SubhanaLLOH..
Ramadhan memang telah berlalu ..
Namun gaungnya
Smoga senantiasa menghijaukan hati kita
Hingga hijau jua dunia ini
dengan amal-amal kita
-_~
,Rindu Ramadhan.. ,
Thank You Alloh,
untuk semua keajaiban Ramadhan yang telah mewarnai hidup ini
Tuesday, October 31, 2006
Wednesday, October 18, 2006
Selamat 'Idul Fitri
TaqobbalaLLAHu minna wa minkum
shiyaamanaa wa shiyaamakum..
Selamat 'Idul Fitri 1427 H
Semoga setelah melalui pembelajaran terbaik di Bulan Ramadhan yang telah usai,
jiwa kita kehilangan keusangannya..
dan siap menukik ke angkasa,
menjadi jiwa-jiwa perindu surga..
Amiin..
Semoga dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan ^_^
shiyaamanaa wa shiyaamakum..
Selamat 'Idul Fitri 1427 H
Semoga setelah melalui pembelajaran terbaik di Bulan Ramadhan yang telah usai,
jiwa kita kehilangan keusangannya..
dan siap menukik ke angkasa,
menjadi jiwa-jiwa perindu surga..
Amiin..
Semoga dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan ^_^
Tuesday, October 17, 2006
New Looks
Huikz..
Semua customisasi yang aku buat ilang deh!!
nampaknya memang harus melakukan penyegaran nih..
sayangnya semua links yang saya miliki juga ikutan ilang =(
Semua customisasi yang aku buat ilang deh!!
nampaknya memang harus melakukan penyegaran nih..
sayangnya semua links yang saya miliki juga ikutan ilang =(
Tuesday, October 10, 2006
KHiLaF
Selarik nyeri mulai menggeliat di balik entah bagian perut yang mana..
====
Khilaf adalah nama tengah semua insan. Namun sayangnya, nggak semua orang insyaf setelahnya. Yah, kalo semua orang insyaf, siapa yang bakal ngisi neraka? Hehehe..
:)Tapi khilaf juga yang bisa bikin orang masuk surga.. Lho?!? YA iya, kalo nggak ada yang bikin khilaf sama kita, ya.. nggak ada yang nambahin jatah pahala-rampasan-penebus-dosa +_+ (puyeng nggak tuh?)
yupp, pokoknya gitu deh.. Kok tiba-tiba terserang hilang ingatan semenatara geneh?
Nampaknya, aku memang hanya bisa menulis di rumah, dengan suasana kamar yang menenggelamkan.. (*tenggelam dalam keberantakan maksudnyeee T_T) Halah..
Kudu di reset nih kepala *_* ^_* ^_~ bubye dulu deh..
====
Khilaf adalah nama tengah semua insan. Namun sayangnya, nggak semua orang insyaf setelahnya. Yah, kalo semua orang insyaf, siapa yang bakal ngisi neraka? Hehehe..
:)Tapi khilaf juga yang bisa bikin orang masuk surga.. Lho?!? YA iya, kalo nggak ada yang bikin khilaf sama kita, ya.. nggak ada yang nambahin jatah pahala-rampasan-penebus-dosa +_+ (puyeng nggak tuh?)
yupp, pokoknya gitu deh.. Kok tiba-tiba terserang hilang ingatan semenatara geneh?
Nampaknya, aku memang hanya bisa menulis di rumah, dengan suasana kamar yang menenggelamkan.. (*tenggelam dalam keberantakan maksudnyeee T_T) Halah..
Kudu di reset nih kepala *_* ^_* ^_~ bubye dulu deh..
Ramadhan di Hati Semesta
“Wah.. SubhanaLLOH..
Kamu lihat nggak tadi? Kucing itu minum air kolam!
Sepertinya dia pun ikut berbuka waktu mendengar adzan maghrib..
SubhanaLLOH..
Kalo kita nggak benerin laptop sampe malem gini, kayaknya kita nggak bakalan nyadari kalo semesta juga ikut berpuasa..
Mungkin rumput-rumput dan angin juga..”
(Seorang sahabat, dan seorang sahabat, dan seorang sahabat..
Bertiga menyambut senja Ramadhan di depan selasar FT yang pekat
Jazakillah ukht.. Jazakallah akh..
Semoga Alloh mempertemukan kita semua kembali, in a much much much better place..)
Yupz,
Beberapa hari sebelumnya, hanya dalam bilangan hari menuju Ramadhan, seperti biasa setelah menghabiskan penghujung hari di Comlabs (sampai-sampai seorang teman menahbiskan saya sebagai Kaput Himakom, hikz.. padahal itu hanya sisa-sisa jadul TPB baheula.. Sekarang, hmm.. gimana yah?!?), aku melintasi sisi tengah kampus yang memang langsung menghubungkan area Labtek, PlasWid, CC, Boulevard, dan berujung pada Gerbang Ganesha. SubhanaLLOH, di tengah keriuhan masyarakat kampus sore itu, nun di langit sana beberapa kawanan aves mengepakkan sayap, membentuk formasi seolah menyuguhkan karnaval burung-burung menjemput syahdu Ramadhan. Kala itu langit beronakan jingga dan biru jernih. Kala itu surya telah menundukkan matanya, menyanjung senja yang kian padu dengan alam. Yah, adakah yang bisa menggambarkan senja dengan kata yang sempurna? Yang jelas aku tidak. Sore itu aku merasakan hawa yang berbeda merasuki ruang jiwaku, “Adakah burung-burung itu bersuka menyambut Sang Kekasih Ramadhan? Adakah desir angin ini mengabarkan Sang Tamu Agung yang akan segera bertandang? Adakah, wahai daunan pohonan, engkau pun sedang tersenyum menunggu hadir Sang Penghulu Bulan?
Dan siang ini,
Kembali kulihat bunga-bunga bermekaran
Menyemarakkan Ramadhan ke 18 di kampus tercinta
Plaswid dengan merah marunnya menawan mata
Area TVST Oktagon dengan kuning terang yang mengingatkanku pada Sakura
Trotoar FT yang semarak dengan ungu muda..
Hati hangat jadinya ^_^
Subhanalloh..
Kamu lihat nggak tadi? Kucing itu minum air kolam!
Sepertinya dia pun ikut berbuka waktu mendengar adzan maghrib..
SubhanaLLOH..
Kalo kita nggak benerin laptop sampe malem gini, kayaknya kita nggak bakalan nyadari kalo semesta juga ikut berpuasa..
Mungkin rumput-rumput dan angin juga..”
(Seorang sahabat, dan seorang sahabat, dan seorang sahabat..
Bertiga menyambut senja Ramadhan di depan selasar FT yang pekat
Jazakillah ukht.. Jazakallah akh..
Semoga Alloh mempertemukan kita semua kembali, in a much much much better place..)
Yupz,
Beberapa hari sebelumnya, hanya dalam bilangan hari menuju Ramadhan, seperti biasa setelah menghabiskan penghujung hari di Comlabs (sampai-sampai seorang teman menahbiskan saya sebagai Kaput Himakom, hikz.. padahal itu hanya sisa-sisa jadul TPB baheula.. Sekarang, hmm.. gimana yah?!?), aku melintasi sisi tengah kampus yang memang langsung menghubungkan area Labtek, PlasWid, CC, Boulevard, dan berujung pada Gerbang Ganesha. SubhanaLLOH, di tengah keriuhan masyarakat kampus sore itu, nun di langit sana beberapa kawanan aves mengepakkan sayap, membentuk formasi seolah menyuguhkan karnaval burung-burung menjemput syahdu Ramadhan. Kala itu langit beronakan jingga dan biru jernih. Kala itu surya telah menundukkan matanya, menyanjung senja yang kian padu dengan alam. Yah, adakah yang bisa menggambarkan senja dengan kata yang sempurna? Yang jelas aku tidak. Sore itu aku merasakan hawa yang berbeda merasuki ruang jiwaku, “Adakah burung-burung itu bersuka menyambut Sang Kekasih Ramadhan? Adakah desir angin ini mengabarkan Sang Tamu Agung yang akan segera bertandang? Adakah, wahai daunan pohonan, engkau pun sedang tersenyum menunggu hadir Sang Penghulu Bulan?
Dan siang ini,
Kembali kulihat bunga-bunga bermekaran
Menyemarakkan Ramadhan ke 18 di kampus tercinta
Plaswid dengan merah marunnya menawan mata
Area TVST Oktagon dengan kuning terang yang mengingatkanku pada Sakura
Trotoar FT yang semarak dengan ungu muda..
Hati hangat jadinya ^_^
Subhanalloh..
Kekanakan = kerdil?
Just a note
“Hei, kakinya jangan diayun-ayun githu!”
“Lho, emang kenapa the?”
“Ya nggak baik!”
“Nggak baik gimana?”
“Ya nggak baik.. pokoknya nggak baik!!”
“????”
“Hum, teteh tuh pernah ditegur sama seseorang gara-gara kalo duduk kakinya suka diayun-ayun githu.. katanya kayak anak-anak banget..!!!”
“Terus… ??”
“Yaa.. teteh kan sekedar mengingatkan..”
========== si bandel, satu percakapan, satu siang..=========================
Nggak tau juga kenapa aku masih terus terngiang-ngiang dengan dialog ini tiap kali duduk dan melakukan kebiasaan jelekku itu, mengayun-ayunkan kaki. Mungkin memang benar hal ini memberi kesan ‘aura kekanakan’, yang mungkin bagi sebagian orang, cukup mengganggu. Bagaimana lagi, aku terlanjur menikmati kebiasaan ‘buruk’ku ini. Mengayun-ayunkan kaki lumayan membuat otot tungkai lebih rileks loh.. Apalagi buat orang yang suka bolak-balik naik turun tangga sepertiku, rasanya seperti mengincip setetes surga, hehehe.. (oups, hiperbolanya..) Lagian, toh pencitraan itu sendiri adalah bagian dari proses penilaian yang dilakukan oleh bawah sadar manusia.. jadi, kenapa aku harus membatasi diriku ‘hanya’ demi keinginan terlihat ‘fine’ di depan manusia yang lain? Wong yang aku lakukan kan tidak merugikan siapa-siapa,hehehe (teguh mencari pembenaran..) Fyuhh..
Di lain sisi aku jadi merenungkan, memangnya ‘kekanakan’ itu sebanding dan tidak bisa tidak, kongruen dengan yang namanya ‘kekerdilan’?!? Duuh.. kasian bener dong manusia kalo githu! Bukankah seiring dengan berjalannya waktu, manusia pasti mengalami degenerasi psiko-mental, yang orang sering katakan: semakin tua, sifatnya bakal makin sama kayak anak kecil! Di dunia ini memang ada hal-hal yang mau nggak mau harus kita terima. Mau gimana lagi.. namanya juga makhluk! Salah satunya ya itu tadi, bisa jadi, di luar kehendak kita, yang namanya kepikunan atau saudaranya menyergap akhir hidup kita. Oups, kok jadi melantur geneh.. *_* sulit memang. Sebenernya lanjutan tulisan ini ada di mail.. tapi gara-gara mailnya gak bisa diakses, yaa.. sampai di sini dulu deh.. hehehe.. Ntar-ntar kalo sambungannya udah oke di edit lagi, insyaAlloh...
“Hei, kakinya jangan diayun-ayun githu!”
“Lho, emang kenapa the?”
“Ya nggak baik!”
“Nggak baik gimana?”
“Ya nggak baik.. pokoknya nggak baik!!”
“????”
“Hum, teteh tuh pernah ditegur sama seseorang gara-gara kalo duduk kakinya suka diayun-ayun githu.. katanya kayak anak-anak banget..!!!”
“Terus… ??”
“Yaa.. teteh kan sekedar mengingatkan..”
========== si bandel, satu percakapan, satu siang..=========================
Nggak tau juga kenapa aku masih terus terngiang-ngiang dengan dialog ini tiap kali duduk dan melakukan kebiasaan jelekku itu, mengayun-ayunkan kaki. Mungkin memang benar hal ini memberi kesan ‘aura kekanakan’, yang mungkin bagi sebagian orang, cukup mengganggu. Bagaimana lagi, aku terlanjur menikmati kebiasaan ‘buruk’ku ini. Mengayun-ayunkan kaki lumayan membuat otot tungkai lebih rileks loh.. Apalagi buat orang yang suka bolak-balik naik turun tangga sepertiku, rasanya seperti mengincip setetes surga, hehehe.. (oups, hiperbolanya..) Lagian, toh pencitraan itu sendiri adalah bagian dari proses penilaian yang dilakukan oleh bawah sadar manusia.. jadi, kenapa aku harus membatasi diriku ‘hanya’ demi keinginan terlihat ‘fine’ di depan manusia yang lain? Wong yang aku lakukan kan tidak merugikan siapa-siapa,hehehe (teguh mencari pembenaran..) Fyuhh..
Di lain sisi aku jadi merenungkan, memangnya ‘kekanakan’ itu sebanding dan tidak bisa tidak, kongruen dengan yang namanya ‘kekerdilan’?!? Duuh.. kasian bener dong manusia kalo githu! Bukankah seiring dengan berjalannya waktu, manusia pasti mengalami degenerasi psiko-mental, yang orang sering katakan: semakin tua, sifatnya bakal makin sama kayak anak kecil! Di dunia ini memang ada hal-hal yang mau nggak mau harus kita terima. Mau gimana lagi.. namanya juga makhluk! Salah satunya ya itu tadi, bisa jadi, di luar kehendak kita, yang namanya kepikunan atau saudaranya menyergap akhir hidup kita. Oups, kok jadi melantur geneh.. *_* sulit memang. Sebenernya lanjutan tulisan ini ada di mail.. tapi gara-gara mailnya gak bisa diakses, yaa.. sampai di sini dulu deh.. hehehe.. Ntar-ntar kalo sambungannya udah oke di edit lagi, insyaAlloh...
Subscribe to:
Posts (Atom)