Friday, November 16, 2012
vestige
Monday, November 12, 2012
do m(y)estical
atau tanah yang tiap saat engkau pijak
seperti itulah
jika engkau mengerti maksudku
Thursday, November 08, 2012
Wednesday, November 07, 2012
Hollow #1
Thursday, November 01, 2012
To: Mothers...
Once you are a mother, to convey that you "CAN NOT" is an abstinence...
Or not?
----Masih bergumam tentang kekuatan badai. The Chaos.
Wednesday, October 31, 2012
Hujan dan Badai
Patah hati
Saat aku meminta hujan
Dan Engkau memberiku badai
Setelah aku kehilangan semuanya
Aku jadi sanggup melakukan apapun
Dan aku tersenyum
Syukur
Atas kekuatan dan dikuatkan
Walau masih terus menangis
Rindu pelangi....
Suatu hari suatu tahun antara 27 Sept dan 27 Okt
Thursday, September 27, 2012
The Tie
then you know you are ALIVE....
Thank You, Allah..
I know You hold my dreams, still..
And I shall never lose heart....
Friday, August 31, 2012
Takdir (?)
Rupanya Pak Pos menafsirkan Jalan Kebon Bibit NO. XX yang nota bene alamat asli kosan saya di Bandung sebagai sebuah perusahaan tempat pembibitan tanaman di daerah tempat tinggal saya. Nyasarlah surat itu ke sana. Padahal sungguh hidup, hal itu tidak ada kaitan fisisnya sama sekali dengan rumah (orang tua) saya. Tapi karena Bapak sering ada urusan "bisnis" yang mengharuskan pergi ke PT Pembibitan tersebut, entah bagaimana, nyampe juga itu surat ke tangan Bapak saya. Voila..
Rizqi..
Yang sudah menjadi bagianmu, akan menjadi bagianmu
Tak kan tertukar, insyaAllah
P.S. Salam rindu untuk semua crew Asrama, terutama Muthie dan Si Kecilnya yang lucu..
Wednesday, August 15, 2012
riBeut
Wednesday, July 25, 2012
Engkau Bertanya Tentang Cinta?
Thursday, July 19, 2012
Satu Hari di Pasar Baru
Wednesday, July 18, 2012
Today is...
Wednesday, June 20, 2012
Setengah Delapan
Kadang ianya adalah tiga, atau bisa juga nol.
Tergantung bagaimana kita membaginya.
Mungkin begitu juga hidup ini.
Ada banyak cara untuk memahami takdirNya...
Information is Power
Jika Anda mengalami masalah, coba Google Chrome. | Tutup"
Ow ow...
Begitu ternyata :)
Mungkin memang benar..
Kekuasaan itu cenderung korup.
Dan kekuasaan nyatanya toh tidak hanya melulu tentang politik.
Di sini pun "kekuasaan" mulai menunjukkan hegemoninya.
Obrolan Para Hari
dan Pagi pun melenggang menenteng Matahari di tangan kirinya
Lalu ketika Waktu terjaga dan Matahari menangis kelelahan,
Petang hanya menatap sendu, "Umurku sudah purna..."
Bukankah begitu Hari-Harimu, Anak Muda?
Semua seperti mimpi yang mampir silih ganti, bukan?
Sampai Takdir mempertemukanmu dengan Dia
Tuesday, June 19, 2012
Lippen to Libur
Memang...
Ini adalah hari pertama aku ngantor lagi setelah tiga hari libur (week end pleus nambah bolos sehari, hadaw..)
Emang sering banget deh si aku ini justru tepar setelah libur. Heu. Atau paling nggak telat nyampe kantor (Haha.. jdugh..)
It only meant one thing.
Pas liburan si aku melakukan hal yang tidak-tidak.. yeah...
Sebenarnya bingung juga, ngapain ya si aku bela-belain nulis ini di detik-detik terakhir mau hengkang dari kantor? (well, it's 7 PM)
It only meant one thing.
Aku kangen ngeblooooooogggg.. eugh..
Walopun nggak penting... Haha.. it's sad but true..
My work menuntutku untuk banyak menulis.
Tapi blog sendiri gak pernah ditulisi..
Ah, jadi kayak kata-kata Patkay..
Yeah..
Dan lippen?
Apa hubungannya?
Haha, ngga ada-ada banget sih.
Cuman ya gitu deh..
Kalo abis tepar, mau ngga mau harus pake lippen yang agak mencrong dikit
biar ga kayak drakuli
*Ehh...
Friday, June 08, 2012
Hermawan K. Dipojono, Guru Besar dalam bidang ilmu Rancang Bangun Material Komputasional
Never Ever Surrender, he always said..
And I know one thing has changed since I met him in the very first time...
The day I know that I destined to be one of them: The Champions...
Thank you, Sir!
Wednesday, May 23, 2012
Satu hal tentang twitter
Sunday, May 20, 2012
Selarik Salju Turun di Jakarta Siang Itu
Wednesday, April 25, 2012
Perempuan Embun Surga
yang tidak bersenyawa dengan rindu?
Seperti gadis pingitan Kartini merindu cahaya,
Seperti itu pula dirimu merindu lapangnya cakrawala
Cakrawala di mana mentari tak bersinar
Kecuali menyentuh jengkal tanah yang merdeka
Adalah engkau,
Setiap hembus angin yang berkisah
Tentang perjuangan yang tak sudi menyerah
Dan jiwa yang tak mau patah
Meski jasad telah rebah
Maka di hari semua perempuan mengenang perempuan lainnya,
Aku mengenangmu
Sebagai jalan lelakon yang seharusnya ditempuh setiap perempuan agung
: Anggun dalam berlaku,
Lincah dalam berpadu
Moga pagi dan senja dalam tidur ruhmu yang suci,
Kau saksikan jua anak-anakmu ini
Berdiri di tempatmu dulu berdiri
Sebagai ruh baru di atas jalanmu menabur mimpi
: Bunda Yoyoh Yusroh
Monday, April 23, 2012
Randomization
Padahal lagi pengen-pengennya mempercantik penampilan blog *yeah, ganti muka baru setengah jalan... akhirnya justru malah makin berantakan...*Padahal Blogger udah berusaha mempercantik dirinya juga lho..
Setelah saya timbang-timbang *ehem, maklum, dulu ngakunya sempat jadi anak fisika.. walau nggak tau bapaknya siapa* akhirnya berikut ini adalah kredo baru si PeTTo... *hatchiing*
Entah apa yang ada di imajinasi saya sewaktu membuat tag-tag geje yang bejibun tea. Untuk ke depannya, blog ini harus sedikit lebih jelas. Catet, penekanan pada kata SEDIKIT ya!
Konkritnya, ini blog akan membahas 3B: BUKU (review dan resensi gila ala saya), BYUTI (ehemm.. no komen yak) dan BAR GAMBAR tak ye (maksudnya.. biasaaa si korel mengorel ala calon pro :)) ). Selebihnya ada Random dan Jekardah untuk menampung yang geje dan super geje. Hmm..
Kalo soal ejaan deelel, sesuka saya lah ya.. kecuali untuk yang dilombakan :)) *LOLLL*
Hmm. Merenung lagi. Omoooo... Suju mau datang ke Jekardah..
Nah, ini namanya masuk tag Random. Haha..
Monday, March 19, 2012
Mario dan Luigi Makan Sotoji?
Suatu hari yang cerah (selalu cerah karena menghadap layar PC yang kebyar-kebyar), saya berkeliling dunia maya dan menemukan informasi mengenai lomba blog yang bertujuan untuk me-review produk Sotoji, soto jamur instan yang baru saja diluncurkan, guna meraih opini publik yang positif namun juga kritis. Dan di sinilah saya sekarang. Mencoba mengingat kembali sensasi tiga bungkus Sotoji yang telah musnah dari muka bumi karena ulah saya.
KEMASAN
Pertama melihat bungkusnya, yang saya cari adalah label halal MUI, dan langsung dapat! Setelah diterawang dan diraba (euleuh, kayak meriksa uang saja), ternyata bungkusnya asli. Asli membuat saya tertarik dengan material yang digunakan. Menurut penilaian saya, materialnya relatif tebal sehingga akan mampu menjaga kualitas makanan dan aman. Dari segi pilihan warna pun sangat menyegarkan mata.
Walaupun desainnya masih sangat "mainstream" bungkus mi instan, saya bisa membayangkan tumpukan Sotoji ini di rak supermarket, dan rasanya masih cukup "stand out" dibanding produk lain yang sejenis. Namun, alangkah sayangnya jika material kemasan yang bagus tadi hanya sekali pakai dan langsung dibuang. Kemasan bisa dibuat lebih menarik dan menantang, keluar dari pakem yang sudah umum. Kemasan juga bisa dijadikan media promosi dan positioning yang kuat.
Bayangkan jika Sotoji punya logo (siapa yang meragukan kesaktian apel bekas gigitan yang mengasosiakan gadget tercanggih, misalnya?) yang kuat dan tercantum dalam kemasan tersebut, katakanlah tokoh kartun berbentuk jamur yang khas. Atau alih-alih petunjuk cara memasak yang sudah umum dan mungkin tidak lagi dibaca konsumen karena sudah hafal di luar kepala, Sotoji menggunakan space tersebut untuk menghibur konsumen. Misal; komik dua kakak beradik yang berebut masak dan makan mi. Atau tuliskan, cara masak: Robek bungkusnya, keluarkan minya, lalu teriak, "Maaaaak... masakin Sotojiiiiiii...." Atau bisa juga diisi dengan tips dan resep berbahan dasar Sotoji. Atau, doronglah konsumen untuk hidup hirau hijau dengan memberi tips apa yang sebaiknya konsumen lakukan terhadap bungkus tersebut; mulai dari menggunakan kembali untuk crafting, lihat website tertentu untuk pengolahan limbah, dan lain sebagainya.
Memang hal ini memerlukan kreativitas dan investasi yang besar, namun, percayalah, dalam persaingan mi yang sangat ketat hal ini bisa menjadi nilai tambah yang luar biasa. Apalagi sebagai produk baru yang masuk ke pasar yang sudah padat, hal-hal mudah dan murah (dalam jangka panjang) yang bisa mencuri perhatian konsumen, adalah kesempatan yang amat sayang untuk dilewatkan. Orang mungkin tidak akan membeli dan memakan mi karena kemasannya, tapi kemasan yang unik membuat orang berhenti untuk melihat produk baru tersebut. Kalau orang sudah melihat, orang akan mempertimbangkan akan mencobanya ataukah tidak. Kalau orang sudah mencoba, ini bisa menjadi jalan masuk untuk membuat orang menjadi pelanggan setia. (Hajuuuuh.. Sok tau banget ya katakecil ini. Tapi sungguh, inilah yang saya rasakan sebagai konsumen.)
Kemasan Sotoji memang sudah memiliki poka yoke yang memudahkan untuk dibuka, namun masih susah dicari. Usul saya, alih-alih berupa satu irisan atau sayatan, akan lebih terlihat jika berupa dua sayatan yang saling memotong dalam bentuk V. Terutama untuk kemasan bumbu minyak. Saya terpaksa menggunakan gunting untuk membukanya karena sulit dibuka dengan tangan kosong.
MI
Awalnya, begitu tahu Sotoji ini berupa mi putih, saya sempat down karena memang kurang suka dengan mi putih. Tapi setelah saya coba, ternyata ini bukan mi putih yang biasa. Teksturnya lebih kenyal, sehingga tidak mudah hancur. Sotoji juga tidak menyerap kuah (alasan mendasar mengapa saya tidak suka mi putih), namun tetap lunak dan tidak keras. Boleh dibilang, Sotoji adalah mi putih instan pertama yang membuat saya jatuh hati. Mi putih juga ternyata lebih "dingin" di perut.
Tekstur jamur dalam Sotoji sendiri cukup kenyal, sedikit mengingatkan saya pada rasa ayam. Memang, jamur mengandung glutamat alami yang memberi rasa gurih. Saya memasak jamurnya bersamaan atau setelah mi dimasukkan ke dalam air mendidih. Bagi Kawan yang tidak suka atau tidak bisa memakan yang terlalu liat, coba masukkan jamur terlebih dahulu dan tunggu 1-2 menit, baru masukkan mi agar teksturnya lebih lembut.
PORSI
Porsi yang dibuat oleh Sotoji sangat pas bagi saya, tidak terlalu banyak, juga tidak kurang. Apalagi tingkat kerapatan jamur terhadap mi, wuiiih, asoi! Tadinya saya pikir jamurnya akan seuprit seperti pada umumnya garnish mi: asal bisa diklaim rasa tertentu. Yang satu ini tidak. Dia total mengusung "kejamurannya".
RASA
Setelah jadi dan mencicip satu sendok, saya menyesal sekali mengapa tidak punya persediaan cabe dan jeruk untuk menambah mantabnya hidangan ini. Sungguh, ditambah irisan cabe merah dan asamnya perasan air jeruk, ini bisa menjadi mi yang sempurna untuk disantap saat hujan melanda. Rasa kuahnya sendiri, karena saya suka banyak kuah, tidak terlalu tajam. Padahal saya sudah menggunakan seluruh bumbu yang disediakan Sotoji. Biasanya, saya hanya memasukkan separuh bumbu mi yang saya makan. Bagi orang yang tidak suka asin dan rasa yang menyengat seperti saya, ini adalah berkah yang mensugesti saya bahwa mi ini kandungan MSG-nya rendah. Namun, bagi Kawan yang sangat suka asin, siap-siap saja menambahkan garam atau mengurangi jumlah airnya. Satu lagi yang saya suka dari mi ini adalah warna bumbunya yang mirip sekali dengan bubuk kunyit alami. Saya juga terbersin-bersin waktu tak sengaja menghirup bubuk cabenya; bau cabe kering asli! Bawang goreng sendiri tidak kasatmata dalam Sotoji karena sudah dicampur dalam minyak bumbu. Padahal saya berharap ada bawang goreng renyah yang bisa ditaburkan di atas mi.
Jika ada kekurangan yang cukup mengganggu saya dalam Sotoji, itu adalah tidak adanya sesuatu yang "kriuk" saat memakan mi ini. Jadi Kawan harus menyediakan sendiri pelengkapnya. Tahukah Kawan apa yang muncul pertama kali saat saya meliurkan (hush!) sesuatu yang kriuk itu? Sesuatu itu adalah kripik usus khas Malang, kota kelahiran saya. Atau kripik jamur tiram, khas Malang lagi. Atau kripik kentang. Atau keripik ubi yang asin. Wuduuuh.. Nyummyyy.. Mudah-mudahan ke depannya Sotoji bisa menambahkan pelengkap siap tabur ke dalam paket minya. Apalagi kalau rasanya dibuat lebih bervariasi. Saya sangat penasaran dan menunggu-nunggu Sotoji goreng. Kayak apa ya rasanya?
Di balik rasanya yang menggoda, ada satu misteri yang disimpan oleh soto eksotis ini: jangan tanya saya soal harga! Sungguh mati, saya sudah salto dan tiarap mengubek-ubek websitenya untuk tahu hal tersebut. Namun fakta itu tidak saya temukan juga. Akhirnya saya pun bersemedi dan meminta wangsit dari mBah Gugel yang Agung. Didapatkanlah gosip bahwa 1 dus isi 20 bungkus Sotoji bisa diboyong cukup dengan 60.000 perak saja, atau kalau per bungkus bisa dibandrol 3.500 perak. Murah? Nggak juga. Tapi worth it!
Mengapa saya bilang harga segitu mahal? Karena standar mi pada umumnya mentok di harga 1.700 perak. Mengapa saya bilang harga segitu worth it? Cobalah tengok label 100% produk Indonesia. Setahu saya, bahan baku mi kuning adalah gandum (which is, musti diimpor dari luar negeri) sedangkan bahan baku mi sohun dalam Sotoji ini (sejauh penelusuran saya) adalah kacang hijau, kemungkinan besar dari produk nasional. Jadi produk ini sehat bagi perekonomian nasional.
Warna soun yang putih bening dan tidak banyak mengembang mengindikasikan tidak adanya zat pewarna dan pengembang dalam mi ini. Hasil rebusannya pun bening dan tidak berminyak, sehingga saya tidak membuangnya. Dengan demikian, asumsi saya mi ini lebih aman dan sehat bagi tubuh. Dengan merangkum semua kelebihan yang saya tulis di atas, saya simpulkan harga yang dipatok tersebut adalah sangat pantas.
Bagaimana? Kawan tertarik untuk mencobanya? Jangan hanya ngiler, segeralah menjadi early adapter. Langsung saja meluncur ke website Sotoji atau mention twitter Bapak @rsugito atau @sotoji_. Tidak mau? Banyak-banyak do'ain saya menang lomba ini, kali aja saya mau berbagi hadiahnya bersama Kawan semua dengan mentraktir makan Sotoji. Kali aja lho.. Cuma kali... Makanya, buruan beli sendiri biar pasti... Pasti ketagihan!
Disclaimer:
Berhubung sudah kondangnya kedodolan saya dalam bidang fotografi, saya tidak ingin menurunkan citra Sotoji dengan hasil jepretan saya yang tergolong abstrak, jadi saya culik saja gambar-gambar di atas langsung dari website resmi Sotoji di http://sotoji.com. Semoga Sotoji berkenan.
Sunday, March 18, 2012
I Need Kagebunshin!
This feeling's kind of creepy.
This feeling..
When I look at my blog wall and stuck with this boring template
LOL
Oh God, when will I make time to overhaul this blog?
My New Passion?
Berawal dari tersandungnya saya pada salah satu merek lokal yang dikampanyekan dalam sebuah seminar kemuslimahan di kampus saya, saya pun mulai melirik kemungkinan bahwa di dunia ini ada makhluk bernama bedak. Ehem. Tapi melirik saja lho ya. Lalu, dua tahun kemudian (yup, Anda tidak salah baca!) saya pun mengikuti beauty class yang diadakan produsen tersebut. Dan mulailah minat terpendam saya menunjukkan batang ekornya. Ya, saya tertarik dengan dunia make up artist. Bukan hanya karena ingin, tapi juga karena butuh!
Butuh. Itu dia. Sebagai seorang dengan "pilihan-pilihan" khusus seperti saya (cara berbusana, cara berias, dst) saya membutuhkan "kebebasan berekspresi" yang sesuai dengan pilihan saya tersebut. Misal, saat suatu acara dan tidak ingin make up yang terlalu tebal tapi ternyata kepentok dengan make up artist berdarah seniman yang tak mau diganggu gugat; atau kita tidak mau mencabut alis tapi perias keukeuh sureukeuh mengatakan bahwa alis kita harus dipangkas demi keestetikaan nasional; atau kerudung kita disulap jadi bunga mawar.. (euh, bisa ya?) Ya, semua yang saya sebutkan itu adalah masalah nyata yang seringkali ditemui. Dan saya tidak mau mengalaminya.
Maka saya pun mencoba berbuat; kecil memang; dan baru untuk diri saya sendiri dulu. Hihi. Walaupun masih acakadut dan seringkali malas.. Setidaknya, saya mulai belajar untuk belajar (waduh, mbulet nya..). Saya mencoba belajar dari tutorial di YouTube ataupun blog yang membahas trik dan info tentang make up. Memang, paling simple dan mudah ternyata adalah dengan mengikuti jejak para blogger yang mendedikasikan dirinya terhadap dunia ini. Malah banyak di antaranya yang suka memberikan give away juga.. (silakan langsung meluncur ke blog LovelyLueLue, XiaoVee, atau DiaryofroductJunkie untuk mengetahui salah satunya).
Harus saya akui, dunia tata rias ternyata tidak semudah itu dipelajari. Tapi karena rasanay sudah menjadi bagian dari passion saya, (ya, ini adalah bentuk lain dari melukis! Pada kanvas yang super unik!) saya akan berusaha terus menapaki jalan ini. Ganbatte! Banzaaai..! *,* Hehe..
Friday, January 13, 2012
Biar Bibir Tidak Mudah Kemarau
- Pakailah lip balm sebelum tidur. Jika tidak ada, bisa diganti dengan minyak zaitun atau madu. Yang paling penting: harus teratur!
- Kalau sel kulitnya sudah banyak yang mati, bersihkan dengan lap khusus yang bahannya lembut. Jangan terlalu sering juga, nanti jadi makin sensitif dan lebih rawan iritasi.
- Pijat daerah atas dan bawah bibir dengan cara dijepit oleh dua jari tangan kanan dan kiri bergantian, yang digerakkan ke arah luar beberapa kali agar peredaran darahnya lancar.
- Kalau habis makan pedas, usahakan tidak membuat bibir terluka/ terkena zat yang sifatnya keras, karena kulitnya menjadi lebih sensitif.
"Drunken" Katakecil dan Masjid
Entah kenapa, setiap kali saya ‘bertemu’ dengan masjid baru, ada-ada saja hal konyol yang terjadi. Tidak semuanya selalu saya ingat, memang. Tapi kalau diingat-ingat, banyak juga hehehe. Semoga ini tidak menandakan bahwa saya tidak berjodoh dengan masjid (hiks..). Well, yang saya ceritakan di bawah ini tidak selalu tentang masjid yang masjid (nah lho.. bingung kan?) tapi juga tentang mushola. Kalo nggak salah, masjid itu definisinya yang digunakan untuk sholat Jum’at juga, sedangkan mushola hanya digunakan untuk sholat saja, tidak dipergunakan untuk jama’ah sholah Jum’at. CMIIW. Pokoknya di sini mah disamain aja lah…
Konyol 1: Salah Masuk
Entah sudah berapa kali, dan di mana saja, saya lupa. Yang masih segar di ingatan saya adalah waktu saya mau ikut suatu pengajian waktu SMA di sekolah lain. Setelah tanya-tinyi akhirnya nampaklah juga itu masjid sekolah. Ucluk-ucluk, setelah setengah mengitari masjid, nampaklah ada pintu yang terbuka. Langsung masuklah saya sambil salam. Heu.. Saya pikir apa saya datangnya kepagian ya, kok isinya ikhwan semua…? Dan para ikhwan itu pun melihat dengan pandangan aneh sembari menyuruh saya ke ruangan sebelah (eh apa ngusir saya yak? Ndak tau lah...). Dengan tampang penuh dosa (haatchiing!) pindahlah saya. Huahaha.. setelah masuk ruang sebelah baru saya tau kalo ruangan masjidnya dipisah.. Dan saya salah masuk ke pintu ikhwan..! (untung saya nggak pernah SKSD tiba-tiba gabung duduk ke majelis mereka.. huahaha.. yaa.. walaupun tampang saya.. yaaa.. ganteng juga siih.. haaatchiing!).
Konyol 2: Salah Tempat
Kalo yang di atas kan kejadiannya memang di sekolah lain. Wajar lah. Kalo yang ini… di perpustakaan kampus!!! Udah anak kuliahan! Alah mak! Ceritanya, setelah lama tidak ke kampus, hari itu saya sedang ketiban ilham harus ketemu pembimbing tugas akhir. Lalu mampirlah saya ke perpus yang tadinya mirip kakus tapi sekarang sudah lebih bagus itu. Buat apa? Yang jelas bukan untuk minjem duit. Karena kalo mau minjem duit ya ke bank aja. Bangsanya bank Amir, bank Beni, bank Candra, etc.. (sudah mulai tewur....).
Pokoknya saat itu saya kebelet mau sholat dhuha aja (kekekeke, tumben!) maka saya pun melenggang dengan kangkungnya (?) ke basement perpus yang dulunya adalah tempat nongkrong anak-anak TPB tapi da sekarang eh saat itu mah sepi. Karena saya masih ada wudhu, saya pun dengan pedenya langsung ke tempat yang jelas-jelas nampak sebagai mushola baru yang luas dan bersih dan berkaca-kaca itu (lebay). Setelah memarkir tas bawaan saya di shaf paling belakang, saya celingak-celinguk merasa mushola luas ini kok tidak ramah jama’ah wanita: tidak ada satu pun mukena selain satu butir sarung yang tidak berani saya periksa kehalalan dan kandungan karbon dioksidanya (tewur lagi). Ya sudah, akhirnya saya siap-siap takbiratul ihram. Hmm, mushola jam segini memang sepi, tapi auranya aneh.. bukan karena ada penampakan burger gratis atau nyai kunti bermukena putih.. tapi karena entah kenapa bapak-bapak yang baru masuk dan sudah bersiap sholat tadi sempat-sempatnya memalingkan muka padaku, kayak terkejut gitu. Uh…? Kenapa ya? Bae lah.. Saya pun sholat dengan seadanya (belum bisa sholat khusyu’ kayak kalian lah intinya, tapi sholat katakecil sama kok: diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, tanpa selingan loncat-loncatan). Gubruk gubruk gubruk.. beres.. berdoa.. beres… lalu dipikir-pikir, sayang juga kalo pergi ketemu dosen sekarang. Bentar lagi juga udah adzan. Males kalo ntar harus wudhu lagi, nyari tempat sholat lagi, dsb, dst, dll, dkk.
Lalu saya memutuskan menunggu dhuhur sambil entah ngapain saya lupa (*nggak berburu ikhwan lhoo.. sumpah! Nggak pernah denger ada ikhwan kampusku hilang diculik makhluk semacam cebong kan?*). Tapi aura kian aneh itu kembali menyergap. Saat beberapa ikhwan masuk, udah mau dhuhur, mereka menatap saya dengan pandangan yang berbeda. Terpana beberapa detik; pastinya bukan karena saya semanis jembatan ancol atau gimana lah, tapi karena sebab yang saat itu belum saya ketahui. Andai tahu, mungkin saya memilih makan pisang goreng di kantin sebelah saja dari pada malu hahaha.. (gak nyambung). Pokoknya, datanglah adzan dan saya pun ikut berjama’ah. Saya cuek katak walaupun terbetik tanya: lho, kok perempuannya saya sendiri?
Wes hewes hewes, sholat jama’ah dan seterusnya sudah beres. Saya pun keluar mau melanjutkan hidup saya. Baru beberapa langkah keluar mushola dan kaki saya pun lemes seperti kerupuk direndam larutan kalium sulfat dua setengah molar (belum pernah ada percobaannya sih..). Pokoknya lebih kaget daripada saat kalian mendengar berita Ledi Dai wafat deh. Dugh! Betul. Saya melihat tulisan tak berdosa di atas pintu di gang sebelah: WC/Mushola Khusus Wanita!!!! Huwaaa…?!?! Jadi? Jadi? Jadi…? Dari tadi itu sayaaa… oh nistaaaaa!!!!
Betul sodara-sodara! Saya baru ingat kalau di basement ini ada mushola khusus wanita, yang telah menjadi TKP kejadian konyol ke-tiga beberapa tahun sebelumnya.
Konyol 3: Salah Hadap
Bukan berarti dari seharusnya menghadap ke Alloh jadi menghadap ke iblis lho ya.. bukan..
Ini ceritanya saya habis praktikum, jaman saya masih anak bawang hijau (ada gitu?). Pokoknya saya masih fresh kinyis-kinyis from the lab. Jam udah menunjukkan angka lima, dan saya belum sholat ashar =,=” Maka, begitu memasuki mushola khusus wanita langganan saya (kali ini saya yakin lokasinya benar), saya langsung menaruh kaki saya di garis start, eh, maksudnya di bagian sajadah untuk kaki. Karena saking khusyu’nya mengejar waktu, saya tidak mengindahkan perasaan aneh yang baru saja menimpa jidat saya di mushola yang kosong itu. Bae lah.. Sholat lah saya dengan seada-adanya. Tapi tidak mengada-ada. Sampai di-finish-i dengan salam.
Hmmm, apa ya? Ada yang aneh..
Setelah berpikir dan mencoba memahami keadaaaaan…………….. oups!!! Saya baru ingat! Di mushola ini sajadah digelar menyamping agar muat dipakai bersama-sama saat berjama’ah! Artinya? Itu sajadah tidak menghadap kiblat! Tapi sembilan puluh derajat dari kiblat! Auuuuuu.. T-T Memang kondisi mushola yang kiblatnya miring itu mengacaukan sense of direction saya, tapi kan harusnya ngga segitunya.. karena saya kan sudah sering memakai mushola ini.. duuuh.. *meratap ratap*. Untung saya masih hidup segar bugar sampai sekarang (apa coba?). Saya nggak inget waktu itu akhirnya saya sholat lagi apa gimana.. Haha.. *jdugh* Emang harusnya gimana yak? (*mentuil yang tau hukum fiqih*).
Konyol 4: ..???
Halo?!? Wooii.. Memangnya tiga kekonyolan belum cukup apa? Sudahlah, yang lain-lainnya biar jadi kenang-kenangan saya dan Raqib Atid saja :D Lain kali saya up date kalo keingetan lagi (jangan lagi-lagi nambah baru dah..)!
#posting pertama di 2012
Alhamdulillaah