changed since I met him in the very first time...
The day I know that I destined to be one of them: The Champions...

Thank you, Sir!

Wednesday, May 23, 2012

Satu hal tentang twitter

Satu hal tentang twitter.
Menengok lini masa, dan berderetnya cuap-cuapan saya, terpentang betapa mudahnya sebuah kata tercipta. Dari letikan ide yang mencuat jadi ketikan pendek. Ruangnya terbatas oleh 140 karakter, namun toh nyatanya sambung menyambung menjadi rangkaian cerita. Cerita implisit tentang hidup si saya. Dan para tweeps mania lainnya.

Satu hal tentang twitter.
Dia mengingatkan saya. Pada sepasang makhluk yang tak henti-hentinya mencatat amal kita: lebih rapat dari update status twitter, lebih detail dan panjang karena menembus batas 140 karakter, dan.. tak mengenal RT maupun delete. Ah.. Sepasang makhluk itu..

Satu hal tentang twitter.
Sekarang jika kulihat lini masa.
Aku teringat catatan amalku, kawan..


Sunday, May 20, 2012

Selarik Salju Turun di Jakarta Siang Itu



Ini adalah hari yang biasa di tempat yang biasa bagi biasanya orang. Tapi bagi saya hari itu agaknya cukup luar biasa, karena perjalanan saya ke Jakarta kali ini lain dari biasanya. Setelah serangkaian keunikan yang akan saya kisahkan dalam note lain di blog ini juga, rasanya kejadian inilah yang paling berkesan bagi saya.

Setiap kali naik Bus Patas 76 rute Ciputat-Pasar Senen, pada siang hari di daerah Fatmawati, ada seorang pedagang asongan yang naik menjajakan dagangannya: permen jahe Sari Wangi, kacang atom, permen asam, dan entah apa lagi saya lupa; yang jelas semuanya adalah produk industri rumah tangga. Menyalahi kebiasaan saya yang suka merasa terganggu jika ada pedagang yang menawarkan dagangan di dalam angkutan umum, akhir-akhir ini saya berusaha lebih memperhatikan dan berusaha membeli jika ada yang sesuai dengan kehendak hati saya. Namun, seringnya hanya berhenti di “memperhatikan”, karena saya suka merasa sulit untuk memulai transaksi dengan mereka (Douuh! Antisosial banget dah!) Padahal ingin sekali saya ikut menjadi jalan rezeki bagi mereka dan industri lokal kita. Entah angin apa yang merasuki saya waktu itu. Tiba-tiba saya memutuskan untuk membeli salah satu jualan Abang itu. Kacang atomnya lebih mirip kacang madu daripada kacang atom yang biasa saya temui di Bandung. Rasanya tidak mengecewakan, sehingga saya menyimpulkan lain kali saya akan melakukan pembelian ulang. Dan hari pun berlalu.

Kesempatan lain itu datang di hari yang aneh itu. Setelah “seharian” disuguhi berbagai macam pengamen, eh, pedagang asongan berseragam hijau itu pun naik lah. Saya sendiri tidak tahu apakah ini pedagang yang sama dengan yang sebelumnya, ataukah jualannya saja yang sama. Yang jelas saya pun membeli lagi, kali ini sebungkus permen jahe dan sebungkus kacang atom. Setelah menimbang-nimbang, terbit sebuah ide dalam hati saya. Alangkah lebih berat dan mulianya jalan orang-orang yang menjaga dirinya dari meminta-minta dalam bentuk sehalus apapun. Yang rela bekerja keras demi rezeki kecil nan berkah. Atas nama harga diri, kehormatan, atau apapun. Dan Islam sangat menghormati orang-orang yang menjaga izzah-nya tersebut. Saya sendiri bukanlah orang yang sanggup seperti itu. Belum bisa, lebih tepatnya. Karena itulah saya sangat mengagumi mereka.

Dan terbitlah ide itu. Pada para pengamen tadi, saya bisa memberi sejumlah uang yang menurut saya cukup besar untuk ukuran katakecil seperti saya, tanpa ia harus bekerja sekeras itu. Masak iya untuk pedagang yang bekerja keras seperti itu saya tidak ingin melakukan sesuatu? Maka saya menambahkan satu lembar uang seribu rupiah dalam lembaran jumlah yang seharusnya saya bayar, yang kemudian saya gulung sedemikian rupa sehingga semuanya menjadi satu kesatuan. Benar Kawan, itu jumlah yang tidak ada apa-apanya bagi sebagian besar kita. Tapi itulah yang saya putuskan akan saya sisipkan saat itu. Saat menyerahkannya, saya berharap Abang itu tidak sempat membuka dan menghitungnya. Sungguh, saya tidak ingin menyakiti harga diri beliau. Dan benar saja, ketika beliau mengambil dagangannya, karena agak buru-buru, beliau langsung mengambil tanpa menghitungnya. Saya tersenyum bersyukur. Saya pikir beliau tidak akan mengetahuinya, kalaupun tahu, pastinya setelah menghitung total penjualan di ujung hari.

Iya, saya pikir beliau telah turun dari bus ketika tiba-tiba beliau kembali dan menyodorkan uang seribu kucel tadi seraya berkata: “Mbak yang tadi beli kan? Uangnya lebih, Mbak!” Sungguh saya kehabisan kata dan hanya bisa menerima kembali uang tadi seraya tersenyum dengan pikiran kacau. Oh sungguh, selarik salju telah turun di Jakarta siang itu. Untuk saya. Karena telah bertemu dengan spesies manusia langka di rimba Jakarta ini. Berlebihankah saya? Rasanya tidak. Tengoklah kelakuan orang-orang yang bertindak aneh-aneh hingga sanggup menipu, memeras, dan semua kata gelap lainnya: demi selembar dua yang tak seberapa nilainya. Kebaikan masih ada di Jakarta. Kejujuran yang setitik itu, semoga kan jadi bara yang menularkan nyala bagi sebanyak-banyak jiwa. Hingga semoga kelak, akan teranglah kota ini.

Ah, seperti biasa saya lebay. Tapi izinkahlah saya yang lebay ini meminta tolong padamu, Kawan.. Jika satu kesempatan kalian lihat yang seperti beliau, tolong belilah dagangannya. Walaupun hanya sebiji. Karena semua yang pernah dalam kesulitan yang pekat gelap sempurna tahu artinya sebintik bara harapan. Benar, Kawan. Sebintik saja.. Itu cukup untuk membuatmu, membuatku, membuat kita melangkah sekali lagi.. Berjuang lagi.. Jangan sampai ada yang berkata: “Kebaikan telah hilang dari dada umat ini…”



>> Ditulis ngacrut dalam jam kerja Jumat ini. Duh. Korupsi ==” Diedit ntar-ntar kalau sudah ada azzam, haha..

Wednesday, April 25, 2012

Perempuan Embun Surga

Cinta macam apakah itu,
yang tidak bersenyawa dengan rindu?

Seperti gadis pingitan Kartini merindu cahaya,
Seperti itu pula dirimu merindu lapangnya cakrawala
Cakrawala di mana mentari tak bersinar
Kecuali menyentuh jengkal tanah yang merdeka

Adalah engkau,
Setiap hembus angin yang berkisah
Tentang perjuangan yang tak sudi menyerah
Dan jiwa yang tak mau patah
Meski jasad telah rebah

Maka di hari semua perempuan mengenang perempuan lainnya,
Aku mengenangmu
Sebagai jalan lelakon yang seharusnya ditempuh setiap perempuan agung
: Anggun dalam berlaku,
 Lincah dalam berpadu

Moga pagi dan senja dalam tidur ruhmu yang suci,
Kau saksikan jua anak-anakmu ini
Berdiri di tempatmu dulu berdiri
Sebagai ruh baru di atas jalanmu menabur mimpi



         : Bunda Yoyoh Yusroh

Monday, April 23, 2012

Randomization

Wow.. April sudah hampir the end tapi nge-blog mati suri lagi :))
Padahal lagi pengen-pengennya mempercantik penampilan blog *yeah, ganti muka baru setengah jalan... akhirnya justru malah makin berantakan...*Padahal Blogger udah berusaha mempercantik dirinya juga lho..

Setelah saya timbang-timbang *ehem, maklum, dulu ngakunya sempat jadi anak fisika.. walau nggak tau bapaknya siapa* akhirnya berikut ini adalah kredo baru si PeTTo... *hatchiing*

Entah apa yang ada di imajinasi saya sewaktu membuat tag-tag geje yang bejibun tea. Untuk ke depannya, blog ini harus sedikit lebih jelas. Catet, penekanan pada kata SEDIKIT ya!
Konkritnya, ini blog akan membahas 3B: BUKU (review dan resensi gila ala saya), BYUTI (ehemm.. no komen yak) dan BAR GAMBAR tak ye (maksudnya.. biasaaa si korel mengorel ala calon pro :)) ). Selebihnya ada Random dan Jekardah untuk menampung yang geje dan super geje. Hmm..

Kalo soal ejaan deelel, sesuka saya lah ya.. kecuali untuk yang dilombakan :)) *LOLLL*


Hmm. Merenung lagi. Omoooo... Suju mau datang ke Jekardah..


Nah, ini namanya masuk tag Random. Haha..

Monday, March 19, 2012

Mario dan Luigi Makan Sotoji?

Entah mengapa begitu mendengar tentang soto jamur, yang mucul di kepala saya malah si duo plumber Mario Bros yang suka mukul-mukul jamur tea. Sungguh tak nyambung. Tapi begitulah adanya.

Suatu hari yang cerah (selalu cerah karena menghadap layar PC yang kebyar-kebyar), saya berkeliling dunia maya dan menemukan informasi mengenai lomba blog yang bertujuan untuk me-review produk Sotoji, soto jamur instan yang baru saja diluncurkan, guna meraih opini publik yang positif namun juga kritis. Dan di sinilah saya sekarang. Mencoba mengingat kembali sensasi tiga bungkus Sotoji yang telah musnah dari muka bumi karena ulah saya.


KEMASAN


Pertama melihat bungkusnya, yang saya cari adalah label halal MUI, dan langsung dapat! Setelah diterawang dan diraba (euleuh, kayak meriksa uang saja), ternyata bungkusnya asli. Asli membuat saya tertarik dengan material yang digunakan. Menurut penilaian saya, materialnya relatif tebal sehingga akan mampu menjaga kualitas makanan dan aman. Dari segi pilihan warna pun sangat menyegarkan mata.

Walaupun desainnya masih sangat "mainstream" bungkus mi instan, saya bisa membayangkan tumpukan Sotoji ini di rak supermarket, dan rasanya masih cukup "stand out" dibanding produk lain yang sejenis. Namun, alangkah sayangnya jika material kemasan yang bagus tadi hanya sekali pakai dan langsung dibuang. Kemasan bisa dibuat lebih menarik dan menantang, keluar dari pakem yang sudah umum. Kemasan juga bisa dijadikan media promosi dan positioning yang kuat.

Bayangkan jika Sotoji punya logo (siapa yang meragukan kesaktian apel bekas gigitan yang mengasosiakan gadget tercanggih, misalnya?) yang kuat dan tercantum dalam kemasan tersebut, katakanlah tokoh kartun berbentuk jamur yang khas. Atau alih-alih petunjuk cara memasak yang sudah umum dan mungkin tidak lagi dibaca konsumen karena sudah hafal di luar kepala, Sotoji menggunakan space tersebut untuk menghibur konsumen. Misal; komik dua kakak beradik yang berebut masak dan makan mi. Atau tuliskan, cara masak: Robek bungkusnya, keluarkan minya, lalu teriak, "Maaaaak... masakin Sotojiiiiiii...." Atau bisa juga diisi dengan tips dan resep berbahan dasar Sotoji. Atau, doronglah konsumen untuk hidup hirau hijau dengan memberi tips apa yang sebaiknya konsumen lakukan terhadap bungkus tersebut; mulai dari menggunakan kembali untuk crafting, lihat website tertentu untuk pengolahan limbah, dan lain sebagainya.

Memang hal ini memerlukan kreativitas dan investasi yang besar, namun, percayalah, dalam persaingan mi yang sangat ketat hal ini bisa menjadi nilai tambah yang luar biasa. Apalagi sebagai produk baru yang masuk ke pasar yang sudah padat, hal-hal mudah dan murah (dalam jangka panjang) yang bisa mencuri perhatian konsumen, adalah kesempatan yang amat sayang untuk dilewatkan. Orang mungkin tidak akan membeli dan memakan mi karena kemasannya, tapi kemasan yang unik membuat orang berhenti untuk melihat produk baru tersebut. Kalau orang sudah melihat, orang akan mempertimbangkan akan mencobanya ataukah tidak. Kalau orang sudah mencoba, ini bisa menjadi jalan masuk untuk membuat orang menjadi pelanggan setia. (Hajuuuuh.. Sok tau banget ya katakecil ini. Tapi sungguh, inilah yang saya rasakan sebagai konsumen.)


Kemasan Sotoji memang sudah memiliki poka yoke yang memudahkan untuk dibuka, namun masih susah dicari. Usul saya, alih-alih berupa satu irisan atau sayatan, akan lebih terlihat jika berupa dua sayatan yang saling memotong dalam bentuk V. Terutama untuk kemasan bumbu minyak. Saya terpaksa menggunakan gunting untuk membukanya karena sulit dibuka dengan tangan kosong.


MI

Awalnya, begitu tahu Sotoji ini berupa mi putih, saya sempat down karena memang kurang suka dengan mi putih. Tapi setelah saya coba, ternyata ini bukan mi putih yang biasa. Teksturnya lebih kenyal, sehingga tidak mudah hancur. Sotoji juga tidak menyerap kuah (alasan mendasar mengapa saya tidak suka mi putih), namun tetap lunak dan tidak keras. Boleh dibilang, Sotoji adalah mi putih instan pertama yang membuat saya jatuh hati. Mi putih juga ternyata lebih "dingin" di perut.

Tekstur jamur dalam Sotoji sendiri cukup kenyal, sedikit mengingatkan saya pada rasa ayam. Memang, jamur mengandung glutamat alami yang memberi rasa gurih. Saya memasak jamurnya bersamaan atau setelah mi dimasukkan ke dalam air mendidih. Bagi Kawan yang tidak suka atau tidak bisa memakan yang terlalu liat, coba masukkan jamur terlebih dahulu dan tunggu 1-2 menit, baru masukkan mi agar teksturnya lebih lembut.


PORSI

Porsi yang dibuat oleh Sotoji sangat pas bagi saya, tidak terlalu banyak, juga tidak kurang. Apalagi tingkat kerapatan jamur terhadap mi, wuiiih, asoi! Tadinya saya pikir jamurnya akan seuprit seperti pada umumnya garnish mi: asal bisa diklaim rasa tertentu. Yang satu ini tidak. Dia total mengusung "kejamurannya".


RASA

Setelah jadi dan mencicip satu sendok, saya menyesal sekali mengapa tidak punya persediaan cabe dan jeruk untuk menambah mantabnya hidangan ini. Sungguh, ditambah irisan cabe merah dan asamnya perasan air jeruk, ini bisa menjadi mi yang sempurna untuk disantap saat hujan melanda. Rasa kuahnya sendiri, karena saya suka banyak kuah, tidak terlalu tajam. Padahal saya sudah menggunakan seluruh bumbu yang disediakan Sotoji. Biasanya, saya hanya memasukkan separuh bumbu mi yang saya makan. Bagi orang yang tidak suka asin dan rasa yang menyengat seperti saya, ini adalah berkah yang mensugesti saya bahwa mi ini kandungan MSG-nya rendah. Namun, bagi Kawan yang sangat suka asin, siap-siap saja menambahkan garam atau mengurangi jumlah airnya. Satu lagi yang saya suka dari mi ini adalah warna bumbunya yang mirip sekali dengan bubuk kunyit alami. Saya juga terbersin-bersin waktu tak sengaja menghirup bubuk cabenya; bau cabe kering asli! Bawang goreng sendiri tidak kasatmata dalam Sotoji karena sudah dicampur dalam minyak bumbu. Padahal saya berharap ada bawang goreng renyah yang bisa ditaburkan di atas mi.


Jika ada kekurangan yang cukup mengganggu saya dalam Sotoji, itu adalah tidak adanya sesuatu yang "kriuk" saat memakan mi ini. Jadi Kawan harus menyediakan sendiri pelengkapnya. Tahukah Kawan apa yang muncul pertama kali saat saya meliurkan (hush!) sesuatu yang kriuk itu? Sesuatu itu adalah kripik usus khas Malang, kota kelahiran saya. Atau kripik jamur tiram, khas Malang lagi. Atau kripik kentang. Atau keripik ubi yang asin. Wuduuuh.. Nyummyyy.. Mudah-mudahan ke depannya Sotoji bisa menambahkan pelengkap siap tabur ke dalam paket minya. Apalagi kalau rasanya dibuat lebih bervariasi. Saya sangat penasaran dan menunggu-nunggu Sotoji goreng. Kayak apa ya rasanya?


Di balik rasanya yang menggoda, ada satu misteri yang disimpan oleh soto eksotis ini: jangan tanya saya soal harga! Sungguh mati, saya sudah salto dan tiarap mengubek-ubek websitenya untuk tahu hal tersebut. Namun fakta itu tidak saya temukan juga. Akhirnya saya pun bersemedi dan meminta wangsit dari mBah Gugel yang Agung. Didapatkanlah gosip bahwa 1 dus isi 20 bungkus Sotoji bisa diboyong cukup dengan 60.000 perak saja, atau kalau per bungkus bisa dibandrol 3.500 perak. Murah? Nggak juga. Tapi worth it!

Mengapa saya bilang harga segitu mahal? Karena standar mi pada umumnya mentok di harga 1.700 perak. Mengapa saya bilang harga segitu worth it? Cobalah tengok label 100% produk Indonesia. Setahu saya, bahan baku mi kuning adalah gandum (which is, musti diimpor dari luar negeri) sedangkan bahan baku mi sohun dalam Sotoji ini (sejauh penelusuran saya) adalah kacang hijau, kemungkinan besar dari produk nasional. Jadi produk ini sehat bagi perekonomian nasional.

Warna soun yang putih bening dan tidak banyak mengembang mengindikasikan tidak adanya zat pewarna dan pengembang dalam mi ini. Hasil rebusannya pun bening dan tidak berminyak, sehingga saya tidak membuangnya. Dengan demikian, asumsi saya mi ini lebih aman dan sehat bagi tubuh. Dengan merangkum semua kelebihan yang saya tulis di atas, saya simpulkan harga yang dipatok tersebut adalah sangat pantas.


Bagaimana? Kawan tertarik untuk mencobanya? Jangan hanya ngiler, segeralah menjadi early adapter. Langsung saja meluncur ke website Sotoji atau mention twitter Bapak @rsugito atau @sotoji_. Tidak mau? Banyak-banyak do'ain saya menang lomba ini, kali aja saya mau berbagi hadiahnya bersama Kawan semua dengan mentraktir makan Sotoji. Kali aja lho.. Cuma kali... Makanya, buruan beli sendiri biar pasti... Pasti ketagihan!


Disclaimer:
Berhubung sudah kondangnya kedodolan saya dalam bidang fotografi, saya tidak ingin menurunkan citra Sotoji dengan hasil jepretan saya yang tergolong abstrak, jadi saya culik saja gambar-gambar di atas langsung dari website resmi Sotoji di http://sotoji.com. Semoga Sotoji berkenan.

Sunday, March 18, 2012

I Need Kagebunshin!

Again.
This feeling's kind of creepy.
This feeling..
When I look at my blog wall and stuck with this boring template

LOL

Oh God, when will I make time to overhaul this blog?

My New Passion?

Setelah lama membiarkan blog ini membatu dan memfosil (ciaah!) akhirnya saya ngidam nulis-nulis juga. Kali ini, tentang kegemaran baru saya di dunia per-make up-an. Eits, bukan berarti saya jago dandan lho ya? Justru sebaliknya. Sebagai katakecil yang telat puber (*sigh*), udah terkenal banget kalo saya ini orangnya selebor bin ajaib. Jangankan pake standar make up minimalis yang versi menjaga kesehatan kulit tea, pake bedak pun saya ogah! Tapi semua berubah sejak negara api menyerang (lho?).

Berawal dari tersandungnya saya pada salah satu merek lokal yang dikampanyekan dalam sebuah seminar kemuslimahan di kampus saya, saya pun mulai melirik kemungkinan bahwa di dunia ini ada makhluk bernama bedak. Ehem. Tapi melirik saja lho ya. Lalu, dua tahun kemudian (yup, Anda tidak salah baca!) saya pun mengikuti beauty class yang diadakan produsen tersebut. Dan mulailah minat terpendam saya menunjukkan batang ekornya. Ya, saya tertarik dengan dunia make up artist. Bukan hanya karena ingin, tapi juga karena butuh!

Butuh. Itu dia. Sebagai seorang dengan "pilihan-pilihan" khusus seperti saya (cara berbusana, cara berias, dst) saya membutuhkan "kebebasan berekspresi" yang sesuai dengan pilihan saya tersebut. Misal, saat suatu acara dan tidak ingin make up yang terlalu tebal tapi ternyata kepentok dengan make up artist berdarah seniman yang tak mau diganggu gugat; atau kita tidak mau mencabut alis tapi perias keukeuh sureukeuh mengatakan bahwa alis kita harus dipangkas demi keestetikaan nasional; atau kerudung kita disulap jadi bunga mawar.. (euh, bisa ya?) Ya, semua yang saya sebutkan itu adalah masalah nyata yang seringkali ditemui. Dan saya tidak mau mengalaminya.

Maka saya pun mencoba berbuat; kecil memang; dan baru untuk diri saya sendiri dulu. Hihi. Walaupun masih acakadut dan seringkali malas.. Setidaknya, saya mulai belajar untuk belajar (waduh, mbulet nya..). Saya mencoba belajar dari tutorial di YouTube ataupun blog yang membahas trik dan info tentang make up. Memang, paling simple dan mudah ternyata adalah dengan mengikuti jejak para blogger yang mendedikasikan dirinya terhadap dunia ini. Malah banyak di antaranya yang suka memberikan give away juga.. (silakan langsung meluncur ke blog LovelyLueLue, XiaoVee, atau DiaryofroductJunkie untuk mengetahui salah satunya).

Harus saya akui, dunia tata rias ternyata tidak semudah itu dipelajari. Tapi karena rasanay sudah menjadi bagian dari passion saya, (ya, ini adalah bentuk lain dari melukis! Pada kanvas yang super unik!) saya akan berusaha terus menapaki jalan ini. Ganbatte! Banzaaai..! *,* Hehe..

Yups, I found this interesting!

Follow my blog with Bloglovin

Friday, January 13, 2012

Biar Bibir Tidak Mudah Kemarau

Pernah tersiksa dengan bibir kering kerontang *lebay*?
Saya sih sering =,="
Maklum, udara Bandung yang dingin kadang membuat saya malaaas sekali minum.
Jadi, ya.. begitulah.. :D Terpaksa mencari "jalan lain" untuk menyelamatkan bibir dari kekeringan yang bikin tidak nyaman, bahkan kadang sampai perih itu. Setelah sekian lama berkelana ke seluruh penjuru dunia, ternyata untuk mencegah bibir pecah *kayak gelas aja!!* ini caranya sederhana pisan.. Berikut adalah hal yang pernah saya lakukan, dan rasanya sih cukup berhasil:

  1. Pakailah lip balm sebelum tidur. Jika tidak ada, bisa diganti dengan minyak zaitun atau madu. Yang paling penting: harus teratur!
  2. Kalau sel kulitnya sudah banyak yang mati, bersihkan dengan lap khusus yang bahannya lembut. Jangan terlalu sering juga, nanti jadi makin sensitif dan lebih rawan iritasi.
  3. Pijat daerah atas dan bawah bibir dengan cara dijepit oleh dua jari tangan kanan dan kiri bergantian, yang digerakkan ke arah luar beberapa kali agar peredaran darahnya lancar.
  4. Kalau habis makan pedas, usahakan tidak membuat bibir terluka/ terkena zat yang sifatnya keras, karena kulitnya menjadi lebih sensitif.
Saya yakin semua sudah tau hal-hal di atas. Yang jadi masalah adalah bagaimana merutinkan perawatannya XD
Yeah..

"Drunken" Katakecil dan Masjid

Entah kenapa, setiap kali saya ‘bertemu’ dengan masjid baru, ada-ada saja hal konyol yang terjadi. Tidak semuanya selalu saya ingat, memang. Tapi kalau diingat-ingat, banyak juga hehehe. Semoga ini tidak menandakan bahwa saya tidak berjodoh dengan masjid (hiks..). Well, yang saya ceritakan di bawah ini tidak selalu tentang masjid yang masjid (nah lho.. bingung kan?) tapi juga tentang mushola. Kalo nggak salah, masjid itu definisinya yang digunakan untuk sholat Jum’at juga, sedangkan mushola hanya digunakan untuk sholat saja, tidak dipergunakan untuk jama’ah sholah Jum’at. CMIIW. Pokoknya di sini mah disamain aja lah…

Konyol 1: Salah Masuk

Entah sudah berapa kali, dan di mana saja, saya lupa. Yang masih segar di ingatan saya adalah waktu saya mau ikut suatu pengajian waktu SMA di sekolah lain. Setelah tanya-tinyi akhirnya nampaklah juga itu masjid sekolah. Ucluk-ucluk, setelah setengah mengitari masjid, nampaklah ada pintu yang terbuka. Langsung masuklah saya sambil salam. Heu.. Saya pikir apa saya datangnya kepagian ya, kok isinya ikhwan semua…? Dan para ikhwan itu pun melihat dengan pandangan aneh sembari menyuruh saya ke ruangan sebelah (eh apa ngusir saya yak? Ndak tau lah...). Dengan tampang penuh dosa (haatchiing!) pindahlah saya. Huahaha.. setelah masuk ruang sebelah baru saya tau kalo ruangan masjidnya dipisah.. Dan saya salah masuk ke pintu ikhwan..! (untung saya nggak pernah SKSD tiba-tiba gabung duduk ke majelis mereka.. huahaha.. yaa.. walaupun tampang saya.. yaaa.. ganteng juga siih.. haaatchiing!).

Konyol 2: Salah Tempat

Kalo yang di atas kan kejadiannya memang di sekolah lain. Wajar lah. Kalo yang ini… di perpustakaan kampus!!! Udah anak kuliahan! Alah mak! Ceritanya, setelah lama tidak ke kampus, hari itu saya sedang ketiban ilham harus ketemu pembimbing tugas akhir. Lalu mampirlah saya ke perpus yang tadinya mirip kakus tapi sekarang sudah lebih bagus itu. Buat apa? Yang jelas bukan untuk minjem duit. Karena kalo mau minjem duit ya ke bank aja. Bangsanya bank Amir, bank Beni, bank Candra, etc.. (sudah mulai tewur....).

Pokoknya saat itu saya kebelet mau sholat dhuha aja (kekekeke, tumben!) maka saya pun melenggang dengan kangkungnya (?) ke basement perpus yang dulunya adalah tempat nongkrong anak-anak TPB tapi da sekarang eh saat itu mah sepi. Karena saya masih ada wudhu, saya pun dengan pedenya langsung ke tempat yang jelas-jelas nampak sebagai mushola baru yang luas dan bersih dan berkaca-kaca itu (lebay). Setelah memarkir tas bawaan saya di shaf paling belakang, saya celingak-celinguk merasa mushola luas ini kok tidak ramah jama’ah wanita: tidak ada satu pun mukena selain satu butir sarung yang tidak berani saya periksa kehalalan dan kandungan karbon dioksidanya (tewur lagi). Ya sudah, akhirnya saya siap-siap takbiratul ihram. Hmm, mushola jam segini memang sepi, tapi auranya aneh.. bukan karena ada penampakan burger gratis atau nyai kunti bermukena putih.. tapi karena entah kenapa bapak-bapak yang baru masuk dan sudah bersiap sholat tadi sempat-sempatnya memalingkan muka padaku, kayak terkejut gitu. Uh…? Kenapa ya? Bae lah.. Saya pun sholat dengan seadanya (belum bisa sholat khusyu’ kayak kalian lah intinya, tapi sholat katakecil sama kok: diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, tanpa selingan loncat-loncatan). Gubruk gubruk gubruk.. beres.. berdoa.. beres… lalu dipikir-pikir, sayang juga kalo pergi ketemu dosen sekarang. Bentar lagi juga udah adzan. Males kalo ntar harus wudhu lagi, nyari tempat sholat lagi, dsb, dst, dll, dkk.

Lalu saya memutuskan menunggu dhuhur sambil entah ngapain saya lupa (*nggak berburu ikhwan lhoo.. sumpah! Nggak pernah denger ada ikhwan kampusku hilang diculik makhluk semacam cebong kan?*). Tapi aura kian aneh itu kembali menyergap. Saat beberapa ikhwan masuk, udah mau dhuhur, mereka menatap saya dengan pandangan yang berbeda. Terpana beberapa detik; pastinya bukan karena saya semanis jembatan ancol atau gimana lah, tapi karena sebab yang saat itu belum saya ketahui. Andai tahu, mungkin saya memilih makan pisang goreng di kantin sebelah saja dari pada malu hahaha.. (gak nyambung). Pokoknya, datanglah adzan dan saya pun ikut berjama’ah. Saya cuek katak walaupun terbetik tanya: lho, kok perempuannya saya sendiri?

Wes hewes hewes, sholat jama’ah dan seterusnya sudah beres. Saya pun keluar mau melanjutkan hidup saya. Baru beberapa langkah keluar mushola dan kaki saya pun lemes seperti kerupuk direndam larutan kalium sulfat dua setengah molar (belum pernah ada percobaannya sih..). Pokoknya lebih kaget daripada saat kalian mendengar berita Ledi Dai wafat deh. Dugh! Betul. Saya melihat tulisan tak berdosa di atas pintu di gang sebelah: WC/Mushola Khusus Wanita!!!! Huwaaa…?!?! Jadi? Jadi? Jadi…? Dari tadi itu sayaaa… oh nistaaaaa!!!!

Betul sodara-sodara! Saya baru ingat kalau di basement ini ada mushola khusus wanita, yang telah menjadi TKP kejadian konyol ke-tiga beberapa tahun sebelumnya.

Konyol 3: Salah Hadap

Bukan berarti dari seharusnya menghadap ke Alloh jadi menghadap ke iblis lho ya.. bukan..

Ini ceritanya saya habis praktikum, jaman saya masih anak bawang hijau (ada gitu?). Pokoknya saya masih fresh kinyis-kinyis from the lab. Jam udah menunjukkan angka lima, dan saya belum sholat ashar =,=” Maka, begitu memasuki mushola khusus wanita langganan saya (kali ini saya yakin lokasinya benar), saya langsung menaruh kaki saya di garis start, eh, maksudnya di bagian sajadah untuk kaki. Karena saking khusyu’nya mengejar waktu, saya tidak mengindahkan perasaan aneh yang baru saja menimpa jidat saya di mushola yang kosong itu. Bae lah.. Sholat lah saya dengan seada-adanya. Tapi tidak mengada-ada. Sampai di-finish-i dengan salam.

Hmmm, apa ya? Ada yang aneh..

Setelah berpikir dan mencoba memahami keadaaaaan…………….. oups!!! Saya baru ingat! Di mushola ini sajadah digelar menyamping agar muat dipakai bersama-sama saat berjama’ah! Artinya? Itu sajadah tidak menghadap kiblat! Tapi sembilan puluh derajat dari kiblat! Auuuuuu.. T-T Memang kondisi mushola yang kiblatnya miring itu mengacaukan sense of direction saya, tapi kan harusnya ngga segitunya.. karena saya kan sudah sering memakai mushola ini.. duuuh.. *meratap ratap*. Untung saya masih hidup segar bugar sampai sekarang (apa coba?). Saya nggak inget waktu itu akhirnya saya sholat lagi apa gimana.. Haha.. *jdugh* Emang harusnya gimana yak? (*mentuil yang tau hukum fiqih*).

Konyol 4: ..???

Halo?!? Wooii.. Memangnya tiga kekonyolan belum cukup apa? Sudahlah, yang lain-lainnya biar jadi kenang-kenangan saya dan Raqib Atid saja :D Lain kali saya up date kalo keingetan lagi (jangan lagi-lagi nambah baru dah..)!


#posting pertama di 2012

Alhamdulillaah