Siapa bilang menjadi orang tua adalah gift taken for granted?
di zaman playstation lebih diakrabi dari pada teman sebaya ini, menjadi orang tua nampaknya merupakan status yang cukup menggentarkan. Bertanggung jawab atas jiwa, raga, dan pemikiran seorang makhluk baru ternyata bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah (*halah, sok-sokan ngerti..). Salah satu acara yang sangat layak ditonton dan dijadikan tuntunan untuk belajar menjadi orang tua adalah reality show Nanny 911 di metro. Memang di sini tidak dicontohkan bagaimana mengajarkan tauhid, apalagi mendidik anak untuk sholat, namun kita bisa belajar melatih mental (*haha, buat kita-kita yang belum dapat amanah, latihan mental via visualisasi dan imaginasi is fine enough) bagaimana menghadapi anak yang rewel, blom bisa lepas dari dot, de ka ka lainnya. Teknis memang, tapi yang teknis-teknis ini pun harus ada ilmunya.
Yang pertama diajarkan tiga nanny yang berpakaian ala Mary Popkins ini adalah: buatlah peraturan rumahmu sendiri, lalu patuhilah! Peraturan ini bisa berbeda-beda tergantung pada nilai-nilai yang dianut keluarga tersebut. Yang kedua adalah: komunikasi. Yeuh, inilah bagian rumitnya. Berkomunikasi pada anak-anak tak bisa disamaratakan dengan pada orang dewasa. Tapi, pada intinya, komunikasi itu akan terjalin jika pihak-pihak yang berkomunikasi saling menghargai, mau mendengarkan dan berbicara dengan sepenuh hati. Mungkin, memanggil anak dengan berteriak, menyuruh tanpa menatap mata anak adalah hal yang lumrah kita jumpai. Tapi, percayalah hasilnya akan jauh lebih baik jika kita melakukan hal yang sebaliknya. Dorong anak menjadi bagian dari team yang saling membantu sehingga timbul kerja sama. Yang ketiga adalah: tegas. Jangan pernah lemah oleh rengekan. Hum, ini juga bagian yang paling rentan pada ibu-ibu. Dari beberapa episode yang pernah saya tonton, wanita biasanya paling sukar menerapkan prinsip ini. Makanya, tak heran, memang paling mudah'merayu' ibu dengan ambekan...
Dalam beberapa kasus, kedekatan orang tua (*ayah yang bekerja) dengan anak sangat kurang. Pendekatan fisik kadang berhasil diterapkan sang ayah untuk memaksa anak mengikuti rule yang telah dibuat. Tapi yang terjadi malah peningkatan tingkat kebandelan sang putra. Beberapa trik dilakukan untuk meruntuhkan kebiasaan negatif tersebut. Bagaimana-bagaimananya, tonton saja sendiri. Acara ini sempat diadaptasi salah satu stasiun televisi nasional kita dengan mengganti nanny profesional dengan artis, yang hasilnya sungguh mengecewakan. Not recommended,,,,
di zaman playstation lebih diakrabi dari pada teman sebaya ini, menjadi orang tua nampaknya merupakan status yang cukup menggentarkan. Bertanggung jawab atas jiwa, raga, dan pemikiran seorang makhluk baru ternyata bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah (*halah, sok-sokan ngerti..). Salah satu acara yang sangat layak ditonton dan dijadikan tuntunan untuk belajar menjadi orang tua adalah reality show Nanny 911 di metro. Memang di sini tidak dicontohkan bagaimana mengajarkan tauhid, apalagi mendidik anak untuk sholat, namun kita bisa belajar melatih mental (*haha, buat kita-kita yang belum dapat amanah, latihan mental via visualisasi dan imaginasi is fine enough) bagaimana menghadapi anak yang rewel, blom bisa lepas dari dot, de ka ka lainnya. Teknis memang, tapi yang teknis-teknis ini pun harus ada ilmunya.
Yang pertama diajarkan tiga nanny yang berpakaian ala Mary Popkins ini adalah: buatlah peraturan rumahmu sendiri, lalu patuhilah! Peraturan ini bisa berbeda-beda tergantung pada nilai-nilai yang dianut keluarga tersebut. Yang kedua adalah: komunikasi. Yeuh, inilah bagian rumitnya. Berkomunikasi pada anak-anak tak bisa disamaratakan dengan pada orang dewasa. Tapi, pada intinya, komunikasi itu akan terjalin jika pihak-pihak yang berkomunikasi saling menghargai, mau mendengarkan dan berbicara dengan sepenuh hati. Mungkin, memanggil anak dengan berteriak, menyuruh tanpa menatap mata anak adalah hal yang lumrah kita jumpai. Tapi, percayalah hasilnya akan jauh lebih baik jika kita melakukan hal yang sebaliknya. Dorong anak menjadi bagian dari team yang saling membantu sehingga timbul kerja sama. Yang ketiga adalah: tegas. Jangan pernah lemah oleh rengekan. Hum, ini juga bagian yang paling rentan pada ibu-ibu. Dari beberapa episode yang pernah saya tonton, wanita biasanya paling sukar menerapkan prinsip ini. Makanya, tak heran, memang paling mudah'merayu' ibu dengan ambekan...
Dalam beberapa kasus, kedekatan orang tua (*ayah yang bekerja) dengan anak sangat kurang. Pendekatan fisik kadang berhasil diterapkan sang ayah untuk memaksa anak mengikuti rule yang telah dibuat. Tapi yang terjadi malah peningkatan tingkat kebandelan sang putra. Beberapa trik dilakukan untuk meruntuhkan kebiasaan negatif tersebut. Bagaimana-bagaimananya, tonton saja sendiri. Acara ini sempat diadaptasi salah satu stasiun televisi nasional kita dengan mengganti nanny profesional dengan artis, yang hasilnya sungguh mengecewakan. Not recommended,,,,
No comments:
Post a Comment