(Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?)
Pasti sekarang dia bukan anak-anak lagi.. tapi mungkin masih suka bertingkah layaknya kanak-kanak.
Adalah suatu saat dalam hidupnya, ketika angin perubahan menawarkan arusnya yang lebih kencang dan besar, ‘tika Bundanya berkata: “Sudahlah.. Jangan jauh-jauh dari rumpun rumahmu ini…”
Lalu kengototan tekadnya membuahkan kata: “Tenanglah, Bunda.. Alloh tak kan lalai menjaga.. Di sini, di sana, di mana pun.. bahkan kalau harus ber-backpack-ing, tidur di emper masjid, Ananda kan jalan juga…”
Lalu perjalanan nasib mementahkan semua kekhawatiran, menjadikan kata-kata si anak nyata.
Di sanalah dia, salah satu periode terindah dalam hidupnya. Berumahkan masjid yang pada akhirnya paling dia cinta, ujung lain pulau rumpunnya. Tidak, bukan sebagai backpacker seperti yang dia sumbarkan. Alloh terlalu kaya kalau hanya untuk memelihara satu hambaNYA. Berumahkan masjid, dalam arti sepenuhnya: lantai, atap, dan tempat pulang! Lengkap dengan keluarga baru yang mengasuhnya penuh cinta.. ya, sebuah keluarga..
Di manakah si anak itu kini?
.. wa ma(n)y yattaqiLLAHa, yaj’al lahu makhroja ..
(merancang pemberontakan baru)
No comments:
Post a Comment