Monday, October 11, 2010
Late Bloomer’s Wishes
Berilah aku pekerjaan yang sangat aku sukai,
Pekerjaan yang menggerakkan hasrat dan potensiku
Hingga selamanya aku tidak pernah merasa bekerja
Yaa Rabb, jangan beri aku ikatan pernikahan
Jadikanlah pernikahan dalam hidupku adalah pembebasan,
Pembebasan yang mempertemukan dua teman,
Teman bermain dan teman bertengkar,
Teman mencari ilmu dan teman bersaing amal,
Teman saat LPJ di hadapanMU kelak…
Hingga tak pernah kurasakan ikatan suci itu adalah beban
Yaa Rabb, jangan biarkan aku sekolah lagi,
Karena Engkau pasti akan memaksaku lulus,
Seperti sekarang..
Berilah padaku manfaat atas apa-apa yang telah Engkau beritahu,
Dan beritahukan padaku apa-apa yang bermanfaat bagiku,
Cukupkanlah itu sebagai modal untuk belajar sepanjang hayatku,
Hingga dunialah ruang kelasku,
Dan kematianlah prosesi wisudaku….
aamiiiiin
Karena Dia
Yaa Alloh, Rabbku..
Sudah lama sekali aku berniat memindahkan sms taushiyah-taushiyah itu ke dalam file word. Juga sudah lama sekali ingin menulis yang bermutu. Tapi selalu saja gagal. Bukan karena tidak ada alat. Juga bukan karena tak sempat. Tapi niat saja yang tak pernah bulat.
Ah.. ternyata rindu itu masih ada, tinggal rimpang kering di kandungan tanah hati. Kerinduanku untuk menulis lagi. Yang penting masih ada. Maka dia masih akan bisa meraup hujan dan bersemi kembali; musim ini lebih ramah bukan? Begitu yang aku yakini setelah membaca tulisan-tulisannya. Tulisannya yang serenyah dan senendang dahulu; dahulu waktu kami masih sama-sama muda (haha, sekarang aku masih muda dan beliau hmm, makin dewasa…? =p). Sang observer. Sang lone fighter. Membaca tulisannya berarti mengingatkanku pada diskusi-diskusi kami yang kadang ngalor ngidul tapi ada benang merahnya. Percakapan dua introvert dengan background super kontras mendekati tengah malam, kadang lewat pukul dua. Duh. Akan adakah hari-hari semacam itu lagi?
Membaca tulisannya juga mengingatkanku pada rasa haus yang selama ini selalu aku tekan; yang kalah oleh keinginan untuk sekedar hura-hura atau pura-pura. Membaca tulisannya mengingatkanku pada diriku sendiri. Mungkin ada sedikit ‘ruh’ku yang kutitipkan pada hembusan kata-kata dari jiwanya.
Oktober hari ke-enam, 2010. Hari Rabu yang kusukai.
Tribute untuk RA. Thank you =) Semoga engkau selalu tegar dan berbahagia. Peluk kangen. Keep it up, girl!