Tuesday, July 24, 2007

Cerita Langit (Revised!)

12:34 pm 7/5/2007

”Dek, hari ini bunda mau cerita

Bukan tentang Gundam

Bukan tentang pelangi yang kini enggan bertandang

Juga bukan tentang gagah cantiknya Arok dan Dedes

Hari ini mari melihat langit saja

Langit yang dulu kabarnya menelurkan batu mpu gandring

Juga langit yang dulu disinggahi nabi kita

Apa yang kamu lihat, Dek?

Dulu di biru sana ada sekawanan unggas terbang,

Menukik menyambut rizkinya

Lalu satu-dua capung terbang merendah menyapa kekupu

Dulu awan senja mengangkang menebar kharisma sejuta warna

Dulu dari timur,

Bintang yang pertama terbit akan mengedipmu manja

Dulu..”

”Kisah Bunda selalu bagai dulang lebar bersampir air

Jernih

Seolah kristal para peramal

Lalu..?”

“Lalu satu waktu, langit pecah, Dek!

Rahimnya memberi kehidupan satu Gulliver

Lalu dua Gulliver

Empat, delapan, delapan belas..”

”Siapa dia, Bunda?”

”Dia sama seperti kita, Dek..

Bernafas dengan udara,

Dan makan dari tanah..

Tapi dia, mereka menggigit langit dari tepi-tepi..”

”Oh, mengapa Bunda?”

”Andai ibu tahu..

Dek, para Gulliver itu menjangkau hijau

Tapi tak penuh juga perut liliputnya

Meminum segala telaga

Tapi tak jenuh dahaga menerpanya..”

”Matamu mulai seperti bulan kanginan. Tidurlah Dek....”

”Aku tak mengantuk, Bu..”

”Maka rahim langit kembali menebal

Awan gelap sebagai tumbal

Asap yang naik seperti dulu salju turun rapat-rapat

Hanya arahnya berkebalikan”

”Kau lihat, Dek?

Langit kini punya lubang..”

Kali ini tak ada jawaban..

”Semoga bintang yang tak muncul di luar sana,

Muncul dalam mimpi kecilmu, Dek..

Esok pagi kala bangun,

Mendoalah agar langit tak makin hitam..”

Lewat kecup,

Kata-kata yang lembab menyergap

Kukemas dari dahimu yang beraroma bayi

Sambil menutup jendela kamarmu,

Kan kulepas mereka terbang layaknya merpati

”Mendoalah, Dek..”

2 comments:

Trian Hendro A. said...

bagus.. bagus...
yang ini sangat lebih bagus dari sebelumnya.

'satu syarat' puisi-sajak-syair itu bagus, adalah alurnya, mengelir dan mampu menuntun pembaca hingga akhir. lebih bagus lagi, tanpa ada kesan memaksakan, dengan begitu lembut.

Katakecil said...

yup, trims
masih belajar ke arah sana :)