Seperti sudah ramai dibicarakan orang, Wanita kerapkali menjadi subjek (atau objek?) media dalam ‘merekayasa’ mind para konsumen. Saya mencoba iseng menghitung jumlah iklan yang menjadikan wanita sebagai tokoh dalam iklan-iklan di trans selama 3 menit di pagi hari (07.40)
:mie sedaap goreng, jiFFest, axe, kacangayamroyco, ponds oil control (pemutih), molto versi lily and rose, caxon, walls versi kolam renang, clear pengatur rambut, surf versi gugulingan.
Dari iklan-iklan ini, yang menjadikan wanita menjadi tokoh utama adalah axe, royco, ponds, walls, surf. Dan satu-satunya iklan yang tidak melibatkan wanita adalah clear. Lainnya : tak berasa tanpa wanita.
Karena ini pagi hari, maka target dari iklan ini adalah wanita yang berada di rumah. Apabila dilihat kembali, peran wanita yang digambarkan dalam iklan pagi hari cukup beragam: ibu rumah tangga (jago masak dan nyucinya bersih), seniman (yang tidak PD karena tidak putih), cewek-cewek muda yang gemar bergosip dengan suasana santai dan mahal, wanita ’kuat’ yang (tentu saja) seksi, serta anak muda yang asyik pacaran.
Tidak ada masalah sih. Toh iklan cuman sebentar dan ditayangkan berulang-ulang sehingga bisa ‘nempel’ dalam mind penonton yang tidak protes. Ya, ibu rumah tangga lazim aja jago masak dan nyuci, meski itu bukan kewajiban seharusnya. Seniman itu juga pekerjaan yang mulia, meski harusnya menjadi diri sendiri adalah pertanda seniman berkarakter. Wanita yang ‘kuat’ itu sangat baik, meski jadi rapuh karena mengandalkan daya tarik sensualnya. Remaja bersosialisasi itu sangat baik, tapi potensi pemikiran dan kepekaan sosialnya kenapa harus berujung pada gosip dan pacar?
Bila dunia ini diciptakan untuk wanita yang ’hanya’ demikian, piuh, rapuh sekali pilar bangsa ini....
AnNuur 56
1 Desember 2005
No comments:
Post a Comment