12/11/2005 3:02:48 PM
BismiLLAHirrahmaanirrahiim..
SubhanaLLoh!
Ternyata pagi ini burung-burung masih bernyanyi, pun bebungaan masih tersenyum menyambut embun.Siang belum cukup matang saat rinai pedang langit menempuh takdirnya yang baru, menjadi genangan di jalanan, atau membanjir di selokan, sebelum tunduk pada hukum-NYA, mengembara mencari tempat sujud terendah.
Ya, hari ini masih sama seperti hari-hari di musim penghujan lainnya. Masih sama seperti hari-hari yang lalu juga. Kecuali, jika kita mau berhenti sejenak. Sejenak menatap kalender yang kian kurus, menyadari bahwa Desember tinggal hitungan pekan, bahkan hari. Beberapa hari lagi, dunia akan rikuh dengan persiapan menyambut tahun baru, menyambut langkah baru di tahun ke enam alaf ke tiga ini. Kelap kelip lampu, tiupan terompet, denyar kembang api, tawa canda semalaman, entah apalagi. Iseng aku membatin, hm, sungguh, berapa banyak yang sebenarnya benar-benar bersiap meninggalkan ’masa lampau’ menuju ’tiga ratus enam puluh lima hari’ kedepan yang masih putih? Ataukah, tahun baru hanyalah kerejap sesaat, euphoria isuistik tradisi semata? Sekedar ganti tahun buku, ganti kalender, daan.. ganti ’bilangan’ tahun? Ah, enak sekali kalau saja catatan amal kita juga bisa dicampakkan ke tempat sampah bersama almanak lama kita!!!
Ternyata tidak. Tidak ada ayat yang bisa dijadikan hujjah, bahwa tahun baru berarti kita akan mendapat buku catatan amal yang baru. Sayang ya? Hehe, padahal tahun yang bertambah mengindikasikan usia kita pun bertambah, mendekati limit ajal kita! Ajal dimana Sang Pemilik Umur akan mengambilnya kembali! Ironis memang. Ketika hal itu terjadi kebanyakan orang malah merayakannya dengan bersenang-senang! Ya, merasa riang saat malaikat maut mungkin sudah menyeringai mengintai di belakang kita! (*AstaghfiruLLOH.. penulis mohon ampun, jika masih mengatakan hal yang belum bisa dilakukan..Moga Alloh mengampuni)
Yup, apa sih arti tahun baru. Ketika kebohongan-kebohongan masih meluncur dari lisan kita, entah sengaja entah setengah sengaja. Apa artinya jika orang-orang yang terpinggirkan dan dipinggirkan tidak bisa menikmati buah amal kita. Apa artinya jika empat puluh rumah di sekitar rumah kita tidak ikut menikmati cahaya kebahagiaan dari lentera kita. Apa artinya jika teman-teman kita tak mendapati wajah kita adalah solusi bagi kesulitan kesukaran mereka. Apa artinya ..
Anyway,
Mungkin inilah saat bagi kita untuk berhenti sejenak, melapangkan ruang hati kita dari sesak hampa yang maya, mengisi kantong-kantong kebahagiaan kita. Merenung. Berkontemplasi. Berfikir, kalau-kalau kita sudah terlampau jauh melenceng dari tujuan penciptaan kita. Sudah sebesar apa jiwa yang bersemayam dalam diri kita? Sudah sebijak apa ’aku’ saat ini? Sudah secerdas apa kita mempersiapkan kematian?
Menunduk. Mencoba takjub, pada semua kenikmatan dan keajaiban yang terbenam, yang tak mampu kita nikmati karena begitu sibuknya kita mengejar bayang-bayang dunia. Jangan-jangan kita tidak tahu warna pelangi di manik mata bocah kecil kita. Jangan-jangan kita tidak menjadi saksi senyum terindah azwaaj kita. Jangan-jangan kita tidak tahu adik kita sudah semester berapa. Jangan-jangan kita tidak tahu rambut ayah bunda yang memutih, mengeriput merenta...
Jangan-jangan.. jangan-jangan.. wah.. bahkan kita juga tidak tahu wajah kita menua!
Yah, berhentilah sejenak. Menyulam makna dalam usia kita yang ke berapa ini. Menancapkan sebongkah tekad, inilah tumpuan kita untuk terus memperbaiki diri. Walaupun, Sebenarnya, tak ada landasaan dalam Islam untuk mengagungkan putaran baru penanggalan sonar ini, karena kita punya sistem penanggalan sendiri. Tak ada salahnya kita memanfaatkan momen, selama hati kita tetap lurus padaNYA, bukan untuk mengikuti jejak orang-orang yang durhaka. Toh, matahari pun milik Alloh juga!
Hope that I can see the Brand New You!
__May ALLOH Love You, All My Friends!
And Shower You with His Light!! Peace be Upon You!!__
Parisj van Java yang Hilang,
Catatan kecil fur my friends ‘n my enemies (* ada gituh? I hope not!)
No comments:
Post a Comment