Thursday, August 30, 2007

Berkaca (II)

kata adikku namanya Pak Wiyono. Guru baru di sekolah alumniku dulu, megang PPKn. saya sendiri nggak pernah bertemu langsung dengan orangnya, tapi toh itu nggak penting, karena saya tidak bermaksud membahas tentang apa-apa yang bisa dilihat dari orang ini. Semua yang ada di sini dibingkai dengan: "kata adikku, atau kata temannya adikku yang maen ke rumah".

Diluar jam mengajar, guru itu masih melakonkan profesinya sebagai wartawan. entah wartawan mana. yang jelas, beliau punya cukup banyak link ke orang-orang penting. ini juga saya nggak tahu, orang penting yang mana. orang penting lokal di kerajaan Malang, barangkali. yang jelas, beberapa adik kelasku cukup terbantu saat memasuki sebuah universitas di sana, berkat poci-poci beliau dengan sang rektor. Di luar kelas, pak guru satu ini sangat dekat dengan siswanya. sudah tak terhitung berapa kali anak-anak muda sekolah pinggir sawah itu menjadikan rumah guru lajang tersebut sebagai posko untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. itu artinya akses komputer dan printer gratis sampai ke kertas-kertasnya. dan itu rupanya yang menjadikan beliau sangat dikenal di kalangan siswanya. Entah apa kelebihannya yang lain, kuping saya sudah luber.

satu hal yang saya sangat ingin menggaris bawahi, setelah mencetak miring dan menebalkan kalimat ini: "Tapi kalau ketemu jangan kaget lho, mbak. Pokoknya nggak ndayani. Nggak akan nyangka kalau dibalik penampilannya yang segitu (*saya bingung bagaimana harus menerjemahkan: koyo ngono dengan tanda petik) beliau adalah seorang yang hebat .."

ya, mungkin hati yang besar tidak akan cukup jika dibungkus dengan dzahir yang 'biasa' saja, adikku. Mungkin Alloh membungkusnya dengan kasat mata yang akan mengundang tasbih dan permenungan: bahwa kita sering kali tertipu indra kita sendiri yang berkubang nafsu. Semoga Alloh merahmati beliau, dan memberi saya kesempatan untuk belajar langsung dari beliau, di kesempatan ziarah yang entah.

Don't judge the book by it's cover.

No comments: