untuk saudara-saudaraku
di sebuah jalan yang dahulu para rasul pernah tinggal
assalamu'alaykum, ikhwah
rindu benar saya ini, teringat akan sebuah surat cinta yang dituliskan para qiyadah saya, nun di zaman kaki ini masih bergeleyotan di ranah hijau itu..
rindu benar saya pada ranumnya taushiyah
yang senantiasa jadi pelita, saat hamasah terjun ke titik nadirnya
rindu benar, ikhwah..
karena sesungguhnya kaki saya adalah kaki lunak kanak-kanak,
yang sedang belajar menapak terjalnya curam yang telah kalian lalui
belajar,
tanpa ada jaminan akan berhasil
tapi toh kita memang tidak berkewajiban berhasil, bukan?
"hasil" sepenuhnya adalah hakNYA..
mungkin banyak kalian temui,
penumpang kereta juang ini yang menyelinap tanpa tiket,
penyelundup gelap yang meributkan kursi keras dan sesaknya hawa..
para 'yang sekedar meramaikan';
ingin bernaung di rindangnya jama'ah
tapi enggan bersegera saat da'wah meminta..
mereka-mereka ini adalah saya
tapi sungguh, saat kini kulihat peluhmu belum lagi kering
lukamu belum lagi ditutup kulit baru
kembali kalian berpacu:
masalah umat ini jauh lebih banyak
dari semua waktu yang kita miliki
begitu kata kalian
dan aku cemburu,
iri pada semangat yang hanya Alloh yang bisa menjaganya
kulihat di mata kaca kalian,
cabaran untuk sebuah kebenaran kecil ini sudah begini hebatnya
apalah lagi kebenaran yang dibawa Penghulu kita,
betapa tak tertahankannya aral bagi kebenaran besar yang mengubah seluruh dunia itu..
jika Insan Utama itu bisa, maka insan-insan seperti kalian pun selayaknya bisa
bukankah kesulitan itu telah dipetakan
dan kemudahan itu telah dijanjikan..
kan teringat aku pada basahnya mata di kala ikrar mengudara
:kita adalah pelayan umat
jika 'tuan' kita "belum" menyukai asingnya masakan program kita,
jika sekali dua lecutnya menggores perihnya rasa
maka belajarlah..
maka bersabarlah..
siapkan suguhan terbaik yang kita bisa
sesungguhnya kita tidak berhak mengeluh pada mereka
kita hanya berhak mengeluh pada "TUAN" sejati kita
setelah berulang kali mencoba, pasti suatu hari
kita berkesempatan menjela:
silakan mencoba hidangan kami, wahai umat yang dicintai Guru kami hingga akhir hayat..
silakan menikmati indahnya pelangi ukhuwah ini..
karena yang kita harap-harap;
hanya nilai dan puji dari "TUAN" yang sebenarnya
yang akan tersenyum kala lelap menenggelamkan letih kita
dan turun ke langit dunia
saat sebagian malam benderang oleh do'a
Duhai Guru kami yang agung,
teringat aku pada pucuk petuahmu
: yang terbangun dari tidurnya tanpa memikirkan permasalahan umat,
dia bukan golongan kami!
maka lihatlah kami, wahai Cahaya..
dengan langkah kecil kami..
menyongsongmu
telah kami cicipi getir pahit bumbu perjuanganmu
meski sedikit
moga kau catat kami sebagai umatmu
yaa ikhwatii,
bukan jamaah langit, bukan satria piningit..
jalan ini hanya mengajarkan kita menjadi manusia
yang memanusiakan manusia...
mungkin sekali waktu silau itu membutakan jiwa
sekali tempo turbulensi itu mengikis pondasi kita
maka segala khilaf dan galat ini
mari simpuhkan pada simpulNYA
moga keridhaanNYA pula segala muara..
sedang merindukan oase kalian;
ukhtukum fillah,
yang belajar menjadi istiqomah
keyboard itu seperti juga pena
pena itu seperti juga lidah
lidah itu begitu mudah tercemeti
:ringan berkilah, beratnya melaksanakan kata sendiri..
No comments:
Post a Comment