Saturday, June 13, 2009

Tentang Warung Soto di Bawah Jembatan

Ini adalah tentang warung soto langganan kami (*is dan in*) sejak pindah ke kosan ini. Soto di tempat ini, yang paling murah dan pas dengan selera kami. (*sebenernya saya lebih gandrung pecel lele-nya sih.. sambal nya oke punya..*)

Sejak awal kami tau kalo ini warung jawa (most warong in this city owned and managed by Javanese people.. mulai soto, nasi goreng, pecel, sampai bakso langganan kami) secara muka-muka Java TM dan bahasa nya yang keluar satu dua celetukan. Tapi, you know what, sejak awal kami beli sampai sekarang (*hampir dua tahun*) kami ragu mereka mengenali kami sebagai orang jawa atau tidak. Hehehe.. kami selalu konsisten memakai bahasa Indonesia yang terkontaminasi basa sunda.. yeuh.. bukan kenapa-napa.. takutnya entar dikasih banyak haha =D
Hmm,,
Persaudaraan sesama perantau.
Belum benar-benar merasakan itu
Hmm..
Tapi yang paling membuat saya terkesan adalah, (*sok lah kalo mau dibilang ‘umuk’ mah..*) keseriusan warung-warung jawa itu dalam me-maintain dan melayani pelanggan-pelanggannya. Satu hari, dengan alasan beli nasi putih dua ribu saya berhasil memecahkan uang 50ribu perak di warung nasgor langganan kami.. wuiih.. pokoknya inilah praktek customer care yang diceritakan mas HK di buku-buku marketingnya. Bayangkan, untuk mendapatkan uang tukeran 50ribeng itu, sang mas warung harus berjalan nyebrang dan keliling-keliling ke banyak warung dan toko lain! Padahal, FYI, sebelumnya kami sudah ditolak oleh berbagai warung dan toko tempat kami belanja sebelumnya (nominal belanjaan lebih besar dari dua ribu) dengan alasan nggak ada kembalian.. hmm.. maka melekatlah branding dan positioning warung itu sebagai warung ulet nan ramah pelanggan.. hehe, meski, teuteup.. kami selalu belanja sebagai orang ‘nasional’ tanpa memakai privilege kami sebagai orang jawa yang bisa jadi bakal dapat layanan lebih.. (*HALAH!!!*)

Jadi intine tulisan iki opo?
Seperti biasa.. ngga ada intinyah!!!!

No comments: