Thursday, August 30, 2007

The Blue Nowhere

Dunia Maya yang diciptakan oleh Jeffery Deaver ini layak saya sejajarkan dengan Prey-nya Crichton, tapi yang ini lebih berliku-liku ala rollercoaster: ramuan kisah yang mengejutkan di setiap bab siap mengguncang rasa penasaran kita, susah ditebak. Saya benar-benar menyelesaikannya dalam dua kali baca: semalaman, dipotong tidur, dan paginya sampai sekitar jam 10an. Covernya yang biru dengan pola chip sangat khas "machine", menegaskan kentalnya unsur komputer dalam kisah 640 halaman ini.


Cerita dibuka dengan peristiwa penculikan dan pembunuhan Lara Gibson, sang Ratu penjaga diri, oleh seorang laki-laki ahli social engineering yang kemudian dikenal sebagai Phate (*dengan Ph tetap dibaca 'ph', bukan f.. Ejaan sangat besar artinya). Identitas Phate yang sebenarnya adalah Jon Patrick Holloway, sang Wizard hacker yang tergelincir menjadi kracker (*killer cracker) karena keasyikan main game Access dan mulai susah membedakan antara dunia nyata dan dunia game. Phate yang tergila-gila pada drama dan dianugerahi bakat akting yang luar biasa ini menjadi buronan Detektif Frank Bishop, yang dibantu oleh Wyatt Gillette, hacker muda luar biasa yang dulu satu gang dengan Phate dan tengah menjalani hukuman penjara. Hanya Wyatt yang sanggup menandingi kepiawaian Phate, meskipun Wyatt sering ketinggalan langkah akibat kecanggihan Trapdoor, program demon penyusup buatan Phate yang memungkinnya mengobrak-abrik sistem data ISLEnet. Intrik demi intrik atas mengatasi, seolah adu kecerdasan antara kedua hacker ini tiada putusnya membuktikan filosofi hidup mereka: Akses adalah Dewa. Direcoki oleh birokrasi, ciri khas novel heroik gaya Amrik, Wyatt terus mengejar Phate hingga bentengnya yang terakhir: kematian Phate yang tragis di gudang 'museum' komputernya sendiri justru oleh tangan ketiga yang tidak disangka-sangka! Siapa? Lagi-lagi, baca sendiri saja. Si phate yang berasal dari keluarga yang kering kasih sayang ini sakti luar biasa sampai-sampai setelah kematiannya pun dia bisa membuat SHAWN (*nggak asyik kalau saya ceritakan, lebih menantang kalo Anda temukan sendiri) membajak tim SWAT untuk melakukan operasi penangkapan terhadap Wyatt dan keluarganya. Ujungnya happy ending sih, tapi ketegangan dan prosesnya itu yang menarik. Bumbu-bumbu romantika yang terselip sepanjang cerita pun dikemas manis mendukung cerita, sama-sama mengejutkan hingga halaman yang terakhir!


Setting Silicon Valley dan pekatnya sisi teknis cukup membuka wawasan kita tentang dunia komputer dan cyber, yang oleh Jeffery, lewat mulut Wyatt, dikatakan sebagai the blue nowhere. Blue untuk listrik yang menjadi sumber energinya, juga untuk kepedihan ironik seorang maniak yang bisa menciptakan identitas sebagai siapapun. Biru untuk keabsurdan dunia yang tak bisa dipegang, tapi cukup ada untuk membuat kita terluka, dipecat dari pekerjaan, bahkan kehilangan nyawa. Dan Nowhere untuk kehampaan dunia yang maya, tak ada dimana-mana selain di batok kepala.

Pokoknya rugi deh kalo gak baca =p , tapi jangan pinjem sama saya, karena saya juga dapetnya minjem, hehehe..


Membaca kisah ini membuat saya benar-benar merindukan sebuah kisah anak negeri, yang pepat dengan baluran ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Bukan dongeng-dongeng mimpi yang sekarang merajai tivi, yang bisa ditebak pola judulnya: si A (nama manusia) dan xxx (nama benda ajaib bertuah). Oh, masak iya harus aku yang mulai nulis tandingan novel ini? Ogah ah, mending kamu aja =D

No comments: