Tuesday, March 04, 2008

Affair SGA: The Fragile Jakarta

Itulah yang dikatakan Seno dalam catatan pembuka kumpulan tulisan kolom ini. Rupa-rupa luka Jakarta dikuak Seno dengan gaya bahasanya yang meletup, sinis tapi kontemplatif. Jakarta yang selama ini digeluti para penghuninya saban hari, tapi tetap asing tanpa ada usaha mengakrabi. Jakarta yang Jakarta.

Terus terang saya memang belum menyelesaikan bacaan ini, tapi saya sudah jatuh cinta sejak membaca sub-judulnya yang ke dua: Manusia Jakarta, Manusia Mobil. Salah satu buku yang ingin saya hadiahkan entah pada siapa, satu hari nanti. (*menyusul Tetralogi Laskar Pelangi dan The Blue No Where).

Seno memanipulasi kata menjadi jarum yang mengusik pikiran pembacanya, sambil tak lupa memberi ilustrasi sederhana yang secara efektif menyindir tanpa kehilangan kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari kota yang sedang dia usik. Jika Umar Kayam mencoba mensketsakan masyarakat Jawa dengan bahasa yang nglangut, asyik bermain-main dengan perlambang dan proverb, Seno lebih suka bereksperimen dengan sayatan-sayatan terbuka. Umm, sama-sama enak dinikmati. Sama-sama mencerminkan budaya masyarakat di mana tulisan itu dihasilkan.

No comments: