Monday, April 23, 2007

Ngeblog dulu ah,,, = masukin junk baru!

ternyata sudah laaamaaa buanget nggak ngendon di perpus FT!
apalagi perpus pusat!
[kayaknya tuh perpus cuman buat TPB aja, hehe.. soalnya dulu pas TPB saya paling rajin ke perpus. TPB'ers istirahat abis olahraga, basemen perpus
mau shalat, mushala perpus
cari referensi tugas, perpus lagi
buru-buru bareng-bareng bikin contekan jurnal praktikum, perpus
makan sambil belajar before uts, kantin perpus (*sekarang udah gak da lagi..)]

yup,
perpus yang koleksi bukunya tuwir-tuwir dan bau apek..
heheheh, tapi masih menyembunyikan berjuta ilmu yang tak sempat daku cicipi
hm, dan hari ini saya 'terpaksa' ngendon lagi , di perpus ft
bersama 2004 yang getol baca modul lab tf III, seperti saya satu tahun yang lalu
terpekur mengikuti baris-baris rumus yang nggak masuk sama sekali di otakku
yup, 3 makalah take home quiz yang udah dua minggu saya anggurin!
padahal semua bahan udah ditumpuk,
giliran bikin makalahnya malesnya minta ampyun..
maka kemaren dengan semangat kejepit, satu makalah pun beres
dan ternyata benar:
ada bahan yang nggak tersedia diantara sekian bahan yang udah didonlot!
puz dah!!
maka, begitulah..
aku menekuri tiga buku tua yang cukup berat untuk membuat maling kelepek-kelepek pingsan
(padahal yang dibaca cuma dua-tiga bab..) sambil bertanya-tanya, kok bisa-bisanya penulis buku itu beres hingga bab trakhir!!

Yup, demi dua pertanyaan yang menggelitik,
  1. > menurutmu, elektron ukurannya berapa? (*alhamdulillah, udah dapetlah tuh jari-jari.. tapi gak puas, soalnya masi pake mekanika klasik, huhuhuhu..)
  2. > buktikan bahwa spin elektron saling berkebalikan! (*teu aya contekan, huwa huwa..)
besok harus disubmit, demi langit dan bumi!

Monday, April 16, 2007

Kenangan Lama, di Tempat yang Baru


















Yup, kalo kebetulan melihat (*apalagi kalo sampe berkesempatan naek) kereta kuda alias andong alias dokar, aku jadi suka keingetan sama kakekku. mBah Kung ku ini bisa dibilang sebagai laki-laki yang paling dekat denganku. Dulu waktu kecil, aku orangnya super-duper-double penakut. Jangankan liat pisau, liat tali aja takut. (*ini cerita aku ulangi dari versi ibuku). Nah, padahal kan jaman itu yang namanya kendaraan blom seperti sekarang. Masih sangat mengandalkan yang disebut dokar tadi. Untuk sekedar duduk di kereta yang selalu dalam kondisi transien ini, aku sudah ketakuatan setengah mati. Apalagi kalo udah jalan dan papasan sama mobil dan truk! Jerit-jerit dan pegangan erat ke siapapun yang didekatku! Hehe, kalo ada option jalan kaki, aku pasti milih jalan! Yup, tapi syukurlah. Ada satu orang yang bisa membuat aku merasa tenang naik kereta yang satu ini (*kalo kereta api mah aku suka skali...) adalah mBah kung-ku tadi! Aku biasa digendongnya, duduk di kursi pinggir, dengan senyum dan tawanya yang selalu tersedia kapan pun, seolah menentramkan dan memberi rasa aman. Hfyuuh.. untungnya waktu itu aku nggak seberat sekarang, hehehe.. jadi mBah Kung-ku pasti seneng-seneng aja merawat cucu kesayangannya ini.. Meskipun aku harus berebut dengan bibiku yang hanya setahun lebih tua dariku. Hehehe.. hanya ingin tersenyum, melihat kembali kenangan itu bermain-main di kepalaku... Tapi foto di atas bukan foto pas jaman aku masih kecil. Ni foto diambil dalam perjalanan ke Sabuga, Jalan Taman Sari.

Trus, pas udah gedhe, aku jarang mau naik dokar. Yah, mBah Kung udah nggak ada lagi T__T Tapi aku sempat naik andong juga pas rekreasi perpisahan SD. Di Parangtritis apa di Malioboro ya? Lupa denk. .

Terakhir kali naik dokar lagi, pas pulkam sama si Brow ke nikahan bibiku beberapa bulan lalu. Hm, it seems like, we'll never feel the same though we through the same road.. (*naon ceunah..? Ngaco lagi..) Yah, seperti janji saya. Tidak ada 'postingan', hanya sampah dari suram waktu^^



berjalan menyusuri lorong kampus ini, aku bertanya: telah berapa kali aku melewati jalan ini?

tapi sekarang,
sambil tertunduk aku menghitung:
akan berapa kali lagi aku diberi kesempatan berjalan di tanah ini?

lalu saat aku membuang pandangan ke kehijauan lapang ini,
aku temukan sebuah kesadaran:

Maha Suci DIA yang telah menciptakan semua yang tampak oleh mata
dan semua yang tidak tampak oleh mata...

Hujan di Track itu..

dramatically..
jadi merasa, hhmm, sepi.. ^^


Akhir-akhir ni, setelah begitu lama tidak sambang Sabuga, aku kembali 'dipaksa' untuk berakrab-akrab dengan area olah raga ITB punya ini. Gambar-gambar di atas aku jepret seusai mengikuti seminar Quovadis Kemandirian Bangsa Indonesia. Daripada kejebak hujan, mending menikmati keterjebakan itu.. hoho.. Hujan Bandung, hmm.. Gimana ya?

Wednesday, April 04, 2007

Tuolooong..

glodaaakk!!
9:11 PM 4/2/2007



Pas aku coba baca postingan terakhirku, males banget seeh.. buanyak buanget yang salah! Salah ejaan maupun struktur bahasa.. *______* Sebagai orang yang sudah memutuskan untuk terjun ke dunia editing, lay out, dan ilustrasi (*suatu saat ke depan, aamiin..), ini adalah sebuah kesalahan bodoh! Yah, saatnya aku membaca ulang postinganku, kalo bisa sih dari jaman jadulnya.. Trus memenuhi janji yang blom dipenuhi, macem nerusin tulisan yang belom kelar, mengoreksi keambiguan, tanda baca, kesalahan logika, de es be de es be.. [hehehe, nggak bisa janji bakal beres dengan cepat.. atu-atu paling, mengingat tumpukannya emang udah lumayan 'n']


Setelah melihat kerjaku selama ini, aku memang tidak lagi menargetkan 'kepenulisan'ku hingga ke suatu titik tertentu, =]
Aku justru lebih tertarik untuk mengasah ke'editor'anku, mengingat aku lebih jago nyela tulisan orang dibanding nulis sendiri, hehehe..
lagian, membantu lahirnya tulisan bermutu dari belakang layar kok nampaknya jauh lebih mengasyikkan!

So, buat sahabat-sahabat yang mau berbagi dan memberi saya kesempatan untuk belajar dari tulisan sahabat, jangan ragu.. ^ ^ kirim saja tulisan sahabat ke e-mail saya, dengan senang hati saya akan membantainya [*___*]
hehehe, becanda deeenk!
I mean, I'll give you a simple second opinion, sebatas yang aku tahu saja tapinya..

[not just a ] PLANNER

9:10 AM 4/4/2007
.. apakah rencana-rencana menjadi menu sarapanmu?

dan teman menjelang tidurmu?
tapi miskin dalam amalmu?
lalu buat apa ada rencana?
rencana yang buruk hari ini,

lebih baik dari pada rencana yang sempurna esok hari..


ibda' binafsika, yaa ikhwaati..
do it now!



[mengingat sudah pertengahan semester tapi TA tak satu hurufpun sudah dibaca..]

(udah lama banget ndak bikin dreamlist.. T____T)

Kata Mereka..

seorang pejuang sejati tidak pernah mengenal kata akhir dalam berjuang
ia tidak memerlukan gemuruh tepuk tangan,
tidak akan lemah karena cacian,
dan tidak bangga dengan penghargaan
siap menjadi golongan ini?

[Jeina Syarif, 29 November 2006]
oleh-oleh dari sunyi malam


jangan pernah takut untuk meminta..
karena Alloh pasti ngasih segalanya..
semoga aku selalu menjadi hamba yang pandai bersyukur..
aamiin

[Indah Widya, 25 November 2006]
goresan di buku pelangi

Honto..?

Begin this day with bunch of new spirit
So long distance to overcome…
And so much new experience to try
Just live a little longer,
And see…
I’ll do it my best!
To the very last of my breath
And for any dreams that I haven’t see it true,
I do will
Make it true
One day!


(udah lama banget ndak bikin dreamlist.. T____T)

kinda Stupid, but it's T.R.U.E

12:03 AM 4/2/2007

I'm a nobody, nobody is perfect, therefore I'm perfect.
There are 3 kinds of people in this world...those you want things to happen, those that make things happen, and those who just wonder what the hell happened!
There are 3 kinds of people: those who can count and those who can't.
If electricity comes from electrons, does morality come from morons?
Why is "number" abbreviated as "no"? When there is no "o" in number?


Kenapa nggak ada drive B, abis drive A, langsung C, D, E... ?

Monday, April 02, 2007

Pajajaran, Mata, Kaki, dan Hati

"Bacalah kitabmu, dan “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. (QS.Al-Israa:14)"


Dua orang pria muda berjalan beriringan di track lari KONI, sementara sekelompok muda mudi hanya menonton di tribun, tertawa-tawa. Halte kosong, mungkin ini keberuntunganku setelah tadi berdiri bermenit-menit menunggu pertigaan Pajajaran lengang, sekadar untuk menyeberang. Udara pukul tiga belas dua puluh masih mengandung gerah. Angin semu yang dihembuskan motor dan mobil yang melaju kencang setidaknya meringankan kepekatan panas siang ini. Yah, duduk bengong sendirian di halte yang baru kali ini aku singgahi. Masih beberapa puluh menit lagi menuju waktu yang aku janjikan untuk adik les privatku. Cukuplah untuk sekedar menikmati sisi lain Bandung, suasana yang agak janggal untuk kota yang sudah tiga tahun ini aku hijrahi. Yah, Pajajaran dengan KONI, GOR, dan beberapa institusi yang belakangan aku tahu bergerak di bidang sosial, pemberdayaan para tuna netra. Memang, tak jauh dari sini ada rumah sakit mata Cicendo. Mungkin, seiring dengan hal itu, tumbuh juga kepedulian terhadap penderita amanah tuna tersebut, yang diwujudkan dalam beberapa sekolah luar biasa dan panti Wyata Guna. Tampaknya sekolah luar biasa itu tidak dikhususkan untuk penderiat tuna netra saja, karena pada pekan sebelumnya ketika saya mencoba menyusuri jalan ke arah rumah sakit Cicendo terus ke arah stasiun Bandung aku berpapasan dengan beberapa anak berseragam SMP yang berbicara dengan bahasa isyarat. Mereka terlihat bercanda dan bergembira, seperti layaknya anak-anak menikmati masa remajanya. Dan sekarang, di seberang jalan, aku lihat seorang tuna netra berjalan keluar dari kantor panti yang sudah saya sebutkan tadi. Seorang gadis berkerudung menuntun bapak setengah tua yang tidak memakai tongkat itu. Aku masih ingat, beberapa menit yang lalu bapak tadi masuk panti dengan sebuah tongkat di tangannya, sama seperti ibu-ibu berjilbab yang berjalan sendirian dengan dua buah tas tersampir di pundaknya itu. Dua wajah yang nampak suram di kedua matanya, namun berpendaran bahagia dengan lengkung menghiasi bibir mereka. Subhanallah..


Mungkin tak sering saya menyadari, tak semua orang di dunia ini mampu menikmati indahnya pelangi yang akhir-akhir ini memang semakin langka. Seperti juga tak semua manusia diberi kesempatan untuk menikmati ajaibnya efek Doppler. Juga tak setiap orang, diberi kemudahan untuk berlari di track seperti dua pria muda tadi. pun tidak semua orang bisa bebas tertawa seperti muda-mudi yang bergerombol di tribun. Maka saya merasa sangat beruntung, sekaligus bergetar ngeri. Bersyukur untuk nikmatNYA yang jarang, meskipun tak kan pernah bisa, saya perhitungkan. Ngeri mengingat banyaknya amanah yang harus saya pertanggungjawabkan. Iya. Semakin banyak yang kita punya, semakin besar tanggungan yang harus kita 'bayar'. Beberapa saat kemudian, sembari memainkan Snake II, satu-satunya game yang mengasyikkan di Nokia 1100 saya, mata saya tak sanggup menyembunyikan keterperangahannya. Seorang lelaki usia tiga puluh limaan dengan pakaian lusuh dan sebuah kantong keresek hitam di tangannya, berjalan tergesa melewati halte, terus menaiki jembatan layang melintas ke seberang jalan raya. Beberapa waktu berselang, kembali dia melintas dengan rute dan ketergesaan yang sama. Naluri saya mengatakan ada yang salah dengan kejiwaan orang ini. Astaghfirullah.. Mengapa mata ini justru menggiring akal pada praduga-praduga dzonni. Kembali saya terpekur, mudahnya diri ini terpedaya: don't judge the book by it's cover! Meskipun kebanyakan isi buku yang saya lihat di masa sekarang ini memang sudah tergambar dari covernya. Cover yang lux dan resmi, atau penuh dengan gambar seperti comberan meluap, tak bisa dikenali lagi apa ide dasar desainernya. Atau plontos tanpa sentuhan rasa. Dan memang begitu juga isinya. Lho lho lho? Kok loncat ke desain cover buku? Hehehe, beginilah susahnya punya otak acak abstrak. Untungnya, dengan begitu saya jadi lebih bisa menikmati hidup, this life is an harmony. Nothing (?) goes as your plan, but it's okay. Anyway, sudah saatnya ke tempat les.


Fuuuh, batal lagi. Parahnya, adik lesku baru ngasih tau kalau dia lagi di luar kota setelah aku kongkow-kongkow hampir tiga per empat jam sambil nonton TV, plus baca cerpen dan berita-berita tidak penting di koran yang tergeletak begitu saja di atas meja. Secangkir teh manis yang tak habis saya minum kutinggalkan begitu saja. Fyuuhhh.. tak bisa terus begini! Saya harus segera menemukan usaha baru yang lebih prospektif! Agak terlalu berat untuk otak yang condong lebih care pada social enterpreneurship seperti saya ini. Langkah cerdas, keras, dan ikhlas untuk mencetak lembaran hijau.. merah.. fyuuh.. Saya susuri jembatan layang yang sengaja di desain tanpa undak-undak untuk memudahkan tuna netra menyeberang dengan permenungan yang tak jauh beda dengan saat saya berangkat. Dengan matahari yang masih sama garang. Dan kantong yang masih sama kosong [hahaha... ;p]. Menyusuri jalan Pajajaran dengan sisi dan arah yang berkebalikan dengan awal saya datang, saya perhatikan, ternyata jalan ini sangat tidak menyenangkan untuk orang yang mengandalkan rabaan tongkat dalam berjalan. Bagaimana tidak, pohonan dibiarkan (* oups, sengaja dinK!) tumbuh di tengah trotoar, sementara beberapa bagian jalan berlubang, ada juga gundukan batu sisa bahan bangunan dibiarkan teronggok. Saya yang dapat melihat saja harus berkali-kali berzigzag mencari lintasan yang nyaman untuk sepatu (teman) saya yang sudah lumayan keramat ini. Dan trotoar macam ini hampir ada diseluruh pinggiran jalanan Bandung. Setidaknya di wilayah ini lebih baik, masih ADA trotoar yang lumayan lebar. Mata saya kembali tertusuk, seorang lelaki dengan pakaian yang tidak sepantasnya tidur menantang matahari di trotoar depan Kimia Farma. Beberapa langkah lagi saya akan berbelok ke arah jalan Wastukencana lalu melupakan semua yang saya lihat, dengar, dan kecap beberapa saat yang lalu. Tapi lelaki tadi (mungkin) masih akan terus di sana, terngungun di tengah aliran kendaraan, menjaga kerawanan jiwanya utuh tak terjamah. Lalu menyisakan tanya, siapa yang harus bertanggung jawab atas dirinya? Masyarakat? Masyarakat yang mana? Negara? Negara yang seperti apa? Atau malah (memang) dia tidak pernah berpikir. Hanya akan menagih di akhirat nanti, pada saya, polisi, pedagang, sopir, anak SMA, Anda dan semua yang lalu lalang di sana: 'Yaa Alloh.. mereka waktu itu melihatku seperti ini dan seperti itu.. tapi jangankan mereka yang memiliki otak waras itu memberi saya tempat berteduh, menawari saya makan atau memberi saya pakaian pun mereka enggan.. Yaa Alloh, adakah yang pantas untuk orang-orang yang cuma bisa memandang dan berkeluh atas diri mereka sendiri itu? Adakah yang pantas untuk orang-orang yang cuma bisa bergumam kasihan tapi mampu mendandani anaknya dengan segala rupa.. Orang-orang yang mampu makan es krim sementara berpikir belasan kali untuk memberi sedekah seharga sebutir pemen yaa Alloh.. Aku minta keadilanmu.. "



Rabb, bebaskan hamba dari prasangka
Bebaskan hamba dari kekhawatiran atas masa depan
bebaskan hamba dari kelemahan..
Dan rizkikan hamba Qiyamul lail..
Rizkikan hamba tilawah..
Rzkikan hamba kesyukuran
Rizkikan hamba dzikir yang tiada berputusan...


[[ dengan rindu pada Muhammad.. Andai nur-mu yang mulia ada di sini, bercucurankah air matamu? ]]