now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest.
N'est-ce point par l'évocation d'Allah que se tranquillisent les coeurs.
im Gedenken Allahs ist's, daß Herzen Trost finden können.
al-Ra'd [13]: 28
Judul Novel : Kondisi Ketakutan
Judul Asli : State of Fear
Genre : Fiksi Ilmiah
Penulis : Michael Crichton
Alih Bahasa : Arif Subiyanto
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat/ Tahun Terbit : Jakarta, Maret 2009
Jumlah Halaman/ Ukuran : 632 halaman, 23x15 cm
Apakah alam ini seimbang?
Atau justru sebaliknya? Tak pernah seimbang?
Lalu di manakah posisi manusia?
“Orang yang merusak alam karena bodoh dan tidak tahu, atau karena sok tahu lalu membuat aksi keliru, sama berbahayanya”, begitu kata MC. Setelah Anda membaca novel ini, Anda pasti akan sepakat dengannya. Betapa manusia adalah makhluk istimewa yang penuh dengan keterbatasan, yang bahkan tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai tempat tinggalnya, baik di masa lalu, masa kini, maupun (kemungkinan besar) di masa mendatang. Lingkungan adalah sebuah sistem super besar yang senantiasa berubah dan bergerak: tidak pernah setimbang. Dinamika lingkungan tersebut, termasuk di dalamnya pengaruh geologis dan iklim, telah menempatkan manusia sebagai subjek sekaligus objek yang sangat rentan. Diterbitkan pertama kali pada tahun 2004, novel ini masih cukup hangat dan pas untuk disantap para pemerhati dan pecinta lingkungan hidup. Tapi saya bacanya yang versi English, though ^^;
Pemikiran yang coba diusung MC ini bertentangan dengan pandangan yang dianut secara umum. Global warming, benar-benar nyatakah teori tersebut? Ataukah sekedar akal-akalan politis ekonomis demi menciptakan sebuah teror bagi semua negara di dunia? Mengapa kita harus mencemaskan fenomena alam yang normal yang baru akan terjadi lebih dari seribu tahun yang akan datang? Ada apakah di balik semua itu? Sebuah konspirasi? Or what? Hmm, saya sempat ngobrol tidak serius tapi serius dengan kawan bologi saya, dan beliau bilang memang menurut sebagian penelitian, bumi ini cenderung turun temperaturnya.
Dibuka dengan fragmen-fragmen pendek yang khas, dan cerita pun saling bertautan menanamkan benih penasaran tumbuh di benak para pembaca. Didukung ilustrasi grafik-grafik dan data ilmiah (16 lembar bibliografi disertai komentar pribadi penulis!) membuat novel ini sukar dibantah. Di awal, alur berjalan cukup lambat, namun setelah menamatkan novel ini, Anda tak akan menyesal karena akan mendapatkan jawaban dari semua misteri yang telah ditebar penulis di awal cerita.
Lebih dari novel-novel Michael Crichton yang lain, pesan yang ingin disampaikan Crichton lewat novel ini sangat masif dan tebal. Namun, Anda tak perlu khawatir akan mendapati teks-teks panjang yang bernada menggurui, karena semua pesan tersebut dikemas dengan baik dalam dialog antar tokohnya tanpa melibatkan para pembaca.
Kritik yang dilontarkannya di antaranya adalah mengenai lembaga pendidikan tinggi sebagai institusi yang seharusnya netral dan tidak terbelit hubungan yang rumit dengan pihak sponsor penyandang dana. Dalam catatan akhirnya, Michael Crichton menekankan bahwa saat ini yang lebih dibutuhkan oleh bumi adalah semakin banyak orang yang bekerja nyata bagi lingkungan, bukan sekedar teori-teori yang dipoles sesuai pesanan para pendonor yang tak lain dan tak bukan para pemilik industri dan pemerintah.
Yang sangat saya sayangkan adalah penerjemahan judul novel ini menjadi Keadaan Ketakutan, yang terdengar kurang sastrawi. Padahal, jika judulnya dipertahankan tetap sesuai judul aslinya, akan lebih menjanjikan suatu permainan kata-kata yang menarik. Sebuah negeri yang selalu dicekam ketakutan? Ataukah keadaan ketakutan itu sendiri?
++ Pokok'e, ngkok lek arek-arek wis podo mentas, ayok nabung ya Pak..
&& Gawe opo?
++ Yo digawe munggah kaji.. Opo maneh..?
&& Iso tha..? Wong saiki ilo wong lungo kaji iku dibatesi sampe umur suwidak limo.. Lha awak iki sakiki sak piro.. nutut tha..
++ Yo nutut ae Pak lek dikersakna Gusti Alloh...