Wednesday, December 30, 2009

Re-Sensi padahal sensi aja: The Terminal Man

"The patient did not move, made no sound. The brain could not feel pain; it lacked pain sensors. It was one of the freaks of evolution that the organ which sensed pain throughout the body could feel nothing itself."

-Michael Crichton, The Terminal Man-

Termasuk salah satu novel awal yang digarap saat MC masih begitu muda, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu rumit. Namun, endingnya bisa dibilang tetap mengejutkan. Basic neuroscience yang ditawarkannya, sangat menarik minat saya. Saya lagi-lagi harus angkat jempol atas keluasan medan jelajah MC (*fyuuh, latar belakang MC sebagai seorang doktor dokter, dosen, penulis novel dan skenario*) yang menyumbangkan andil besar pada dinamika novel ini.

Setidaknya ada dua hal yang saya 'catat' dari novel ini:

  1. Proses pemrograman dasar otak manusia selesai saat usia sekitar tujuh tahun. saya jadi bertanya-tanya, adakah hubungannya dengan perintah mulai diajarkannya sholat saat anak usia tersebut?
  2. Secanggih apapun suatu sistem, dia tidak akan pernah bisa memahami dan mengerti dirinya sendiri. Saya jadi bertanya-tanya, adakah kiranya hal ini adalah bagian dari hikmah mengapa Sang Khalik menciptakan Makhluk, padahal DIA tak kekurangan suatu apa?
Tampaknya edisi bahasa kita belum muncul di pasaran, jadi bersabar saja dengan e-book english-nya :P worth it kok..

No comments: