Monday, March 29, 2010

Kusuri wa...

Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang.
now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest.
N'est-ce point par l'évocation d'Allah que se tranquillisent les coeurs.
im Gedenken Allahs ist's, daß Herzen Trost finden können.

al-Ra'd [13]: 28

Sunday, March 28, 2010

Lewat Angin

Ketika dia berkata,
Lalu semua buhul pun terurai jadi laku
Dan bicara jadi do’a

Tuhanku yang Agung,
Jagalah wanita mulia di ujung sana..
Cintailah ia melebihi cintaku padanya
Dan cintailah ia melebihi cintanya kepadaku

Amiin

Friday, March 26, 2010

Re~sensi Novel: State of Fear

Judul Novel : Kondisi Ketakutan

Judul Asli : State of Fear

Genre : Fiksi Ilmiah

Penulis : Michael Crichton

Alih Bahasa : Arif Subiyanto

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tempat/ Tahun Terbit : Jakarta, Maret 2009

Jumlah Halaman/ Ukuran : 632 halaman, 23x15 cm


Apakah alam ini seimbang?

Atau justru sebaliknya? Tak pernah seimbang?

Lalu di manakah posisi manusia?


Orang yang merusak alam karena bodoh dan tidak tahu, atau karena sok tahu lalu membuat aksi keliru, sama berbahayanya”, begitu kata MC. Setelah Anda membaca novel ini, Anda pasti akan sepakat dengannya. Betapa manusia adalah makhluk istimewa yang penuh dengan keterbatasan, yang bahkan tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai tempat tinggalnya, baik di masa lalu, masa kini, maupun (kemungkinan besar) di masa mendatang. Lingkungan adalah sebuah sistem super besar yang senantiasa berubah dan bergerak: tidak pernah setimbang. Dinamika lingkungan tersebut, termasuk di dalamnya pengaruh geologis dan iklim, telah menempatkan manusia sebagai subjek sekaligus objek yang sangat rentan. Diterbitkan pertama kali pada tahun 2004, novel ini masih cukup hangat dan pas untuk disantap para pemerhati dan pecinta lingkungan hidup. Tapi saya bacanya yang versi English, though ^^;


Pemikiran yang coba diusung MC ini bertentangan dengan pandangan yang dianut secara umum. Global warming, benar-benar nyatakah teori tersebut? Ataukah sekedar akal-akalan politis ekonomis demi menciptakan sebuah teror bagi semua negara di dunia? Mengapa kita harus mencemaskan fenomena alam yang normal yang baru akan terjadi lebih dari seribu tahun yang akan datang? Ada apakah di balik semua itu? Sebuah konspirasi? Or what? Hmm, saya sempat ngobrol tidak serius tapi serius dengan kawan bologi saya, dan beliau bilang memang menurut sebagian penelitian, bumi ini cenderung turun temperaturnya.


Dibuka dengan fragmen-fragmen pendek yang khas, dan cerita pun saling bertautan menanamkan benih penasaran tumbuh di benak para pembaca. Didukung ilustrasi grafik-grafik dan data ilmiah (16 lembar bibliografi disertai komentar pribadi penulis!) membuat novel ini sukar dibantah. Di awal, alur berjalan cukup lambat, namun setelah menamatkan novel ini, Anda tak akan menyesal karena akan mendapatkan jawaban dari semua misteri yang telah ditebar penulis di awal cerita.


Lebih dari novel-novel Michael Crichton yang lain, pesan yang ingin disampaikan Crichton lewat novel ini sangat masif dan tebal. Namun, Anda tak perlu khawatir akan mendapati teks-teks panjang yang bernada menggurui, karena semua pesan tersebut dikemas dengan baik dalam dialog antar tokohnya tanpa melibatkan para pembaca.


Kritik yang dilontarkannya di antaranya adalah mengenai lembaga pendidikan tinggi sebagai institusi yang seharusnya netral dan tidak terbelit hubungan yang rumit dengan pihak sponsor penyandang dana. Dalam catatan akhirnya, Michael Crichton menekankan bahwa saat ini yang lebih dibutuhkan oleh bumi adalah semakin banyak orang yang bekerja nyata bagi lingkungan, bukan sekedar teori-teori yang dipoles sesuai pesanan para pendonor yang tak lain dan tak bukan para pemilik industri dan pemerintah.


Yang sangat saya sayangkan adalah penerjemahan judul novel ini menjadi Keadaan Ketakutan, yang terdengar kurang sastrawi. Padahal, jika judulnya dipertahankan tetap sesuai judul aslinya, akan lebih menjanjikan suatu permainan kata-kata yang menarik. Sebuah negeri yang selalu dicekam ketakutan? Ataukah keadaan ketakutan itu sendiri?



Hehe, baru beres diotak-atik sekarang.. padahal bacanya kapaaan gitu.. Mana ngga jelas ini teh yang diresensi buku yang Indonesia (*yang belum dibaca?!*) tapi pake 'data' dari yang versi English,..

Alhamdulillah..

Wednesday, March 24, 2010

Sebuah Percakapan Tanpa Saksi

++ Pokok'e, ngkok lek arek-arek wis podo mentas, ayok nabung ya Pak..
&& Gawe opo?
++ Yo digawe munggah kaji.. Opo maneh..?
&& Iso tha..? Wong saiki ilo wong lungo kaji iku dibatesi sampe umur suwidak limo.. Lha awak iki sakiki sak piro.. nutut tha..
++ Yo nutut ae Pak lek dikersakna Gusti Alloh...


Dan telaga-telaga itu mengalirlah ke kanal-kanal yang selama ini kering, nun padanya, yang di dalam sana. Moga roboh kuil ketakutan itu, berganti menara ketegaran yang jauh menghunjam.. Duh, wahai yang telah mengarungi usia, yang menapaki umur bambumu dalam rendaman arus kehidupan yang keras.. Telah liat tekadmu.. Apalah arti darah setampuk pinang ini..


Tanpa saksi, kecuali Engkau, Rabb..

Re~Sensi JWD: The Monkey Stone

Setelah beres 'menghukum' diri dengan punishment yang juga saya nikmati *haha*, saya tak bisa menahan godaan salah satu novel hasil petualangan-nekad-jadi-kolektor-amatir saya. Salah satu keping dari serial Lincoln Rhyme. Boleh dibilang, novel ini tidak semenegangkan The Bone Collector, tapi ada karakter 'surprise' yang khas, yang sejenis dengan gaya penulisannya dalam The Blue Nowhere. (*haha, alhamdulillaah.. Judul yang ini pun telah berhasil saya dapatkan.. ^^*)

Bercerita tentang perburuan seorang smuggler yang terlibat dalam penyelundupan manusia alias imigran gelap yang kejam dan tak segan-segan membunuh klien atau siapapun yang menghalangi tujuannya. Rhyme, tentunya masih bersama Detektif Amelia Sachs, dengan kejelian pengamatan berdasarkan deduksinya sebagai ahli forensik berhasil menggagalkan misi pembunuhan berantai sang penjahat yang diberi kode Ghost tersebut. Tapi korban telah terlanjur berjatuhan. Apa dan siapa sebenarnya Ghost ini? Bagaimana kisah selengkapnya? Baca sendiri ya.. Sayangnya sepertinya belum ada edisi Indonesianya, so, musti bersabar =) haha..

Bagi yang udah pernah baca Rising Sun-nya MC, mungkin bisa membandingkan bagaimana karakter dua penulis ini dalam mengeksplorasi budaya timur; Rising Sun berlatar komunitas Jepang di Amerika, sedang Monkey Stone berlatar warga China dan pecinan juga di Amerika.

Karena?

Janggal sekali rasanya saat mata ini tertumbuk sebuah rambu peringatan di sana, di pusat riwuhnya Jakarta sana.. Kukira sedetik itu aku telah terlempar ke jaman feodal Batavia, atau setidaknya pelosok Jogja sana. Tapi tidak. Ini sekarang, saat ini.


HATI-HATI
KELUAR MASUK
KENDARAAN ISTANA

Hmm...

Agar Istimewa

Sebuah tanya tiba-tiba hinggap di kepala saya yang kecil ini..
Mengapa, mengapa duhai Rabb, Engkau jadikan proses kelahiran manusia ini begitu menyusahpayahkan? Tidak hanya bagi ibu (yang baginya tiga kali kebaikan) tapi juga bagi bapak dan keluarga besarnya..? Ketika jasad, bahkan ruh seorang ibu menjadi tak karuan, (walaupun di dalamnya menyimpan keindahan), tapi bukankah adalah sangat sangat mudah bagiMU membuatnya ringan-ringan saja? Atau kenapa tidak Engkau mudahkan proses itu bagi hambaMU yang beriman, dan Engkau sulitkan bagi hambaMU yang ingkar saja...?

Lalu kepala kecil ini merasa sedikit ringan..
Bila Dia memudahkan proses itu bagi hambaNYA yang beriman, dan menyusahkannya bagi hambaNYA yang ingkar, niscaya semua manusia akan memilih menjadi beriman.. Tak akan berani dia ingkar secara nyata.. Lalu gagal lah skenario hidup yang adalah 'ujian' ini..

Bila Dia jadikan proses itu biasa-biasa saja, maka biasa-biasa pula mungkin kita menyambutnya. Tak ada kegembiraan, tak ada kekhawatiran, tak ada persiapan. Lagi pula, Dia bukannya ingin menciptakan anak manusia yang biasa saja, apalagi yang banyak tapi lemah tak berharga (seperti cacing atau plasmodium atau spons atau patrick eh bintang laut yang dengan mudah dapat memperbanyak diri*). Dia mendesain makhluk manusia ini untuk tugas istimewa, maka Dia istimewakan proses kejadiannya, agar orang tuanya memelihara dan mendidiknya dengan istimewa. Seperti ini misalnya.


*) tanpa bermaksud merendahkan hakikat dan hikmah penciptaan makhlukNYA yang lain, insyaALLOH.. Astaghfirulloh

Tuesday, March 23, 2010

Melangkahlah Terus..

Dan di sinilah kutemukan jawaban itu.
Telah lama kucari, mengapa Ruhul Quddus itu mengulang perintahnya hingga tiga kali? Tidakkah dia telah faham bagaimana keadaan Rasul Ummiy itu?
Rabb, setiap pertanyaanku pasti ENGKAU jawab..
Aku hanya harus bersabar merenda tiap keping puzzle hidup ini..
^^ Begitu kan, Rabb?

Alhamdulillah

Lalu seperti katanya dan katanya, biar tak ada lagi lelah :)


-=dari Mabit Ashabul Qur'an @Salman, dengan SAF=-

Thursday, March 04, 2010

Padamu, Sang Nabi, Aku Ingin Mengadu..

Seorang teman menyentil saya dengan peristiwa kematian Rasulullah.
Lalu di mabit itu, sang guru membuat saya malu; mengapa saya tak kenal dengan Manusia Agung itu? Lagi-lagi peristiwa kematiannya diedarkan lagi ke pelupuk mata saya.
Lalu saya teringat ada sebuah buku yang seharusnya sudah saya tamatkan; tentang sejarah Insan Cahaya yang seharusnya paling saya cintai setelahNYA itu. Lalu saya mulai mengejanya (*tak sesempurna seperti kususuri sihir Grisham; dan ini membuatku makin malu..*).
Dan sebuah kesadaran membuatku terpukau.

Sisinya sebagai manusia biasa, itu yang membuatku terhenyak.
Ketika dia tak bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi, itu yang membuatku mengerti.
Ketika dia ke puncak gunung, lalu ingin terjun.. dan berharap kematian akan menghapus semuanya.. Itulah yang membuatku terpana!
Dia.. adalah sebenar-benar sang muallim.. sebagai manusia, sebagai nabi..
Maka aku mengerti, selalu ada titik di tiap sandungan hidup manusia di mana dia berpikir tentang keputusasaan dan kematian.. Dan itu bukan dosa.. karena pada akhirnya engkau kalahkan ketakutan dan melenyapkan semua keputusasaan dengan bimbingan Rabbmu. Moga dalam tiap liku hidupku, aku pun begitu..

Wahai nabi, tiga tahun engkau menyepi sebelum Rabbmu mempertemukanmu dengan tujuan khusus penciptaanmu.
Tiga tahun sudah aku 'menyepi', moga aku temukan tujuan khusus penciptaanku..


Jeruk Tidak Halal

Sudah beberapa bulan ini saya sangat ketergantungan dengan jeruk. Iya, jeruk buah yang warnanya orange dan bahasa inggrisnya juga orange itu. Alasan pertama, saya suka rasanya. Alasan ke-dua, saya suka rasanya. Alasan ke-tiga.. sampai ke-tiga puluh tiga karena saya suka rasanya :D hehe.. Nggak deng.. alasan sebenarnya adalah karena saya menikmati proses ketakutan berlebihan untuk jatuh sakit, secara saya mengagendakan hari-hari ini harus sibuk. Daripada membeli suplemen yang tidak jelas klaim-klaimnya itu, saya lebih suka menikmati yang alami (walaupun tidak murni organik): ya jeruk-jeruk tadi! Tapi saya sukanya yang rasanya agak-agak asam gitulah, biar segar di mulut.

Anehnya, sudah berkali-kali saya mencari tahu jeruk manakah yang sesuai selera saya itu. namun tidak ketemu juga. Hmm, bukan jeruk lokal sih :D (*ooi.. dukung petani lokal Bong :D*).
Ponkam, lokam, baby shan.. entah apa.. tapi semua rasanya tidak konsisten; kadang manis kadang asam. Asa aneh kalau nanya penjualnya: "Yang asam yang mana, Pak?", soalnya kan belinya di supermarket (*hayo.. dukung pasar tradisional, Bong!*) hehe.. Akhirnya jalan keluarnya (*didasari kemarukan saya*) saya membeli ketiganya. Ehem.

Satu hari, saya melihat ada jeruk yang sudah dibuka sebagian, rupanya ada pembeli yang mencoba incip-incip. Dan saya pun bertanya pada mas-mas di swalayan tersebut; intinya mah ini teh boleh diicipin? Dan beliaunya pun bilang sok aja. Maka saya dan teman saya si bukan cebong padahal ngefans ke-cebong, masing-masing mengutil satu juring (*bukan sekilo, sayang .. :( haha *). Dan kami pun membelinya setelah tahu rasanya. Ini sudah berminggu-minggu lalu.

Kemarin dulu saya ke swalayan yang sama. Sendirian. Pengen banget beli jeruk, tapi yang asam saja. Eh, ada yang sudah diicip.. Wah, daripada beli ketiganya (*yang lagi mahal dan short budget padahal*), kalo diicip kan bisa beli satu aja. Tapi sesuatu mengganggu saya. Betulkah ini halal? Memang benar yang menjaga bilang silakan saja. Tapi bagaimanapun juga, dia bukan owner. Argh.. Agak berputar-putar jadinya. Tapi akhirnya saya memutuskan tidak mengicipnya; dan membeli ketiga jenis jeruk tadi (*dalam kuantitas kecil, sih, hehe..*). Sesampainya di rumah, saya pun segera menghajar ketiga jeruk tadi, yang surprisingly.. ketiganya asam! Hal yang sangat jarang saya temui.. :D Seneng dan puas...

Sampai kemarin saya tidak kepikiran apa-apa mengenai hal itu. Baru tadi saya ngeh. Ada message-Nya yang luput dari perhatian saya. Hindarilah 'incip-incip' yang tidak jelas, karena Alloh pasti menjaga kita jika kita menjagaNYA; dan memberimu ganti yang jauh lebih baik.. Termasuk 'incip-incip' yang 'lain'.. Inget ya Bong!! Bandel sih kamu mah.. >.<