Monday, June 20, 2005

(Calon) Suamiku

10/24/2004 8:11:12 PMEntah kenapa aku tiba-tiba tergelitik untuk mereview ta’aruf bala asrama pas pembina baru kami datang. Aku masih inget, waktu itu aku dengan jailnya nanya kriteria suami idealnya beliau. Dan akhirnya, pertanyaan itu pun masuk list pertanyaan yang kudu dijawab oleh semua dedengkot asrama. Yup, lima wanita (waktu itu Teh Ried, Teh Kya, dan Dhan , {apalagi Naz’!} blom nongol) beradu mimpi di antara komentar garing dan segarnya puding coklat bikinan Teh Ni (ehm… dilarang ngiler!).Yup, one by one mulai dari .. siapa yah? Tepatnya aku lupa. Yang jelas, satu per satu personel astri (asrama putri) dikulik abis. Mulai dari nama, tempat tanggal lahir, asal, orang tua, hobby, dan pertanyaan standar lainnya. Nggak lupa pertanyaan yang udah aku sebutin tadi. Dah jelas kalo pertanyaan inilah yang paling mengundang perhatian, hehe. Mulai dari Teh As yang dengan santai bilang pengen suami yang sholih, tapi nggak harus sealiran, kudu ngerti keadaan beliau, de es te. Juga Teh Ni yang bilang suaminya musti dites dulu kepeduliannya sama orang kecil, punya pandangan yang sama terhadap da’wah, dan mengizinkan beliau merawat orang tuanya. Atau Teh Ried yang bilang suaminya harus yang dah punya pengalaman da’wah sekian tahun, kalo bisa yang dah hafidz (subhanalloh..!!). Ada juga Teh Akhs yang milih nggak terlalu strength soal aliran-aliranan, maunya tipe orang yang terbuka terhadap perbedaan, bisa diajak kerjasama, tapi.. kudu bisa jadi bapak buat calon khalifah ke enam (githu bukan?!?! ). Yup, dan akhirnya giliran pun jatuh ke tangan anggota terimut, sekaligus pelontar pertanyaan ini, sapa lagi kalo bukan aku (=)), hehe... dan aku menjawab…Apa ya? Aku malah jauh lebih bingung dari orang-orang yang aku tanyain. Blom punya konsep yang jelas, gitu aku bilang. Tapi orang-orang lembut yang bisa jadi ganas kalo dah main keroyokan kayak malam itu, jelas nggak bakal melepaskan aku dengan begitu mudah. “Enak aja,” mereka bilang. Aku yang mulai nanya kok malah mau sembunyi tangan. Aku cuma senyum-senyum aja. Mulai deh jitakan dan koor uuu menyerbu.Hiks, kayaknya memang nggak bisa lari neeh. Setengah ngasal soalnya baru ngarang detik itu juga, aku bilang kalo aku menunggu seseorang yang mencari cinta sejati, cinta pada Rabb-nya. Dan aku nggak begitu ambil pusing soal pengalaman da’wah de el el, yang penting punya potensi ke arah sana. Punya percepatan! Dan itu artinya dia harus seorang pembelajar. Toh, hidup ini fungsi proses, yang penting kondisi akhirnya : khusnul khotimah. Kalo bisa yang karakternya kayak Umar bin Khattab, hehe .. (Amiiin…!!)Yup, sangat ngambang dan nggak jelas parameternya. Belakangan, aku mengingat-ingat lagi apa yang terpatri di otakku, harapan-harapanku soal yang satu ini. Aku yakin tiap orang pasti punya dan pernah punya catatan tersendiri tentang orang yang diharapkannya bakal jadi bagian dari hidupnya. Tentang masa depan. Bukannya ini salah satu masalah yang bikin dunia ini terus bernafas?Dan ingatanku terlempar ke masa SD ketika aku nggak sengaja baca artikel tentang Ki Hajar Dewantara. Tentang perjalanan hidup beliau. Tentang pernikahan beliau dengan Nyi Hajar Dewantara yang penuh misi hasil perjodohan orang tua. Entah kenapa ingatanku pada nasihat beliau masih begitu melekat sampai sekarang (dibacanya pas masih seimut anak SD githu looh ..). yup, beliau bilang, cinta adalah makhluk, yang pasti akan memudar ( atau bertransformasi mungkin? ), dan bahkan hilang di satu titik hidup. Tapi, ketika itu terjadi, haruskah pernikahan juga berakhir? Sebuah pertanyaan sederhana yang ternyata nggak gampang untuk dijawab. Banyak sekali kan orang-orang yang memutuskan untuk mengakhiri rumah tangganya dengan alasan ini. ( Oh iya, beberapa hari yang lalu di Salman ada seminar tentang perceraian, sayang nggak bisa datang ..). So, apa yang kurang, komitmenkah ?!?! Tampaknya aku masih harus nyari-nyari tulisan si Aki lagi neh, ga paham …Anyway, apapun harapanku, yang aku tahu aku harus memulainya dari diri aku sendiri. 4JJ1 kan Maha Tahu apa yang terbaik bagi aku, bagi kita. So, serahin aja sisanya pada-NYA. Siapapun yang dikirimkan 4JJ1 padaku, dia pastilah seorang yang istimewa. Karena 4JJ1 tak pernah menciptakan sesuatu yang biasa-biasa aja.
Yaa 4JJ1 ,
Jika Engkau berkenan mengirimkan seseorang untukku
Kirimkanlah seorang yang mengingatkanku pada-Mu saat aku melihatnya
Dan mengingatkannya pada-Mu saat dia melihatku
Jika Engkau Ridho menyatukan potongan rusuk kami
Maka buatlah juga hatinya ridho atas segala kurangku
Jika Engkau menyediakan seseorang untukku,
Ku mohon sediakan juga hati yang lapang,
Untuk bertemu karena-Mu
Dan berpisah karena-Mu
Untuk mencintai karena-Mu
Dan membenci karena-Mu
Jika Engkau tiada menuliskan seseorang di bumiMu ini
Sungguh,
Kasih sayangMu cukupi penantianku
Pada seorang yang menungguku di Kampung AbadiMu



/* kEeP oN YoUR FaItH
Membicarakan seseorang yang belum pernah kau kenal, belum pernah kau temui, belum pernah kau dengar, belum pernah kau lihat, belum pernah kau bayangkan, ternyata bisa begitu spesial, kenapa ya?

No comments: