Thursday, March 08, 2007

Seseorang yang Kusebut Abank

:trims untuk semua pelajaran yang sudah is trima slama ini, maap untuk semua kedzaliman.. juga kebodohan lisan ini.. wish U aLL da BeSt!

Mungkin memang benar, kita baru tahu arti memiliki justru setelah kita kehilangan. Arti 'menjadi', baru kita rasakan setelah kita sudah tidak lagi menjadi apa-apa.. Mungkin begitulah karakteristik dan properties yang melekat pada manusia. Mau diapain lagi?

Nggak asyik sebenernya saya nulis ini. Langsung 'on the spot' dikejar waktu kuliah, di bawah guyuran musik Comlabs yang obregado (*neon ieu teh?) yang bikin konsentrasi nihil. Tapi setidaknya saya ingin menuliskan jembatan keledai biar kapan-kapan tulisan ini bisa saya lanjutkan. (* tiba-tiba pake bahasa 'saya'? Alaah.. )

Yup, sekarang jarang sekali saya mendengar panggilan 'Om'
[*Sst.. jangan bilang-bilang ya? Dulu sewaktu masih tinggal di asrama, saya biasa dipanggil begitu. Gara-garanya sih simple, tapi nggak akan saya bocorkan di sini.. bisa runyam =)) ]
Yah, hampir semua anggota asrama punya julukan dan nama besar masing-masing. Walaupun olok-mengolok dengan nama tidak sebenar ini dilarang Rasul, tapi nampaknya kita semua sudah mengeset saling ikhlas-mengikhlaskan. Menikmati, bahkan bila mungkin, hehehe.. pasalnya, panggilan itu adalah bentuk perhatian dan kasih sayang: "bahwa kita spesial.. hanya kami yang tahu engkau begitu" =P

Anyway,
salah satu hal yang saya rasakan hilang dari peredaran hidup saya sejak terbang dari asrama adalah hal ini (*selain dendang si mBlem, ocehan Dian, taushiyah In Jundi, masakan Tieh, lingkaran itu.. dan.. dan.. semuanya.... ) Om adalah panggilan yang selalu setia dikumandangkan Si Abank, bahkan hingga saat ini. Mungkin karena dia yang mentrigger, jadi begitu bersenyawa dengan alam bawah sadarnya.. (*neon? neon? neon?)

Spesial tentang Abank, walaupun hanya sempat tinggal sekamar beberapa bulan, (*ini karena hal yang tak bisa aku ceritakan juga..) aku mendapatkan banyak pelajaran darinya. Sosoknya yang simple, selalu bersemangat dan positive thinking gampang mempengaruhi orang lain (*meskipun dia jarang banget ngomong.. kalo nggak terpaksa ;P) jadi curiga semua itu akibat hobi akutnya: joging ampir tiap hari! Yup, mungkin persahabatan kami sederhana saja. Sangat sederhana. Tapi kesederhanaan itu terus mengisi tiap ruang yang menghampa. Hingga saat dia tiada, kehampaan itu menjadi sebuah kata: ada yang hilang! Tapi inilah kehidupan. Datang dan pergi, datang dan pergi. lalu menjelmalah kedewasaan: semua bukan milik kita. Semua adalah titipan. Toh sekarang tiap kali kita bertemu di jalanan, orang pada noleh melihat kehebohan kita. Hehehe..


maka,
aku ingin mengingat semuanya
di sini
saat ini
ke mana pun melangkah
semua goresan itu akan menjadi cahaya
ya, cahaya yang mengingatkanku
ada
ada doa
yang bersilang
di atas sana
untuk pengharapan
:kita semua akan tumbuh
menjadi kuntum syahidah yang tertangguh



2 comments:

Anonymous said...

ada saat "memiliki", ada saat "kehilangan", semua itu adalah takdir sang Pencipta, yang Dia pikir itu yang terbaik untuk kita.

dengan "kehilangan",kita memaknai "memiliki" . dengan "memiliki", kita memaknai "kehilangan".

tapi, pernahkan kita memaknai "kehilangan"? merindukan "kehilangan"? menginginkan "kehilangan"

dengan "memiliki"?

Katakecil said...

Wow.. such a deep word

:D

haha...

Mungkin emmang baru sekarang saya mengerti apa yang Anonymous katakan hehe...