Thursday, August 23, 2007

The Day I Saw You Cry..



Dingin dari sistem tata udara di bus ini, menambah gigil di Puncak yang terdiam oleh hujan. Ini adalah perjalanan panjang kita yang pertama. Tapi tubuh kurusmu menyatakan ini bukan perjalanan yang menyenangkan. Seolah klakson mobil-mobil di belakang kita mengabarkan kita datang dari riuh yang menggaduh, terusir karena takdir. Dan padatnya jalan di hadapan kita mengabutkan tipisnya harapan. Kita adalah orang-orang kecil yang terjepit di puluhan yang diam, semua punya legenda masing-masing, enggan peduli apalagi berbagi. Maka, biarlah dengan samar kau teteskan embun dari hatimu yang kecut, meski merah matamu tak bisa sembunyikan duka. Engkau adalah baja yang berembun, bukan besi yang meleleh..

Maka aku bicara dengan hening udara, dan hatimu, andai dia bisa mendengar. Maka aku bicara, dengan rantai bisu, pada hatimu, andai dia bisa menyapa. Usah kita takutkan, kita punya DIA. Meski diam-diam embun pun berkhianat, meleber dari mataku yang paling rahasia. Tak usah kita takutkan, aku bukan lelaki mudamu yang bisa kau banggakan. tapi aku akan menjadi perempuan yang lebih tangguh dari apapun. Kita tak kan bertukar kata, tapi aku janjikan untuk tulang-tulangmu yang menua, aku memahami bisikmu yang berkelana: rimba kita adalah labirin kehidupan. Aku tinggalkan engkau, berkawan angin.. moga kau temukan mutiara itu terbang bersama debu-debu..

Dan hingga kini, saat kucium tanganmu yang merenta, dan embun-embunan kembali gagas, aku tahu dialog kita waktu itu belum lagi titik, udara lagi-lagi mengirimkan sayap-sayap sabdamu yang bingkas itu. Tanpa menyentuhnya aku mengerti, tanpa mendengarnya aku memahami:"Terbanglah lagi, Anakku.."


Untuk Indah, yang telah bertanya mengapa is diam-diaman saja dengan Bapak.. hehehe...

[mengumpulkan remah mozaik semangat entah]

No comments: